Kominfo Telusuri NIK Dipakai WNA untuk Vaksinasi

Presiden Jokowi dalam Pelaksanaan Vaksinasi untuk Awak Media di Hall Basket Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (25/02/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Isu seputar penanganan Covid-19 di Indonesia mendominasi pemberitaan 24 jam terakhir. Beberapa topik yang diangkat antara lain seputar kasus NIK warga Bekasi yang digunakan warga negara asing (WNA) untuk mendapat vaksin.

Terkait kasus penggunaan data oleh WNA, media menyorot penjelasan Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi bahwa pemerintah tengah menelusuri peristiwa dua warga Bekasi yang tidakĀ  bisa mengikuti vaksinasi karena NIK-nya telah dipakai, salah satunya adalah oleh WNA.

Menurutnya, saat ini Kominfo sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menindaklanjuti informasi tersebut.

“Kementerian Kominfo saat ini sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menindaklanjuti informasi tersebut. Saat ini, sedang ditelusuri lebih lanjut oleh tim terkait dan akan kami informasikan perkembangan selanjutnya,” kata juru bicara Kominfo, Dedy Permadi kepada Antaranews.com, Rabu (04/08/2021).

Media turut mengutip pernyataan Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh, bahwa ke depannya, data vaksinasi Covid-19 akan bersumber pada data kependudukan agar kejadian penyalahgunaan NIK tidak terulang kembali.

Direncanakan hari Jumat ini (06/08/2021) akanditandatangnani perjanjian kerja sama (PKS) dengan Pcare BPJS Kesehatan dan PeduliLindungi Kominfo, serta Kemenkes dengan Dukcapil untuk integrasi data dengan NIK yang dimiliki Dukcapil.

Kominfo: Warganet Kerap Lupa Jati Diri di Media Sosial

Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan dalam webinar Siberkreasi Madrasah Makin Cakap Digital (05/08). (Sumber Foto: Medcom.id)

Isu lain yang menjadi pemberitaan selama 24 jam terakhir adalah mengenai karakter warganet yang kerap lupa jati diri di media sosial.

Media mengangkat pernyataan Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan yang mengakui hal tersebut. Ia mengatakan, masyarakat Indonesia seolah lupa akan jati diri saat menggunakan media sosial.

“Ada studi yang mengatakan Indonesia itu menempati urutan terendah untuk kesopanan bermedia sosial. Kenapa kita bangsa ramah dan berbudaya, tapi masuk ruang digital, kita lupa jati diri kita,” kata Samuel dalam webinar madrasah cakap digital yang dikutip Medcom.id, Rabu (04/08/2021).

Ia mengajak masyarakat lebih mengedepankan budaya sopan santun di media sosial. Terlebih, saat ini sejatinya sudah tak ada perbedaanantara dunia nyata dengan dunia maya.

Ia berharap dunia maya Indonesia tetap menonjolkan ciri khas budaya bangsa Indonesia yang terkenal ramah. Masyarakat diminta untuk berpikir ulang secara bijak sebelum menuliskan atau mengunggah sesuatu di media sosial. (pag)

Print Friendly, PDF & Email