Industri Game Tumbuh Pesat, Perlu Edukasi Terhadap Pengguna

Acara Tok Tok Kominfo dengan tema Kepoin Perkembangan e-Sport di Indonesia, Jumat (07/05/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Pengguna game perlu mendapat pemahaman cara bermain yang benar dalam menghadapi pesatnya peredaran game. Menurut Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2020, produksi game selalu naik di tiga tahun terakhir.

“Butuh pemahaman yang baik akan industri game ini. Kami mendorong developer/publisher game selain mempromosikan produk, juga melakukan edukasi kepada penggunanya,” jelas Koordinator Business Matchmaking Ditjen Aptika, Luat Sihombing saat acara Tok Tok Kominfo dengan tema Kepoin Perkembangan e-Sport di Indonesia, Jumat (07/05/2021).

Ditjen Aptika, lanjut Luat, secara paralel juga akan melakukan literasi melalui semua saluran informasi yang dimiliki, seperti regulasi, pedoman, dan pemeringkatan. “Kami informasikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain game, seperti waktu bermain dan batasan usia,” tandasnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anaknya dalam bermain game. Jika orang tua menemukan sesuatu yang tidak sesuai, bisa mengadukan langsung ke email ke IGRS@kominfo.go.id atau ke media sosial Kemkominfo.

Belum lama ini Ditjen Aptika bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) telah meluncurkan sebuah buku Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2020.

Buku itu berisi data dan fakta yang menggambarkan bagaimana kondisi ekosistem industri game Indonesia saat ini. Termasuk tantangan dan juga bagaimana peran serta pemerintah yang dibutuhkan untuk mengakselerasinya.

“Kita mau nunjukin ke generasi muda, mereka bukan hanya bisa menjadi gamer, tapi juga bisa menjadi developer,” tutur Luat.

Pertumbuhan produksi game dalam tiga tahun terakhir di Indonesia menunjukan pertumbuhan (7/5).

Namun ia juga menyampaikan bahwa belum banyak game buatan Indonesia yang memenuhi kriteria e-sport. Kriteria itu misalnya bisa ditandingkan 1 on 1, membutuhkan skill, bukan casual games, dan ada yang melihat dan menonton.

Ia pun berharap dapat membantu pengembang lokal untuk membuat game yang bisa dipertandingkan di kancah e-sport. Untuk memfasilitasi hal tersebut, Ditjen Aptika akan mengadakan Indonesia Game Developer Exchange (IGDX).

Lihat juga: Kembangkan Potensi Industri Game, IGDX Kembali Dihelat di 2021

Di IGDX, para pengembang terpilih dari level early stage hingga level advance akan diberikan mentoring. Bimbingan diberikan selama tiga bulan oleh mentor-mentor global dan lokal yang telah berpengalaman di industri game.

Dalam mengembangkan industri game dibutuhkan kerja kolaborasi. Selain Kemkominfo ada juga Kemenparekraf dan Kemendikbud. Kemenparekraf sedang memetakan kegiatan e-sport di destinasi wisata super prioritas.

“Sedangkan Kemendikbud sedang merancang kurikulum mengenai e-sport di sekolah-sekolah,” pungkas Luat.

Sementara itu Pengurus Besar Esport Indonesia (PBESI), Debora Imanuella ikut berpendapat mengenai viralnya sekelompok anak yang menirukan adegan berbahaya di game Free Fire. Menurutnya, pada kasus tersebut dibutuhkan peran orang tua dalam membimbing anak-anak dalam bermain game.

“Menurut saya akan terasa tidak adil jika permainannya yang disalahkan, karena Kemkominfo sendiri telah mengeluarkan aturan pemeringkatan game. Free Fire masuk dalam kategori 18+, dimana usia yang memainkannya dianggap sudah bisa membedakan mana yang bahaya dan tidak,” tuturnya.

Pengurus PBESI, Debora Imanuella, saat Tok Tok Kominfo (7/5).

Perempuan yang juga menjabat sebagai Senior Vice Presiden (SVP) UniPin Indonesia tersebut menekankan pentingnya peran orang tua terhadap pengawasan anak-anak. Sehingga menjadi pekerjaan bersama untuk melakukan edukasi terhadap para orang tua.

Lihat juga: Indonesia Game Rating System (IGRS)

Menurutnya, ada suatu permasalahan mengenai stigma buruk game oleh para orang tua, padahal industri game sedang berkembang dan luas sekali. “Industri game jika dikelola dengan baik akan menjadi pemasukan negara yang sangat besar, karena selain game itu sendiri ada potensi lain yang juga bisa berkembang,” ungkap Debora.

PBESI sendiri sedang bersiap mencari talenta-talenta dalam menghadapi Sea Games Hanoi 2021, dimana e-sport akan menjadi salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan.

“Semoga semua key player industri game bisa bekerjasama dengan baik untuk meperbesar industri ini. Sehingga industri ini bisa menjadi salah satu pemasukan yang dapat diperhitungkan negara,” tutupnya. (lry)

Print Friendly, PDF & Email