Kembangkan Potensi Industri Game, IGDX Kembali Dihelat di 2021

Koordinator Business Matchmaking Ditjen Aptika Kemkominfo, Luat Sihombing (kanan), pada Webinar Daya Trik Industri Games dan Esport di era digital, Sabtu (13/03/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) akan kembali dihelat di tahun 2021 ini. Kolaborasi antara Ditjen Aptika dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI) itu bertujuan mengembangkan potensi industri game di Indonesia.

“IGDX tahun ini akan melanjutkan kegiatan serupa yang pernah dilakukan pada tahun 2019. Kami akan fasilitasi para pelaku industri game untuk mengembangkan potensi yang ada,” jelas Koordinator Business Matchmaking Ditjen Aptika Kemkominfo, Luat Sihombing saat Webinar Daya Trik Industri Games dan Esport di era digital, Sabtu (13/03/2021).

Pada tahun ini, lanjut Luat, IGDX akan ada tiga tahapan, yakni IGDX Accelerator, IGDX Conference, dan IGDX Business. “Pada IGDX Conference, kami akan undang para pembicara-pembicara global untuk bisa sharing tentang industri game,” ujarnya.

Sedangkan untuk IGDX Accelerator, para game developer terpilih dari level early stage hingga level advance akan diberikan mentoring. Bimbingan diberikan selama tiga bulan oleh mentor-mentor global dan lokal yang telah berpengalaman di industri game.

“Terakhir untuk IGDX Business, kami akan mempertemukan (business matchmaking) para game developer dengan berbagai investor dari luar negeri. Rencananya IGDX 2021 akan dilaksanakan pada bulan Oktober melalui mekanisme virtual,” tandas Luat.

Lihat juga: Indonesia Game Rating System (IGRS)

Selain melaksanakan IGDX, Ditjen Aptika juga melakukan sejumlah program lain untuk mengembangkan potensi industri game di Indonesia. Pada awal pandemi Covid-19, Aptika telah menggelar kompetisi membuat game yang bertemakan dengan Covid-19.

“Kompetisi pembuatan game yang dilakukan cukup besar antusiasnya, terdata ada 100 karya yang di submit,” infonya.

Ditjen Aptika juga mengadakan riset dan survei tentang tentang kondisi pelaku industri game di Indonesia. Seperti revenue dan market industri game Indonesia. Hasilnya sudah ada dan akan publikasikan tahun 2021.

Riset dan survei tersebut dilakukan bersama dengan AGI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Dari hasil riset tergambar bahwa dalam rentang tahun 2017-2019 pangsa pasar yang disasar pengembang game Indonesia semakin meningkat.

Hasil survei menunjukan pendapatan terbesar developer game Indonesia berasal dari pasar luar (13/3).

“Mari dukung pelaku industri game Indonesia agar mereka bisa tumbuh dari pasar lokal. Ayo berikan mereka kesempatan untuk bisa menghasilkan produk-produk yang jauh lebih baik lagi,” pungkas Luat.

Lihat juga: Kominfo Tantang Anak Muda Bikin Game #DiRumahAja

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Rizki Natakusumah, mendukung apa yang telah dilakukan oleh Ditjen Aptika terkait pengembangan industri game di Indonesia. Namun ia menekankan bahwa pada prinsipnya pelindungan data pribadi harus tetap diperhatikan.

“Isu terkait pelindungan data pribadi yang marak ialah bagaimana pemain-pemain e-sport atau gamers lainnya, diambil datanya dari permainan yang mereka mainkan. Semua pihak harus bisa memastikan dan bersama-sama menjaga keamanan para pelaku industri game Indonesia,” pesan Rizki.

Webinar Daya Trik Industri Games dan Esport di era digital diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi. Acara tersebut turut dihadiri oleh founder dan CEO GGWP.ID (Ricky Setiawan) dan juga public figure (Denis Adhyswara). (lry)

Print Friendly, PDF & Email