Kominfo Tangani Dugaan Kebocoran Data Aplikasi E-Hac

Jakarta, Ditjen Aptika – Isu seputar kasus kebocoran data aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC) masih mendominasi pemberitaan 24 jam terakhir dengan intensi sangat tinggi. Topik yang diangkat seputar progres investigasi dugaan kebocoran data pada aplikasi eHAC, klarifikasi dari pihak Kemenkes, serta dorongan untuk mempercepat pengesahan Rancangan UU Pelindungan Data Pribadi.

Media mengutip penjelasan Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara Anton Setiawan bahwa data masyarakat yang ada dalam sistem eHAC masih tersimpan dengan baik. Menurut jubir BSSN, yang terjadi adalah threat information sharing, adanya pertukaran informasi di antara pihak-pihak yang punya izin terhadap keamanan siber.

“Saat ini pemerintah akan menggunakan PeduliLindungi, sudah dilakukan, dalam rangka untuk platform penanggulangan pandemi COVID-19. Dari sisi keamanan, sudah dilakukan kerja sama baik oleh Kemkominfo maupun juga BSSN,” jelas Anas yang dikutip oleh Kumparan.com (01/09/2021).

Media juga mengangkat pernyataan Menkominfo, Johnny G. Plate bahwa aplikasi eHAC pada aplikasi PeduliLindungi tidak bocor. Menurut Menkominfo, eHAC yang mengalami kebocoran adalah aplikasi awal yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, sebelum dialihkan ke PeduliLindungi.

Media pun mengangkat pernyataan Jubir Kominfo Dedy Permadi bahwa Kementerian Kominfo sedang melakukan investigasi terhadap kebocoran data aplikasi eHAC. Media mengangkat pernyataan Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Mar’ruf menyatakan bahwa aplikasi yang bocor adalah eHAC yang lama. Sistem eHAC yang berada di aplikasi PeduliLindungi memiliki infrastruktur yang berbeda dan berada di tempat yang lain.

Literasi Penting untuk Transformasi Digital Nasional

Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan dalam webinar Akselerasi Tranformasi Digital Indonesia bersama AWS, Kamis (26/08/2021).

Isu mengenai literasi digital juga ramai di media selama 24 jam terakhir. Kemkominfo melihat literasi digital memegang peranan penting dalam agenda transformasi digital nasional.

“Kunci dasar transformasi digital itu adalah literasi sumber daya manusia,” kata Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan yang dikutip oleh Suara.com, Rabu (01/09/2021).

Kemampuan sumber daya manusia akan berpengaruh terhadap bagaimana mereka menggunakan ruang digital. Pemerintah gencar mengadakan literasi digital agar masyarakat bisa menggunakan internet untuk hal yang positif.

Pemahaman masyarakat mengenai ruang digital sangat penting, ketika teknologi semakin maju nanti, mereka sudah siap dan tidak hanya menjadi penonton, tapi, juga berpartisipasi aktif. Pemerintah beberapa bulan lalu meluncurkan Gerakan Nasional Literasi Digital yang fokus pada tema budaya bermedia digital, aman bermedia digital, etis bermedia digital dan cakap bermedia digital.

Gerakan literasi digital tersebut diharapkan bisa melatih sekitar 12,4 juta masyarakat setiap tahun. Pada 2024 nanti, ditargetkan ada 50 juta masyarakat yang sudah memiliki kemampuan yang ada di program literasi tersebut. (pag)

Print Friendly, PDF & Email