Jakarta, Ditjen Aptika – Isu seputar kasus kebocoran data aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC) mewarnai pemberitaan dalam 24 jam terakhir. Isu naik setelah vpnMentor yang mengungkapkan telah terjadi kebocoran data pribadi pada aplikasi eHAC yang mencapai 3 juta data baik itu WNI dan orang asing yang masuk ke Indonesia.
Media mengangkat pernyataan bos vpnMentor Noam Rotem dan Ran Locar yang menyatakan diungkapnya bocornya data tersebut adalah karena mereka bisa menembus rekaman data eHAC tanpa halangan disebabkan kurangnya protokol yang ditempatkan oleh developer aplikasi.
Diduga data yang bocor adalah identitas pengguna, seperti paspor atau NIK; data dan hasil tes Covid-19; ID rumah sakit; alamat; dan nomor telepon. Untuk pengguna Indonesia, terdapat tambahan data yang diduga bocor yaitu nama lengkap, tanggal lahir, kewarganegaraan, hingga foto.
Mereka juga menemukan sejumlah informasi infrastruktur di sekitar eHAC yang juga ikut terekspos, seperti pejabat pemerintah yang menggunakan aplikasi tersebut hinggainformasi pribadi tentang 226 rumah sakit di Indonesia. Menurut vpnMentor, mereka sudah melaporkan ke Kemenkes akan tetapi tidak direspon. Hingga pada 22 Agusutus 2021 mereka melaporkan ke BSSN dan pada tanggal 24 Agustus 2021 aplikasi tersebut ditutup.
Media juga mengangkat pernyataan Menkominfo Johnny G. Plate bahwa aplikasi eHAC pada aplikasi PeduliLindungi tidak bocor. Menurut Menkominfo, eHAC yang mengalami kebocoran adalah aplikasi awal yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, sebelum dialihkan ke PeduliLindungi.
Media pun mengangkat pernyataan Jubir Kominfo Dedy Permadi bahwa Kementerian Kominfo sedang melakukan investigasi terhadap kebocoran data aplikasi eHAC.
Media mengangkat pernyataan Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Mar’ruf menyatakan bahwa aplikasi yang bocor adalah eHAC yang lama. Sistem eHAC yang berada di aplikasi PeduliLindungi memiliki infrastruktur yang berbeda dan berada di tempat yang lain.
Anas menduga sumber kebocoran data berasal dari mitra. Pemerintah sudah melakukan pencegahan serta melakukan upaya lebih lanjut dengan melibatkan Kementerian Kominfo dan pihak berwajib lainnya sesuai amanat PP Nomor 71 Tahun 2019 tentang PSTE.
Kemenkes meminta masyarakat untuk menghapus aplikasi eHAC dan beralih menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Menurut Jubir Vaksinasi Covid-19 dr Siti Nadia Tarmizi, Kemenkes sudah menutup eHAC dan aplikasi ini tidak lagi digunakan Menurut Kabiro Humas Kemenkes Widyawati, dugaan kebocoran data aplikasi eHAC masih memerlukan pembuktian digital forensik. Widyawati mengatakan laporan terkait dugaan peristiwa itu masih dalam proses penelusuran sejumlah pihak terkait dari Kementerian Kominfo maupun lembaga hukum lainnya.
Kominfo Luncurkan Perpustakaan Digital “Ruang Buku” untuk Masyarakat
Isu mengenai perpustakaan digital juga mewarnai pemberitaan. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) secara resmi meluncurkan perpustakaan digital yang bernama “Ruang Buku” untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia sehingga semakin banyak masyarakat yang memiliki tingkat literasi membaca yang baik.
Sekretaris Jendral Kementerian Kominfo Mira Tayyiba menyebut kehadiran perpustakaan digital itu bisa menjadi cara efektif dan efisien untuk mendorong transformasi digital seperti target Pemerintah Indonesia.
“Melihat efektivitas dan efisiensi dari perpustakaan digital, Kementerian Kominfo, sebagai punggawa transformasi digital di Indonesia pun berinisiatif untuk membuat perpustakaan digital yang bertajuk Ruang Buku Kominfo,” ujar Mira dalam webinar Peluncuran e-Perpustakaan Ruang Buku Kominfo dari Jakarta, Selasa.
Ia menilai sebagai negara berkembang, Indonesia butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM agar Indonesia bisa mewujudkan predikat negara maju adalah lewat pengembangan literasi dan kebiasaan membaca yang baik. (lry)