Bicara Tentang Literasi Digital di Podcast Bersama Dirjen Aptika

Dirjen Aptika, Semuel A Pangerapan, dalam podcast literasi digital (01/03).

Jakarta, Ditjen Aptika – Gerakan Nasional Literasi Digital memiliki program baru pada tahun 2021 ini, yakni Podcast Literasi Digital. Podcast literasi digital sendiri merupakan penyampaian pembelajaran materi literasi digital dalam bentuk audio streaming seputar dunia digital.

Podcast saat ini sedang menjamur dan merupakan media yang sering didengarkan oleh anak-anak muda untuk mencari inspirasi dan rekreasi. Podcast literasi digital akan diisi oleh para kreator yang memiliki aspirasi menghasilkan karya di platform YouTube dan Instagram.

Tujuan dari podcast ini ialah media berbagi informasi, berbagi pengalaman, dan saling belajar tentang keahlian yang dimiliki oleh masing- masing. Pada gelaran episode perdananya, bintang tamu yang hadir adalah Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan.

Pak Semmy, begitu ia biasa disapa akan berbagi informasi sekaligus pengetahuan mengenai apa saja yang akan dilakukan pemerintah dalam menyiapkan masyarakat Indonesia untuk memasuki ruang digital dengan aman dan produktif.

Dirjen Aptika, Semuel A Pangerapan (kanan), saat sedang menjadi pembicara dalam podcast literasi digital (01/03).

Host:

“Sebagai orang yang bergerak di ranah pemerintahan digital, seberapa digitalkah seorang Semuel Abrijani Pangerapan?”

Semmy:

“Sejak pertengahan tahun 80-an saat pertama kali komputer mulai dikenal di Indonesia, saya sudah ada ketertarikan. Sayangnya saya mengambil jurusan sosial, sehingga saya tidak mengerti sains.”

Semmy akhirnya menempuh jalur autodidak atau belajar secara mandiri, serta mengikuti berbagai kursus mengenai ilmu komputer. Karena merasa passion-nya ternyata di bidang komputer akhirnya ia pergi ke luar negeri untuk mengambil perkuliahan pada jurusan komputer.

Begitu lulus, ia ingin membangun perusahaan internet agar dapat memberikan akses kepada orang-orang di Indonesia. Hingga pada tahun 1996 saat pertama kali internet menjadi komersil, akhirnya dapat terbentuk asosiasi.

“Kami sesama pegiat komputer membentuk Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII). Kami buat bangun internet exchange agar bisa saling terkoneksi.”

Semmy juga berbagi cerita saat terjadi krisis di tahun 1998. Ia mengaku pernah mencoba bisnis lain tapi gagal, sehingga kembali ke bidang IT. “Saya praktisi, yang penting mengerti dan bisa mempraktikkan.”

Host:

“Apa yang membuat Pak Semmy tertarik pada bidang teknologi?”

Semmy:

“Saya merasa takjub terhadap komputer, mengapa takjub? Kita bisa memberikan command dan dia bisa menjalankan command saya. Itu yang membuat saya tertarik.”

Host:

“Bagaimana perkembangan internet di Indonesia menurut Pak Semmy?”

Semmy:

“Membangun internet itu harus ada trust (jaringan tersambung/hub), untuk bangun trust harus dibangun etika. Namun dengan berkembangnya teknologi, tidak cukup lagi hanya dengan trust dan etika, tetapi butuh regulasi.”

Host:

“Bagaimana menurut Pak Semmy mengenai kondisi budaya digital masyarakat Indonesia saat ini?”

Semmy:

“Ada fenomena yang cukup menghawatirkan, saat ini sebagian masyarakat seolah-olah memiliki dua kepribadian. Kepribadian di ruang fisik dan ruang digital.”

Padahal menurutnya berperilaku di ruang fisik dan ruang digital merupakan satu kesatuan realitas. Masyarakat tidak boleh memecah dirinya, jadi perilaku di ruang fisik dan digital harus sama.

Lihat juga: Norma di Ruang Digital Tidak Berbeda dengan Ruang Fisik

Sejak disahkannya UU ITE pada tahun 2008, maka sejak saat itu dunia digital menjadi extended reality. Apa yang dilakukan di ruang digital sama sahnya dengan apa yang dilakukan di ruang fisik.

Host:

“Belum lama ini pemerintah menggalakan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Kenapa? Apakah Ada hubungannya dengan tingkat literasi Indonesia yang kurang baik?”

Semmy:

“Tugas Kementerian Kominfo khususnya Ditjen Aptika selain mencerdaskan masyarakat di ruang digital, juga sebagai pengendali. Kominfo dikenal sebagai tukang blokir konten-konten ilegal, kalau kita hanya fokus di pengendalian tanpa meliterasi dan mencerdaskan masyarakat maka energi kita terlalu banyak untuk hal negatif.”

“Jika literasi digital berjalan baik dan menyeluruh maka otomatis pengendaliannya akan lebih rendah karena masyarakat akan bisa mengendalikan dirinya sendiri.”

Host:

“Salah satu esensi literasi digital ialah mengajarkan aturan-aturan yang ada di ruang digital, apa sebenarnya fungsi aturan-aturan tersebut?”

Semmy: “Analoginya seperti ini, jika di jalan raya fungsi rambu-rambu lalu lintas itu untuk menghambat atau memperlancar? Pasti untuk memperlancar kan.”

“Ini sama saja dengan ruang digital, jika tidak diatur maka akan terjadi kekacauan. Fungsi dari aturan-aturan tersebut untuk membuat ruang digital lebih aman dan nyaman.”

Host:

“Bicara soal literasi digital, pemerintah sebenarnya menargetkan siapa saja?”

Semmy:

“Harus semua orang, segala umur akan disasar dengan berbagai metode yang beragam. Karena setiap orang berbeda-beda, ada yang suka membaca, mendengarkan, menonton, bahkan bermain games.”

“Semua medium harus digunakan, ini maksud saya kita harus menarget semua orang dengan berbagai cara. Contohnya podcast ini, kita tidak lagi harus belajar di kelas karena tujuan literasi ialah bagaimana informasinya bisa sampai.”

“Mengapa harus semua? Karena kita sedang di persimpangan jalan untuk berpindah. Analoginya seperti kita akan berpindah kapal, Indonesia diibaratkan sebuah kapal besar dengan mesin analog. Ada kapal baru bernama kapal digital, untuk itu kita harus pindahkan satu-satu, semua orang harus dipindahkan.”

“Karena prinsip transformasi digital adalah nobody left behind.”

Host:

“Bagaimana strategi penyerapan literasi digital di Indonesia? Karena target meliterasi semua orang itu bukan pekerjaan mudah.”

Semmy:

“Meliterasi seluruh masyarakat Indonesia pasti ada cara-cara tertentu, seperti yang tadi saya katakan, kunci utamanya nobody left behind. Target Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi yakni 50 juta.”

“Kenapa 50 juta? Karena impact-nya juga harus ada, satu orang nanti bisa meliterasi lima orang, sehingga semua masyarakat bisa terliterasi.”

Host:

“Apa saja sih keuntungan yang bisa didapat dengan adanya ruang digital ini?”

Semmy:

“Dengan adanya ruang digital akan membuka banyak lapangan pekerjaan baru di ruang digital. Misalnya saja Youtuber dan content creator. Mereka bisa menjual konten dan mendapatkan keuntungan dari penonton, iklan, dan masih banyak lagi.”

“Ada juga pekerjaan big data analytic, dengan mempelajari data bisa menghasilkan. Kalau mengetahui cara kerja ruang digital akan ada banyak keuntungan yang bisa didapat.”

Host:

“Program Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi tuh programnya apa saja sih pak?”

Semmy:

“Kami membuat empat modul atau kurikulum literasi digital untuk menyiapkan masyarakat agar aman dan produktif di ruang digital. Empat modul tersebut yaitu digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety.”

Lihat juga: Siapkan Masyarakat Menuju Bangsa Digital, Aptika Susun Modul Literasi Digital

Menurut Semmy, kurikulum literasi digital ini dibuat berdasarkan hasil analisa beberapa pemangku kepentingan yang fokus terhadap kemajuan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat agar bisa memanfaatkan teknologi digital sehingga memiliki nilai tambah.

“Contohnya digital skill itu hal mendasar, bahkan hal-hal seperti cara googling akan diajarkan karena masih banyak yang belum paham. Dasar ini yang kita ajarkan agar mereka ketika memasuki ruang digital merasa aman, nyaman, dan produktif.”

Host:

“Ada banyak media edukasi yang bisa dilakukan dalam meliterasi masyarakat, mana yang menjadi fokus Kominfo?”

Semmy:

“Kami fokus pada subtansi kontennya, kalau medianya bisa bermacam-macam. Mulai dari podcast, seminar daring maupun luring, permainan interaktif, ataupun trivia, komik, radio, televisi, talkshow, bahkan soft selling melalui film.”

“Kita bahkan membuka suatu sayembara, masyarakat kita ajak untuk bersama-sama membuat konten. Kalau konten ini di-relay mereka akan mendapatkan reward.”

Host:

“Terakhir Pak Semmy, kalau literasi digital ini sudah mencapai target, apa selanjutnya?”

Semmy:

“Mungkin modelnya bukan literasi, tapi lebih advance. Kominfo juga akan memberikan beasiswa. Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital baru, oleh karena itu pemerintah akan mengajak ekosistem untuk menyiapkan juga.”

“Mudah-mudahan apa yang kita obrolkan dalam podcast literasi digital ini bisa membuka pandangan semua yang menyimak.” (lry)

Print Friendly, PDF & Email