Peran Penta Helix dalam Mendukung Keberhasilan Pandu Digital

Plt. Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika, Mariam Fatimah Barata, dalam webinar Kebijakan dan Pemanfaatan TIK Guna Meningkatkan Literasi Digital, Jumat (05/03/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Pandu Digital didukung oleh skema Penta Helix dalam melakukan pendampingan literasi digital kepada masyarakat. Penta Helix terdiri dari pemerintah, media, komunitas, bisnis, dan akademisi.

“Penta Helix tersebut merupakan lima kekuatan yang berperan mendukung keberhasilan Pandu Digital,” jelas Plt. Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika, Mariam Fatimah Barata, dalam webinar Kebijakan dan Pemanfaatan TIK Guna Meningkatkan Literasi Digital, Jumat (05/03/2021).

Ia kemudian menjelaskan satu-persatu bentuk dukungan yang diberikan oleh masing-masing Penta Helix. Pertama pemerintah, Ditjen Aptika Kemkominfo berperan sebagai konseptor sekaligus inisiator lahirnya Pandu Digital.

“Namun kami tidak bisa kerja sendiri, oleh sebab itu kami turut serta mengajak pemerintah daerah untuk berperan dalam membentuk dan memberdayakan Pandu Digital di daerah. Pemda sebagai instansi pembina diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM sekaligus menampilkan aktivitas lokal bersama Pandu Digital,” harapnya.

Selain itu ada juga peran dari BAKTI Kominfo yang berperan menghadirkan infrastruktur TIK seperti ketersediaan jaringan dan akses internet. Kementerian atau lembaga sektor lain juga berperan dalam membantu Pandu Digital dalam hal subtansi sektor ketika melakukan pendampingan.

Kedua, ada media yang berperan sebagai amplifikator proses, keluaran, dan dampak program untuk memperluas awareness dan mempercepat terjadinya getok tular semangat belajar teknologi digital kepada masyarakat Indonesia.

“Media diharapkan menyampaikan hal-hal positif terkait dengan Pandu Digital guna mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tandas Mariam lagi.

Selanjutnya ada komunitas yang memiliki peran sebagai akselerator, dalam hal ini komunitas merupakan orang-orang dengan minat yang sama dan relevan dengan program Pandu Digital. Komunitas juga punya peran untuk melakukan promosi aktivitas Pandu Digital ke jaringannya.

Lihat juga: Aptika Ajak Masyarakat Tuban Gabung Jadi Pandu Digital

“Saat ini ada banyak komunitas yang peduli terhadap literasi digital, mereka tergabung dalam Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi,” infonya.

Kemudian ada juga akademisi yang berperan sebagai mitra fasilitator, sekolah menengah dan perguruan tinggi memiliki program pengabdian kepada masyarakat untuk turun langsung untuk mendampingi masyarakat. Terakhir ada sektor bisnis yang memiliki peran sebagai enabler.

Sektor swasta dapat menjadi sponsor dan memberikan insentif kepada Pandu Digital dalam rangka melakukan kegiatan literasi digital ke masyarakat. Pemilik teknologi digital itu juga dapat mengedukasi dan mensertifikasi Pandu digital agar dapat menjadi pelatih teknologi terkait kepada masyarakat.

“Namun perlu diingat kalau Pandu Digital ini tidak bersifat komersil dan bukan untuk mendapatkan suatu keuntungan. Jadi jangan sampai menggunakan nama Pandu Digital untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” tegas Mariam mengingatkan.

Dengan dukungan Penta Helix Mariam berharap kedepan Pandu Digital bisa mengikuti jejak Relawan TIK (RTIK) untuk bisa melakukan inovasi ke ranah internasional. Tahun 2021 ini Indonesia mendapat tujuh nominasi WSIS Prizes, salah satunya program Pandu Digital.

Skema program Pandu Digital sendiri terdiri atas tiga tahapan, yakni:

  1. Pembentukan Pandu Digital (membentuk calon pandu di tingkat provinsi/kabupaten/desa);
  2. Upgrade Skill Pandu Digital (peningkatan kapasitas Pandu Digital pada tiap level sesuai sektor yang akan didampingi); dan
  3. Pemberdayaan Pandu Digital (kegiatan pendampingan oleh Pandu Digital untuk masyarakat.

Program Pandu Digital sekaligus mendukung arahan Presiden Joko Widodo mengenai percepatan transformasi digital nasional. Agar dalam mendampingi masyarakat Pandu Digital dapat mengajarkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, Kemenkominfo membuat kurikulum literasi digital.

Kurikulum Literasi Digital (5/3).

Kurikulum literasi digital ini dibuat berdasarkan hasil analisa beberapa pemangku kepentingan yang fokus terhadap kemajuan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat agar bisa memanfaatkan teknologi digital sehingga memiliki nilai tambah.

Lihat juga: Pandu Digital sebagai Agen Perubahan untuk UMKM Go Digital

“Kami harapkan peran aktif masyarakat untuk ikut serta mencerdaskan bangsa dengan bergabung bersama Pandu Digital. Dengan ini acara Kebijakan dan Pemanfaatan TIK Guna Meningkatkan Literasi Digital 2021 saya nyatakan dibuka,” tutupnya.

Dalam acara yang digelar secara daring tersebut turut hadir Ketua PANDI (Yudho Giro Sucahyo), Direktur Inixindo (Didik Partono), Ketua umum Gradasi (M. Sidiq), serta Koordinator Pemberdayaan Komunitas TIK Ditjen Aptika (Bambang Tri Santoso). (lry)

Print Friendly, PDF & Email