Jakarta, Ditjen Aptika – Petani Desa Selaawi, Kabupaten Sukabumi, menyambut baik program Pertanian Presisi yang berhasil menaikkan hasil pertanian hingga 30%. Mereka berharap program fasilitasi dari Ditjen Aptika itu dapat terus dilanjutkan.
“Penggunaan perangkat dan aplikasi untuk monitoring pertanian berhasil menaikkan Gabah Kering Panen (GKP) dari 6,5 ton hingga 9 ton per hektar. Para petani menyambut baik hasil nyata program tersebut,” kata Sekretaris Gapoktan Bibirintik, Yayuk saat kegiatan Monitoring Evaluasi Pertanian 4.0 di Kabupaten Sukabumi, Jumat (25/11/2021).
Melalui pemasangan perangkat sensor tanah dan cuaca, lanjut Yayuk, petani bisa mendapatkan komposisi pupuk, waktu tanam, waktu panen, dan prediksi hama secara lebih presisi. Hasil monitoring disampaikan kepada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan).
“Perangkat sensor dipantau melalui aplikasi RiTx Bertani, untuk dilaporkan saat pertemuan Gapoktan dan petugas PPL. Gapoktan Bibirintik sendiri terdiri dari 56 petani,” terang Yayuk.
Seperti diketahui, Kementerian Kominfo melalui Direktorat Ekonomi Digital turut memfasilitasi para petani untuk go online. Salah satunya melalui program Pertanian Presisi 4.0 berbasis Internet of Things (IoT) bekerja sama dengan startup PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB).
Namun sejumlah kendala turut menyertai digitalisasi sektor pertanian di Desa Selaawi. Selain kemampuan para petani yang terbatas, juga ketersediaan gawai yang terbilang ketinggalan.
“Rata-rata petani tergolong generasi tua atau ‘kolonial’, sementara generasi muda lebih tertarik bekerja di pabrik. Selain itu, smartphone yang ada keluaran 2015 dengan kapasitas memori terbatas. Akibatnya aplikasi sering hang dan pointer-nya loncat-loncat,” ungkap Yayuk.
Setelah mengalami peningkatan penghasilan, para petani mengharapkan digitalisasi pertanian dapat terus berlanjut. Mereka ingin daerah cakupan program diperluas dan manfaat digitalisasi juga diperbanyak.
“Kami berharap program pertanian presisi terus difasilitasi oleh Kemkominfo. Selain perangkat sensor dan aplikasi, kemampuan SDM dan kapasitas smartphone juga perlu ditingkatkan,” tutup Yayuk.
Lihat juga: Digitalisasi Budidaya Tambak, Kominfo Lakukan PoC di Kab. Pemalang
Sementara itu PPL Dinas Pertanian Kota Sukabumi, Kuswaya menyambut baik adanya program pertanian presisi. Menurutnya, program petani go online di wilayahnya baru sebatas penyajian informasi pertanian secara umum.
“Kota Sukabumi telah menerapkan sejumlah aplikasi, yaitu Si Katam Terpadu (Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu), Simontandi (Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi), dan Lumbungin (perpustakaan digital sektor pertanian),” terangnya.
Menurut Kuswaya, masalah krusial yang dialami para petani adalah kepemilikan lahan persawahan. Kebanyakan petani adalah penggarap, dengan masa tanam 2 – 3 kali per tahun, sehingga pendapatan banyak habis di penyewaan lahan.
“Dengan hasil per hektar Rp 16-an juta, porsi pemilik lahan sekitar Rp 12 juta, diterima bersih petani sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Pendapatan ini tergolong minim untuk kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.
Sedangkan produktivitas pertanian Kota Sukabumi tergolong sedang, yaitu 6,8 ton GKP per hektar, dengan masa tanam 115 hari. Fasilitas mekanisasi pertanian, pengadaan benih dan pupuk, jaminan asuransi, serta permodalan sudah terkelola secara baik.
“Kami mendorong Kemkominfo juga menerapkan Pertanian Presisi 4.0 di Kota Sukabumi, dengan harapan dapat lebih meningkatkan produktivitas lahan. Terutama untuk mengetahui kadar pupuk, waktu tanam, dan prediksi hama,” pungkas Kuswaya. (mhk)