Upaya Kominfo Perkuat Digitalisasi Sektor Kesehatan

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat acara Indonesia Digital Medic Summit 2021 dengan tema Health Innovation Beyond Pandemic, Selasa, (22/03/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Demi mempermudah akses layanan kesehatan, Kementerian Kominfo melakukan berbagai upaya memperkuat digitalisasi di sektor kesehatan. Mulai dari penyediaan infrastruktur, teknologi penunjang, hingga literasi digital terus dilakukan.

“Benar, demi memperkuat dukungan untuk sektor kesehatan digital, Kominfo melakukan hal-hal tersebut,” ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat acara Indonesia Digital Medic Summit 2021 dengan tema Health Innovation Beyond Pandemic, Selasa, (22/03/2021).

Penguatan infrastruktur telekomunikasi digital, lanjutnya, dilakukan agar masyarakat Indonesia memiliki akses internet yang dapat menunjang layanan telemedis dengan layak. Dalam hal ini, Kementerian Kominfo berfokus pada sisi pengguna dan penyedia layanan.

“Dari sisi pengguna, Kominfo menyediakan akses internet broadband di 83.218 desa atau kelurahan di seluruh Indonesia. Sementara dari sisi penyedia layanan, Kemkominfo telah merealisasikan penyediaan akses internet cepat di 3.126 titik fasilitas layanan kesehatan di Indonesia,” papar Semuel.

Kemkominfo juga terus memperkuat kolaborasi dan kerja sama dengan stakeholder (publik maupun swasta), terutama dalam penguatan platform teknologi penunjang kesehatan digital. Dalam penanganan pandemi Covid-19, Kemkominfo terus mengembangkan aplikasi PeduliLindungi untuk tracing, tracking, dan fencing.

Lihat juga: Pandemi Covid-19 Pacu Inovasi Teknologi Layanan Kesehatan

Selain itu, Kemkominfo juga mendukung diseminasi informasi yang lebih mudah dan luas melalui pengembangan sistem informasi di berbagai platform. Juga ikut mengembangkan sistem dashboard terpadu bagi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) dan sistem data terintegrasi Satu Data Vaksinasi.

“Nantinya sistem terintegrasi ini diharapkan dapat diaplikasikan secara lebih luas untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain di seluruh Indonesia,” harap Dirjen Aptika.

Kemkominfo pada tingkat hilir turut berupaya meningkatkan literasi dan keterampilan digital masyarakat dalam pemanfaatan teknologi digital, termasuk penggunaan aplikasi telemedis. Melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Kemkominfo memberikan pelatihan dasar mengenai pemanfaatan teknologi serta keamanan siber.

Siberkreasi secara aktif telah menyelenggarakan beberapa pelatihan khusus untuk peningkatan literasi digital pengguna telemedis di berbagai daerah. Forum-forum inovasi teknologi juga diadakan untuk menghadirkan solusi kesehatan digital.

“Seperti acara IoT Makers, di mana salah satu pemenangnya berhasil memanfaatkan IoT untuk kontrol ventilator otomatis berbasis mobile,” ujar dirjen memberi contoh.

Menurut Semuel, sektor kesehatan menjadi salah satu sektor terpenting dalam percepatan digitalisasi di Indonesia  mengingat situasi pandemi Covid-19 membatasi masyarakat untuk melakukan mobilitas dan interaksi fisik.

Sejak awal pandemi pada Maret 2020 hingga saat ini, terjadi lonjakan penggunaan aplikasi telemedis di Indonesia. Sebagai contoh, pengguna aplikasi Halodoc pada kuartal II 2020 mencapai 20 juta pengguna atau meningkat 10 kali lipat dibanding sebelum masa pandemi Covid-19.

Sementara itu, pengguna aplikasi Alodokter mencapai 33 juta per bulan pada Maret 2020. Kenaikan jumlah pengguna ini sejalan dengan studi dari Bain&Co yang memprediksi pengguna layanan telemedis di Asia Pasifik akan meningkat sebanyak 109% dalam 5 tahun ke depan.

Mengutip hasil survei Inventure, ada 95,3% responden yang menginginkan rumah sakit menyediakan layanan telemedis. Hal itu menunjukkan kepercayaan masyarakat yang meningkat terhadap layanan telemedis, disebabkan kemudahan yang diberikan oleh opsi tersebut.

“Ketika pasien pada umumnya harus menunggu 4 jam di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan, aplikasi telemedis berhasil memangkas waktu tunggu menjadi 35 menit saja,” tandas Dirjen Semuel.

Dirjen Aptika saat menjelaskan mengenai perkembangan telemedis (23/3).

Namun ia menekankan guna mewujudkan Indonesia sebagai sebuah bangsa digital yang maju, maka penting agar kerja sama digital di sektor medis memperhatikan beberapa hal, yaitu:

  1. Pemanfaatan teknologi termutakhir harus bersifat etis dan non-diskriminatif;
  2. Penerapan tata kelola dan keamanan data dengan prinsip pelindungan data pribadi pengguna yang taat hukum dan bersifat;
  3. Pemanfaatan kemajuan big data untuk pegembangan layanan kesehatan yang tetap memperhatikan keamanan data pengguna; dan
  4. Pelaksanaan transformasi digital Indonesia harus berdasarkan prinsip kedaulatan serta kemandirian digital dan membuka peluang kolaborasi dengan prinsip win-win solution.

Lihat juga: Tantangan Pelindungan Data Pribadi di Sektor Kesehatan

“Marilah kita memanfaatkan momentum ini untuk adopsi teknologi digital yang lebih efisien, aman, beretika, dan bernilai. Bersama kita perkuat kolaborasi untuk pulihkan kesehatan Indonesia dan keluar dari masa pandemi ini menjadi bangsa yang lebih tangguh. Indonesia terkoneksi, semakin digital, semakin maju,” pungkas Semuel.

Acara Indonesia Digital Medic Summit (IDMS) 2021 diselenggarakan oleh Pusat Data Digital dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI). Acara tersebut turut dihadiri oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Doni Monardo), Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (Anwar Santoso), dan Wakil Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (Noor Arida Sofiana). (lry)

Print Friendly, PDF & Email