Temuan Hoaks dan Literasi Digital Terkait Covid-19

Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan saat sesi foto bersama Biro Humas Kemkominfo (2019).

Jakarta, Ditjen Aptika – Isu seputar temuan hoaks terkait Covid-19 masih mendominasi pemberitaan 24 jam terakhir. Topik yang diangkat seputar hasil temuan hoaks dalam kurun waktu setahun terakhir sebanyak 1.387 isu hoaks terkait Covid-19 dan dampaknya terhadap kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 dari pernyataan Dirjen Aptika, Semuel Pangerapan pada diskusi virtual Tolak dan Waspada Hoaks, Selasa (26/01).

Dirjen Aptika pun menjelaskan bahwa apabila konten yang menjurus pada kesalahan informasi cukup  ditandai atau stampel sebagai konten misinformasi atau menurunkan/take down berita yang sudah  tayang di media sosial. Namun apabila sudah mengganggu ketertiban umum akan ditindaklanjuti dengan   dilaporkan ke polisi.

“Kalau yang ganggu ketertiban umum itu kita laporkan ke polisi, artinya masyarakat hati-hati juga,   apalagi   kalau disengaja kita pasti kejar, tapi kalau nggak tau, terusbantu menyebarkan itu (yang) bahaya,” ujarnya pada berita yang dimuat Republika.co.id (27/02/2021).

Selain pemberian stempel, Kementerian Kominfo bekerjasama dengan 108 organisasi memberikan  literasi digital kepada masyarakat terkait ancaman hoaks. Kerjasama ini dilakukan agar literasi digital  dilakukan secara masif dan memberi pemahaman kepada masyarakat di berbagai lapisan.

Melalui Seminar Online, KPC PEN Berupaya Mengedukasi Terkait Vaksin Covid-19

Ketua Umum Siberkreasi Periode Kedua, Yossi Mokalu saat Konferensi Pers (8/9).

Isu mengenai literasi digital terkait vaksin Covid-19 juga muncul salah satunya dalam berita mengenai seminar daring (online) yang dilakukan Kementerian Kominfo melalui Siberkreasi dan tim komunikasi publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPCPEN).

Ketua umum Siberkreasi, Yosi Mokalu mengatakan bahwa literasi mengenai pandemi  virus korona harus dilakukan secara bersama-sama agar tidak ada lagi disinformasi.

“Jangan cuman berhenti sampai membuat audiens mengerti, tetapi kita harus empowering, kita harus tetap menyemangati mereka untuk melahirkan pejuang-pejuang  literasi yang baru. Saya rasa ini tugas kita bersama,” ujarnya dikutip dari Suara.com, Rabu (27/01/2021).

Baginya, bentuk literasi seperti seminar daring dapat memberi pemahaman lengkap dan  benar terkait vaksinasi kepada masyarakat. Selain itu, media juga diimbau memberitakan informasi secara lebih akurat, berimbang, serta dapat berkontribusi positif pada upaya penanganan Covid-19, khususnya dalam keberhasilan introduksi vaksin. (pag)

Print Friendly, PDF & Email