Jakarta, Ditjen Aptika – Menurut hasil riset Google, perempuan masih mengalami kesenjangan akses digital. Literasi digital menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan teknologi digital bagi perempuan.
“Menurut riset yang dilakukan Google pada tahun 2019 pada beberapa negara termasuk Indonesia, dengan tajuk Toward Gender Equity Online, menunjukan akses internet sudah makin terjangkau tetapi kesenjangan akses digital antara laki-laki dan perempuan cukup timpang. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut dibutuhkan literasi digital,” papar Head of Government Affairs & Public Policy Google Indonesia, Putri Alam saat Webinar Literasi Digital untuk Perempuan Indonesia, Selasa (30/06/2020).
Baca juga: Urgensi Literasi Digital bagi Masa Depan Ruang Digital Indonesia
Putri pun menyebutkan empat alasan pengguna internet laki-laki lebih banyak daripada perempuan, berdasarkan hasil riset tersebut.
“Alasan pertama karena tanggung jawab perempuan lebih banyak, maka waktu mengakses internet menjadi lebih sedikit. Perempuan melakukan pekerjaan rumah 3,8 jam/hari, sedangkan pria hanya 1,5 jam/hari,” ungkap Putri.
Alasan kedua kesempatan gender perempuan dalam menemukan, membuat, dan membagikan konten yang relevan. Meskipun ada banyak konten dan komunitas seperti blog, video, audio, media sosial, tetapi gender perempuan kesulitan menemukan konten yang relevan.
“Selanjutnya privasi, apakah perempuan dapat mengendalikan identitas online dan offline mereka? Beberapa wanita melaporkan identitas nama lengkap dapat menyebabkan penguntit online dan offline. Sedangkan lainnya khawatir teman atau anggota keluarga akan bereaksi negatif jika perangkat yang mereka gunakan menunjukkan mereka memiliki/melihat informasi sensitif,” tutur Putri.
Alasan terakhir mengenai keamanan, banyak wanita yang memberikan pernyataan mengalami atau mendengar seseorang yang melakukan pelecehan di ruang digital. “Di ruang digital 52% wanita pernah mengalami insiden terkait keamanan fisik dalam bentuk menguntit, komentar cabul, kontak fisik nonkonsensual, dan banyak lagi,” ungkap Putri.
Oleh karena alasan-alasan tersebut, penting bagi semua stakeholder untuk bantu membangun literasi digital untuk perempuan. Putri menjelaskan Google memiliki lima pilar literasi digital untuk perempuan, yaitu:
- Share with care (bagikan dengan berhati-hati), harus mengetahui apa yang bisa dibagikan dan tidak;
- Critical Thinking (berpikir kritis), jangan mudah percaya dengan semua yang ada di internet serta coba berpikir kritis dahulu sebelum membagikan suatu informasi;
- Protect your secret, lindungi privasi;
- Jadilah netizen yang baik hati, dengan tidak menghakimi seseorang; dan
- Jadilah netizen yang berani, segera melaporkan jika menemukan konten negatif.
Langkah Kominfo Kurangi Kesenjangan Digital Perempuan
Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM, Dedy Permadi, memaparkan digital use gap antara laki-laki dan perempuan sebesar 21% menurut Web Foundation. “Artinya akses internet dan teknologi digital kepada perempuan masih terbatas,” katanya.
Di Indonesia sendiri Dedy menilai penggunaan internet untuk perempuan masih memiliki pekerjaan rumah bagaimana memperkecil kesenjangan yang ada. Hal tersebut mengacu pada data lain yang menunjukan hanya 20% perempuan yang memiliki akses terhadap internet di Indonesia.
“Dari 20% tersebut hanya 5% dari mereka yang menggunakan internet untuk mengekspreksikan pandangan mereka, dan dari 5% tersebut hanya 26% yang menggunakannya untuk mencari informasi yang kritis tentang hak perempuan,” terang Dedy.
Untuk memperkecil kesenjangan akses internet kepada seluruh masyarakat di Indonesia, Kementerian Kominfo sedang mempercepat/akselerasi akses internet di Indonesia dan menyiapkan SDM digital.
Akselerasi akses internet tersebut terbagi atas dua pembangunan infrastruktur utama, “Pertama kami pastikan sinyal 4G hadir di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia. Kedua layanan publik melalui satelit SATRIA, yang jangkauannya akan memperkuat 150.000 titik layanan publik di seluruh Indonesia,” jelas Dedy.
Selain infrastruktur Kementerian Kominfo juga ingin memastikan SDM Indonesia siap. Kominfo memiliki tiga level kecakapan digital, termasuk di dalamnya literasi digital bagi perempuan.
Lihat Juga: Siapkan Masyarakat Hadapi Era Digital melalui Literasi Digital
“Literasi digital menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memilih dan memilah kebenaran di depan kita. Kaum perempuan juga harus menjadi bagian dalam hal tersebut,” pungkas Dedy. (lry)