Jakarta, Ditjen Aptika – Tenaga pendidik dituntut melek teknologi dan beradaptasi dengan transformasi kegiatan belajar mengajar dari offline menjadi online. Salah satu visi Indonesia 2045 adalah mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, caranya antara lain melalui pembangunan SDM serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Oleh karena itu, kita perlu memberikan perhatian khusus pada pendidikan dan penguasaan teknologi digital. Pada RPJMN tahun 2020-2024 telah melihat bahwa transformasi digital pada sektor-sektor strategis nasional perlu dilaksanakan dan dipercepat,” kata Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo, I Nyoman Adhiarna dalam sambutan secara virtual pada acara webinar Transformasi Digital Sektor Pendidikan, Senin (21/11/2022).
Direktur Nyoman menambahkan, rencana pembangunan Kementerian Kominfo 2020-2024 berfokus pada pengembangan sektor-sektor strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya yaitu sektor pendidikan.
Mengutip hasil riset AlphaBeta pada 2020, apabila Indonesia melakukan intensifikasi peningkatan keterampilan digital bagi tenaga kerja, maka akan memberikan kontribusi sebesar Rp4.434 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di 2030 nanti.
“Tentunya hal itu dapat menjadi semangat bagi guru untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan digital yang siap bersaing,” imbuhnya.
Selanjutnya, Direktur Nyoman menyampaikan Direktorat Ekonomi Digital turut berpartisipasi dengan bergerak sebagai enabler untuk mendukung program-program dari Kemendikbudristek sebagai leading sector dari bidang pendidikan.
“Sepanjang 2022 Kominfo telah menyelenggarakan program adopsi teknologi digital sektor pendidikan di berbagai lokasi di Indonesia. Meliputi Bali, Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kabupaten Sorong, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kuningan, Kota Medan, Kota Padang, dan Kota Tual,” jelas Nyoman.
Lihat juga: Bupati Kuningan: Digitalisasi Sekolah Permudah Proses Belajar Mengajar
Kemkominfo juga berkolaborasi dengan Kemendikbudristek dalam melakukan sosialisasi platform Merdeka Mengajar. Tidak hanya itu, Kemkominfo juga menggandeng pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan seluruh sekolah negeri maupun swasta dalam penyelenggaraan kegiatan sosialisasi tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Dian Rahmat Yanuar mengatakan program adopsi teknologi digital sektor pendidikan akan menjadikan guru-guru lebih percaya diri dalam mengajar dan semakin berkembang.
“Pandemi ini menjadi sebuah tantangan sekaligus momentum bagi kita untuk menyatakan diri bahwa ke depan apa situasi yang kompleks dan guru dituntut cepat beradaptasi,” ujarnya.
Pembelajaran Diferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dalam kesempatan yang sama Direktur Eksekutif CERDAS, Indra Charismiadji menerangkan tentang diferensiasi, konsep yang diusung dalam Kurikulum Merdeka dalam pemaparannya.
“Pembelajaran berdiferensiasi intinya adalah pembelajaran yang fokusnya kepada murid, dan setiap murid tidak mungkin sama. Guru perlu mengetahui cara menghadapi siswa yang berbeda-beda tersebut,” terang Indra.
Salah satu pembicara dalam webinar, Founder EdutransID, Hendi Pratama, menyampaikan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru perlu mencoba memberikan konteks yang relevan.
Menurut Hendi, masih banyak para pendidik yang menggunakan pendekatan yang sama saat menulis di media akademik dan di media sosial, padahal seharusnya berbeda.
“Mari menjadi teacher influencer dengan mencoba hal baru sehingga tidak kalah dengan Key Opinion Leader saat ini,” ujarnya.
Lihat juga: Adopsi Teknologi Imersif, SMA dan SMK di Bali Gunakan Virtual Reality
Acara webinar bertajuk “Transformasi Digital Sektor Pendidikan” itu diselenggarakan oleh Kemkominfo dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November.
Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 1.000 guru yang berasal dari disiplin ilmu yang berbeda secara luring di Kabupaten Kuningan maupun secara daring dari seluruh Indonesia.
Dalam webinar yang berlangsung selama delapan jam mengulas tentang berbagai macam problema sistem pembelajaran, mulai dari kurikulum yang diajarkan hingga pembelajaran teknologi yang mengharuskan guru beradaptasi dan memaksimalkan penggunaan teknologi agar pembelajaran menjadi menyenangkan. (lg)