Jakarta – Transparansi data tidak bisa ditolak seiring pesatnya penggunaan teknologi informasi di kehidupan sehari-hari. Jejak aktivitas pribadi terekam ke dalam ‘big data‘ melalui aplikasi seperti Google, WhatsApp dan media sosial.
“Google, WhatsApp, Facebook, dkk, lebih tahu profil pribadi seseorang karena memiliki rekam jejak digital. Bila dulu kapitalisme menyasar sumber daya alam, saat ini kapitalisme berlaku terhadap penguasaan data orang per orang,” papar Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum, Henry Subiakto, pada acara talkshow Digital Literasi Dalam Keterbukaan Informasi Publik, di Menteng Jakarta, Kamis (20/12).
Menurutnya, Pejabat Pengelola Dokumentasi dan Informasi (PPID) di kementerian dan lembaga mempunyai peran penting dalam mengimbangi jurnalisme warga sebagai dampak ‘mass self communication‘. Informasi resmi dari instansi pemerintah menjadi bahan rujukan publik untuk menangkal hoax yang marak belakangan ini.
Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika, Mariam F. Barata menambahkan, kompetensi digital skill PPID harus ditingkatkan memasuki Revolusi Industri 4.0, ditandai makin menyatunya mesin, perangkat, sensor, dan manusia serta berkembangnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
Acara talkshow juga menampilkan Yosi Makalu (personil Project Pop) yang menayangkan video-video bertema literasi digital. Melalui video Yosi mengajak seluruh lapisan masyarakat agar dewasa dalam bermedia sosial, caranya dengan memperbanyak konten dan komentar yang bernada positif.
Turut hadir membuka acara Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP), Gede Narayana, didampingi Komisioner KIP Arif Adi Kuswardono dan Romanus Ndau. Acara terselenggara atas kerja sama antara KIP dan Siberkreasi Kementerian Kominfo, mengundang para PPID dari seluruh kementerian dan lembaga di tingkat pusat. (mhk)