Jakarta, Ditjen Aptika – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria meminta masyarakat tidak mengumbar data pribadi di media sosial karena rentan disalahgunakan. Meskipun, Pemerintah telah melaksanakan Gerakan Nasional Literasi Digital dengan salah satu pilar digital safety, namun upaya meningkatkan kesadaran dalam melindungi data pribadi memerlukan dukungan semua pihak.
“Kesadaran kita tentang data privacy ini juga penting, enggak semua data-data pribadi itu harus diumbar, baik di Facebook, maupun di Google, maupun di manapun, karena apa, karena banyak juga disalahgunakan,” tandasnya dalam acara Literasi Digital Santri Milenial di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/08/2023).
Wamenkominfo menyatakan masyarakat yang memiliki literasi digital yang baik akan berhati-hati dalam membagikan dan menerima informasi melalui media sosial. Menurutnya, banyak contoh korban tindak pidana perdagangan orang akibat dari kecerobohan dalam pelindungan data pribadi.
“Ini dimulai dari data pribadi yang terlalu diumbar, kemudian mereka (penjahat) melakukan profiling, dia tahu orang ini pengen cari kerja, pengen apa segala macam, akhirnya dia betul-betul buat micro targeting buat orang-orang seperti ini,” jelasnya.
Menurut Wamenkominfo, teknologi kecerdasan buatan bisa berjalan karena diberi masukan berupa data yang sangat banyak (big data) dari berbagai sumber.
“Artificial intelligence ini makanannya data, big data, jadi big data inilah yang diolah, yang kemudian dibuat modelnya, lalu disusun algoritmanya untuk decision making,” jelasnya.
Oleh karena itu, Wamen Nezar Patria meminta masyarakat waspada jika berinteraksi dengan orang yang baru dikenal melalui platform digital. Dari sisi regulasi, Kementerian Kominfo akan terus memonitor perkembangan teknologi kecerdasan buatan untuk merumuskan regulasi yang tepat.
“Kementerian Kominfo mencoba memonitor, kita tidak ingin melakukan satu regulasi yang menghambat inovasi-inovasi,” tuturnya.
Wakil Menteri Nezar mengatakan Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi memang belum mengakomodasi perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang semakin pesat, namun aturan turunan berupa Peraturan Presiden akan mengatur tentang pengamanan data pribadi untuk keperluan kecerdasan buatan.
Wamenkominfo Ajak Santri Sebarkan Budaya Digital
Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Gerakan Nasional Literasi Digital untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat meliputi digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Kecakapan digital menjadi bekal untuk masa depan bangsa Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi dan menjadi dasar mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan santri juga memiliki tanggung jawab moral untuk menyebarkan budaya digital yang sesuai dengan ajaran agama.
“Rekan-rekan di sini belajar soal agama jauh lebih dalam ketimbang mereka yang tidak belajar secara khusus di pondok atau di madrasah ataupun di tempat lain, karena itu ada semacam tanggung jawab moral yang lebih besar juga untuk menyebarkan yang namanya digital culture yang sesuai dengan ajaran agama,” ucapnya dalam acara Literasi Digital Santri Milenial di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/08/2023).
Menurut Wamenkominfo, saat ini banyak pengguna media sosial tidak lagi memperhatikan norma kesopanan dan adab dalam mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu, Wamen Nezar Patria juga mendorong santri berkontribusi mengembangkan budaya digital sesuai norma di Indonesia.
“Kita membangun satu budaya digital yang sehat juga gitu, kita coba mengadopsi norma-norma yang hidup di tengah masyarakat kita,” jelasnya.
Bahkan, Wamenkominfo meminta santri yang mencintai bangsa Indonesia terus menggelorakan semangat kebangsaan saat berinteraksi dalam platform digital.
“Ada banyak masalah di sana, rekrutmen untuk gerakan-gerakan yang anti-NKRI misalnya, itu juga menggunakan platform digital,” tandasnya.
Wakil Menteri Nezar meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menerima informasi yang beredar di internet apalagi menjelang pelaksanaan Pemilu Serentak 2024.
“Terlebih perkembangan teknologi kecerdasan buatan akhir-akhir ini telah melahirkan konten deepfake yaitu video yang dibuat mirip seperti sosok tertentu padahal merupakan rekayasa digital,” ungkapnya.
Acara Literasi Digital Santri Milenial yang diselenggarakan Dunia Santri Community dihadiri Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Ubaidillah, Kepala Pusdatin Kemendikbudristek Muhamad Hasan Chabibie, Wakil Rektor I UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Maghfur, Direktur Dunia Santri Community Abdulloh Hamid, dan perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. (hth)