Jakarta, Ditjen Aptika – Dalam upaya membangkitkan sektor pariwisata dari krisis pandemi Covid-19, Kementerian Kominfo mencoba meningkatkan literasi digital masyarakat Desa Wisata Pandanrejo dengan membentuk Pandu Digital. Hal tersebut juga sebagai persiapan dalam menghadapi KTT G20.
“Kemajuan teknologi digital memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi banyak industri, tak terkecuali industri pariwisata. Kami berharap dari kegiatan ini akan muncul pandu-pandu digital yang memiliki komitmen membangun SDM digital di Desa Wisata Pandanrejo ini, ujar Koordinator Pandu Digital Kemkominfo, Bambang Tri Santoso, saat Workshop dan Pembentukan Pandu Digital dengan tema Transformasi Digital Sektor Pariwisata & UMKM Bersiap Menjelang KTT G20, di Desa Pandanrejo, Kabupaten Purworejo, Senin (08/11/2021).
Pariwisata, lanjut Bambang, juga merupakan salah satu tema dalam pertemuan KTT G20 yang rencananya akan dilaksanakan di Indonesia pada tahun depan. Sehingga Indonesia harus mulai bersiap untuk dapat membangkitkan perekonomian nasional, salah satunya melalui sektor pariwisata.
Bambang juga menyampaikan bahwa inovasi transformasi digital dalam industri pariwisata menghasilkan banyak peluang yang dapat dioptimalkan oleh berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Adanya pandemi Covid-19 kembali mengingatkan bahwa digitalisasi sangat penting perannya untuk membangkitkan sektor pariwisata.
Kementerian Kominfo sendiri telah melakukan berbagai inisiatif dan kolaborasi bersama K/L lainnya dalam mendukung sektor pariwisata khususnya pada lima destinasi super prioritas, yaitu Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Khusus Ditjen Aptika program-program yang mendukung lima destinasi super prioritas diantaranya Smart City, UMKM Go Digital, Digitalisasi Sektor Strategis, dan Literasi Digital.
“Kementerian Kominfo melalui Pandu Digital Indonesia juga memberikan Training of Trainer (ToT) kepada sektor pariwisata secara daring. Tujuannya agar para pandu digital yang telah terbentuk mendapatkan bekal dalam melakukan pendampingan sektor pariwisata di daerah mereka masing-masing,” tutur Bambang.
Dirinya turut menjelaskan ada tahapan jangka pendek dan jangka panjang dalam membangkitkan sektor pariwisata. Jangka pendek ada pendampingan penggunaan media sosial dalam melakukan reservasi dan optimalisasi platform digital sebagai sarana untuk membuat cerita destinasi wisata sebagai bentuk promosi.
“Sedangkan jangka panjangnya kita akan menjalin ekosistem pariwisata dengan Penta Helix (Pemerintah, Swasta, Akademisi, Pengelola Pariwisata, dan Pokdarwis) untuk melakukan pendampingan menyiapkan bentuk pariwisata baru, seperti virtual tour serta pengemasan-pengemasan produk dalam bentuk digital lainnya,” terang Bambang.
Lihat juga: Pandu Digital Jadi Kunci Hadapi Tantangan Literasi Digital Pedesaan
Terakhir, Bambang menekankan pada strategi komunikasi dan promosi yang harus dilakukan secara terus menerus, tidak hanya kepada pasar domestik tetapi juga pasar mancanegara. “Oleh karena itu kita harus memperbaiki cara-cara digitalisasi pada industri pariwisata. Upaya ini harus segera dilakukan agar potensi kunjungan wisman tidak lari ke negara lain,” pungkas Bambang.
Sementara itu, Kepala Desa Pandanrejo, Supandi, mengapresiasi pembentukan Pandu Digital di Desa Wisata Pandanrejo. Ia berharap program itu dapat meningkatkan SDM digital dan akan membawa kemajuan di desanya.
“Ini jadi kesempatan bagi Indonesia untuk unjuk gigi. Kita harus menunjukkan wisata di Indonesia tidak kalah dari negara-negara lain. Apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam KTT G20, ini menjadi kesempatan yang sangat bagus,” tuturnya.
KTT G20 sendiri merupakan kerja sama multilateral yang konsen pada bidang perekonomian dengan dilatarbelakangi krisis pada 2008. Anggota G20 terdiri dari 19 negara utama dan juga Uni Eropa. Pada KTT G20 tahun 2021 akan ada dua tema yang menjadi prioritas, yakni pemulihan ekonomi dan perubahan iklim.
Untuk itu perlu upaya branding dan exposure bahwa pariwisata di Indonesia sangat layak disinggahi. “Kita sebagai agent of change harus berkontribusi besar bagaimana mendorong Desa Pandanrejo khususnya untuk dikenal dan menjadi objek terkenal di Indonesia,” tutup Supandi. (lry)