Suhono: Kecerdasan Buatan sebagai Solusi Atasi Masalah Kota

Suasana breakout room Smart City Ignition Gerakan Nasional 1000 Startup Digital 2021 di Bali, Sabtu (25/09/2021).

Bali, Ditjen Aptika – Penggunaan kecerdasan buatan mampu menjadi solusi untuk atasi masalah kota di masa depan. Jumlah masalah kota yang diselesaikan menjadi jauh lebih banyak melalui perangkat artificial intelligence (AI) itu.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Teknologi Informasi ITB, Suhono Supangkat dalam acara Ignition Gerakan 1000 Startup Digital 2021 dengan tema smart city di Bali, Sabtu (25/09/2021).

“Dengan menggunakan sensor kecerdasan buatan kita bisa mengambil data sebagai dasar pemecahan masalah kota lebih banyak. Misalnya sebelumnya hanya terkumpul 1 juta, menjadi 5 juta,” kata Suhono.

Data menjadi salah satu dasar analisis agar respon atau pemahaman untuk mengelola kota dapat lebih cerdas, tepat, dan akurat. “Sehingga pemahaman kota akan lebih baik, lebih menyeluruh, dan detail,” ujarnya.

Suhono pun menguraikan tiga konsep kota cerdas dalam penerapan kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah kota, yaitu sensing, understanding, dan acting.

Sensing maksudnya adalah sensor untuk mengenali data yang kemudian digunakan untuk menganalisis permasalahan (understanding). Acting adalah aksi dari hasil analisis permasalahan kota tersebut.

Namun menurutnya, kecerdasan buatan masih terus berkembang dan penggunaannya masih jauh. “Sehingga menjadi tantangan bagi para startup baru dalam mengembangkan usahanya untuk kepentingan masyarakat,” kata Suhono.

Lihat juga: Lewat Enam Pilar Utama Kominfo Berupaya Hadirkan 100 Smart City

Kepala BLUD Jakarta Smart City, Yudhistira Nugraha dalam breakout room Ignition 1000 Stratup Digital (25/09).

Sementara itu Kepala BLUD Jakarta Smart City, Yudhistira Nugraha menjelaskan bahwa kecerdasan buatan tidak dapat berjalan tanpa adanya data.

“Harus memikirkan ketersediaan data yang mampu dikembangkan menjadi sistem maupun services,” ujar Yudhis.

Pelayanan tersebut dibuat dalam bentuk platform yang beraneka ragam, misalnya situs, dashboard, atau WhatsApp, dan memberikan warga digital identity untuk personalisasi layanan.

“Berdasarkan data yang ada, setiap warga dapat menerima pelayanan yang lebih tepat sasaran, misalnya apakah layak menerima BLT, kartu lansia, serta kewajiban masing-masing warga,” jelas Yudhis.

Ia menjelaskan bahwa dari situ pelayanan dapat diberikan kepada warga dari lahir hingga meninggal. “Dan mampu meningkatkan taraf hidup warga dari mulai pendidikan hingga kesehatannya,” tambahnya.

Baginya dalam mewujudkan kota cerdas dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dan data, pemerintah harus bekerja sama dengan para startup.

“Apabila ekosistem antar startup dan pemerintah telah terbentuk, maka startup bisa menjadi problem solver yang agile sehingga masalah kota yang ada bisa teratasi bahkan mampu meningkatan ekonomi apabila berhasil memperoleh investor,” terang Yudhistira.

Lihat juga: Ignition 1000 Startup Digital, Manfaatkan Momentum Pandemi untuk Kembangkan Startup

Ia juga berpesan bagi para startup yang ingin fokus pada pelayanan publik agar terus maju. “Apabila memiliki manfaat yang langsung dirasakan masyarakat just go, sehingga tidak hanya pemerintah yang melakukan bahkan bisa berkolaborasi bersama,” pungkas Yudhis. (pag)

Print Friendly, PDF & Email