Jakarta, Ditjen Aptika – Pemberitaan pada dua hari terakhir pun didominasi seputar spyware Israel yang mengincar aktivis Indonesia. Isu ini naik setelah ada laporan peneliti dari pengawas keamanan siber Citizen Lab yang menemukan adanya serangan Spyware Pegasus bernama Candiru pada 1.400 pengguna WhatsApp global dengan salah satunya mengincar aktivis Indonesia.
Media mengangkat pernyataan Jubir Kominfo Dedy Permadi bahwa Menkominfo memberi perhatian serius pada upaya pemantauan terhadap beragam ancaman siber di Indonesia, termasuk ancaman siber Candiru. Dedy juga menambahkan bahwa temuan tersebut telah dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan lain yang terkait, termasuk di antaranya BSSN. Dedy mengimbau masyarakat untuk terus menjaga keamanan data pribadi dan gagdet/gawai masing-masing.
Dedy memaparkan beberapa cara untuk menjaga keamanan data, yaitu mulai dari memperbarui password secara berkala, mengaktifkan fitur Multi-Factor Authentication pada aplikasi pengelola data pribadi, serta meng-update fitur keamanan di tiap-tiap gagdet ke versi terbaru.
Dedy juga meminta masyarakat selalu berhati-hati ketika mengakses suatu konten di internet danan secara proaktif melaporkan konten-konten negatif yang berpotensi mengancam keamanan siber.
Menkominfo Minta Platform Media Sosial Atasi Hoaks Covid-19
Isu lainnya yang juga mewarnai pemberitaan adalah mengenai Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate yang meminta platform media sosial lebih aktif mengatasi penyebaran hoaks tentang Covid-19.
“Saya menyesalkan banjir informasi yang tidak tepat dan sangat memengaruhi laju pemulihan pandemi Covid-19 di Indonesia. Oleh karena itu, saya instruksikan kepada semua platform digital untuk lebih proaktif melakukan penanganan konten hoaks, turut mengamplifikasi pesan yang membangun optimisme dan kekuatan bangsa, serta turut menyebarkan informasi kebijakan dan penanganan Covid-19 oleh pemerintah, termasuk percepatan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan,” kata Johnny, dalam keterangan pers, dikutip Selasa.
Sepanjang 23 Januari 2020 hingga 18 Juli 2021, menurut data Kominfo, terdapat 1.763 isu hoaks Covid-19 yang tersebar melalui 3.817 unggahan di media sosial. Sebanyak 3.356 sudah diturunkan, sementara yang diajukan ke ranah hukum dari hoaks tersebut berjumlah 767 kasus menurut data per 15 Juli.
Hoaks yang dimaksud antara lain tuduhan rumah sakit “meng-Covid-kan” pasien hingga kabar Covid-19 adalah konspirasi.
Selain itu, Kominfo menemukan 252 isu hoaks vaksin Covid-19 pada periode 4 Oktober 2020 sampai 18 Juli 2021. Isu hoaks tersebut dimuat di 1.850 unggahan media sosial.
Menurut Kominfo, seluruh unggahan hoaks vaksin Covid-19 itu sudah diturunkan. Misinformasi juga merambat pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa dan Bali, pada 4 hingga 18 Juli ada 25 isu hoaks di 209 unggahan.
Terdapat 136 unggahan yang sudah diturunkan. Hoaks tentang PPKM menyangkut pemahaman yang keliru tentang perpanjangan PPKM Darurat.
Kominfo berkomitmen untuk terus menangani hoaks, selain meminta platform untuk menurunkan konten, kementerian juga menerbitkan klarifikasi hoaks, memberikan edukasi dan literasi digital sampai bekerja sama dengan Kepolisian RI untuk penegakan hukum. Saat ini terdapat kanal s.id/infovaksin dan s.id/datacovid19id untuk mengecek kebenaran informasi dan aduankonten.id untuk kanal aduan konten negatif, termasuk hoaks seputar virus corona dan vaksin Covid-19. (lry)