Jakarta, Ditjen Aptika – Kehadiran pandemi Covid-19 yang menerpa Indonesia bahkan dunia telah memunculkan banyak dampak negatif, bukan hanya dari sisi kesehatan tetapi juga sisi ekonomi dan sosial. Ditjen Aptika Kemkominfo mencoba mencari solusi-solusi menghadapi pandemi Covid-19 melalui bidang TIK, salah satunya melalui program Indonesia entrepreneur TIK (IdenTIK).
IdenTIK sendiri merupakan sebuah wadah atau sarana ajang kompetisi dari Ditjen Aptika bagi masyarakat Indonesia, baik individu, komunitas, perusahaan, instansi pemerintah pusat/daerah, akademisi, peneliti, kreator, dan inovator di bidang TIK yang memiliki karya, produk, atau solusi.
Adapun enam kategori produk yang IdenTIK fokuskan, yaitu Public Sector, Private Sector, Research and development, Corporate Social Responsibility (CSR), Digital Content, dan Startup Company.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2020 telah dipilih pemenang IdenTIK dari masing-masing kategori yang ada. Namun pada pelaksanaan IdenTIK tahun 2021 Ditjen Aptika mencoba menghadirkan format baru berupa diskusi tematik menghadirkan variasi isu yang sesuai dengan hal-hal krusial saat ini.
“Kami namakan format acara tersebut dengan nama ngulik solusi bersama IdenTIK, dengan konsep baru ini harapannya kehadiran event ini akan menghadirkan pengetahuan lebih kepada hal teknis,” jelas Sub Koordinator Indonesia Entrepreneur TIK, Hari Purwadi, pada pembukaan acara Ngulik Solusi bersama IdenTIK, Jumat (29/01/2021).
Untuk tema event kali ini yakni e-health series bersama dua karya terpilih pemenang IdenTIK 2020 dari kategori CSR dan RnD, yaitu Nayakalara yang akan diwakili Alexander Gunawan dan USMAN yang akan diwakili Elik Hari M.
Nayakalara
Nayakalara merupakan robot pembasmi virus Covid-19 yang dikembangkan oleh Binus University. Adapun latar belakang pembuatan Nayakalara yakni semakin meningkatnya kasus suspect dan positif virus Covid-19 di Indonesia.
Dengan kondisi demikian disinfeksi dan sterilisasi ruangan-ruangan yang ada di rumah sakit dirasa sangat diperlukan karena tenaga medis berinteraksi langsung dengan pasien penderita Covid-19. Demi mencegah penularan proses disinfeksi perlu dilakukan secara jarak jauh, sehingga dibuatlah robot ini.
“Kami dari lab robotic and inteligince system Binus University, sebagai akademisi kami ingin ikut andil meringankan beban pemerintah untuk menanggulangi Covid-19. Di saat yang bersamaam kami juga dapat menerapkan kompetensi yang kami miliki,” jelas Ketua tim Nayakalara, Alexander Gunawan.
Menerangkan lebih lanjut, ia mengatakan sebagai solusi yang mereka ajukan dirancang dua jenis robot berdasarkan hasil konsultasi dengan rumah sakit yang menjadi stakeholder mereka.
- Robot pengiriman barang dan monitoring, dan
- Robot untuk penyemprotan disinfektan dan penyinaran UV.
“Tentunya kami juga melakukan produksi dan mengirimkan ke RS berikut pelatihannya dan perawatannya juga,” tandasnya.
Dengan menyediakan robot yang dapat dikendalikan dalam jarak menengah dan jauh diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dalam proses sterilisasi lokasi dan mengurangi penggunaan alat pelindung diri (APD) pada tenaga medis.
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, Alexander terlebih dahulu memaparkan arti nama Nayakalara dan mengapa dipilih nama tersebut. “Nayakalara diambil dari bahasa sanskerta, nayaka = prajurit dan lara = sakit. Jadi filosofinya yakni para prajurit yang bertempur melawan wabah penyakit yang berjangkit serempak di bumi,” paparnya.
Para prajurit yang dimaksud di sini ialah robot-robot dengan beragam kemampuan yang dikembangkan untuk berbagai keperluan membantu manusia dalam mengurangi resiko penularan virus Covid-19.
Robot Disinfektan
Robot ini bisa dikendalikan dalam jarak menengah (8-10) meter menggunakan Bluetooth, fungsinya untuk melakukan disinfeksi dari suatu ruangan yang sudah tercemar. “Virus ini sangat berbahaya, kami tidak ingin orang yang melakukan penyemprotan kontak langsung dengan ruangan yang sudah tercemar, cairan disinfektan ini juga cukup berbahaya jika terlalu dekat akan menyebabkan resiko penyakit kulit,” tutur Alexander.
Robot Pengiriman Barang
Robot ini dapat digunakan sebagai media pengiriman barang, makanan, dan monitoring. Robot ini bisa digunakan untuk mengirimkan makanan bagi pasien Covid-19 dan juga bisa melakukan monitoring melalui konsultasi melalui earphone. Robot ini bisa dikendalikan dalam jarak jauh (3 lantai) menggunakan Wifi.
“Sedikit bercerita mengenai implementasi dari kedua robot ini, kita melakukan prototype awal. Proyek ini diawali dengan bahan-bahan yang sederhana (tidak seperti sekarang), kita mencari masukan dari beberapa rumah sakit seperti RS Hasan Sadikin Bandung untuk uji coba awal dan meminta masukan,” cerita Alexander.
Menurutnya dengan berkonsultasi langsung dengan stakeholder terkait, dalam hal ini rumah sakit maka akan mendapatkan solusi yang benar-benar tepat. Dengan begitu mereka dapat membuat robot berdasar fungsionalitas yang benar-benar dibutuhkan rumah sakit.
Bicara soal proses produksi, ia menerangkan bahwa membutuhkan biaya 300 juta rupiah untuk bisa memproduksi sekitar 20 robot. “Jadi satu robot membutuhkan sekitar 15 juta rupiah berikut berbagai pengeluaran lain. Untuk memproduksi 20 robot itu kami mengajukan proposal ke yayasan Binus,” terangnya.
Dua puluh robot yang dibuat kemudian didistribusikan ke berbagai rumah sakit di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Dalam perjalanannya ada sedikit kendala untuk rumah sakit di luar Jakarta karena tidak bisa langsung melakukan uji coba dan training untuk mereka (hanya melalui daring).
Dalam kesempatan tersebut Alexander juga menampilkan testimoni dari salah satu rumah sakit yang mendapatkan Nayakalara, sebagai berikut:
“Terima kasih atas donasinya ke RSPI Sulianti Saroso, dua pasang robot spray dan pembawa makanan. Sukses untuk tim Robotik dari Universitas Bina Nusantara.” – Hery Gunawan
UVC Sterilizer Lantai Masjid yang Aman (USMAN)
USMAN merupakan robot beroda dengan kendali microcontroller yang berfungsi untuk sterilisasi lantai masjid dan alas shalat menggunakan sinar UVC. Fungsinya mensterilisasi lantai masjid dan alat sholat menggunakan teknologi sinar UVC.
“USMAN merupakan nama atau sosok yang terkenal bagi agama Islam sejalan dengan fungsi dari robot ini. USMAN sendiri diambil dari akronim Uvc Streilizer lantai Masjid yang Aman,” jelas Ketua Tim USMAN, Erik Hari Muktafin.
Ia menuturkan bahwa Indoensia patut berbangga di masa pandemi Covid-19 ini menantang para inovator Indonesia untuk menghadirkan solusi-solusi yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan. USMAN sendiri info darinya telah mendapatkan beberapa penghargaan.
Ia pun menjelaskan latar belakang pembuatan USMAN, menurutnya lantai masjid merupakan media potensial penyebaran Covid-19, karena virus dapat menempel dan terhirup saat melakukan gerakan sujud.
“Hampir semua robot atau teknik sterilisasi berfokus pada ruangan dan organ tubuh tangan, tapi ada satu hal yang jarang orang terpikirkan, yaitu lantai masjid. Padahal saat kita sholat di masjid tanpa kita sadari ada potensi penyebaran virus dari lantai masjid,” jelasnya.
Sehingga menurutnya jika masuk masjid hanya dilakukan sterilisasi organ tubuh tangan saja kurang efektif karena ada media lain yang bisa membawa virus. Kemudian pertanyaannya, jenis sterilisasi apa yang cocok dengan lantai masjid?
“Ada banyak jenis sterilisasi, yang paling banyak digunakan yakni semprotan berbasis bahan kimia. Sterilisasi jenis tersebut memang sangat efektif untuk membunuh virus dan bakteri, tetapi ini akan berbahaya jika terkontak langsung dengan manusia, sehingga ini tidak bisa kita gunakan untuk lantai masjid,” paparnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dibuatlah USMAN, teknik sterilisasi dengan sinar UVC sebagai media sterilisasinya. Jenis itu sangat pas digunakan pada lantai masjid karena tidak meninggalkan residu dan meminimalkan resiko terhadap manusia.
USMAN sendiri memiliki beberapa fitur, ada aplikasi mobile menggunakan Android untuk bisa mengendalikan dan mengatur dari jarak jauh. Lalu ada sistem gerakan presisi, sistem kendali gerakan berbasis PID untuk ketepatan gerakan.
Selanjutnya ada pengereman otomatis, dengan menggunakan sensor secara adaptif guna mendeteksi halangan dan mengubah arah gerak agar tidak menabrak. Terakhir, USMAN memiliki tiga mode kendali, yaitu kendali gerakan manual, rekaman gerakan, dan penjadwalan.
USMAN menggunakan sinar UVC dengan panjang gelombang 254 namo meter dan memiliki sifat germicidal dan diisolasi dengan reflektor sehingga aman. Berdasarkan penelitian Dr. Anthoni Griffiths (2020), sinar UVC memiliki ketepatan 99% dalam menonaktifkan virus SARS-CoV-2 dalam waktu 6 detik.
Robot USMAN sendiri berbentuk memanjang, ada dua seri (100 cm dan 120 cm). Bentuknya memanjang karena di dalamnya terdapat lampu UVC serta agar area penyapuannya luas.
Pada bagian bawah terdapat dua roda penggerak dan dua roda bebas di kedua ujungnya, sedangkan pada bagian depan ada sensor untuk mendeteksi halangan. “Ada suatu teknik untuk pergerakan presisi juga, jika area/lantainya tidak datar, maka robot ini bisa memposisikan seperti posisi semula. Hal ini kami buat agar tidak ada 1 cm pun bagian masjid yang terlewatkan,” tandasnya.
“USMAN dibentuk untuk tidak meninggalkan residu dan tidak perlu mengosongkan ruangan karena sinar UVC yang dipancarkan hanya mengarah ke lantai. Dari segi produksi, untuk memproduksi satu robut USMAN ini memerlukan dana sebesar 8 juta rupiah,” infonya.
Manfaat penggunaan USMAN sendiri menurutnya guna menghadirkan kembali keamanan dan kenyamanan beribadah di masjid selama masa pandemi Covid-19. Dirinya juga ingin melakukan pemberdayaan menyerap tenaga kerja untuk memproduksi USMAN ini.
Sementara itu dari segi potensi ia menerangkan bahwa pangsa pasarnya sangat besar, menurut data dewan masjid Indonesia ada total 800 ribu masjid yang tersebar di seluruh Indonesia. “USMAN sudah kita uji coba di beberapa masjid di Jakarta,” pungkasnya.
AICTA 2021
Sementara itu Koordinator Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital, Aris Kurniawan optimis para wakil Indonesia akan bisa berbuat banyak dalam mewakili Indonesia di ajang AICTA 2021. “Saya yakin di tahun ini akan bisa berbuat lebih banyak,” ungkapnya.
Aris juga mendorong para makers untuk bisa lebih banyak membuat inovasi dengan berkolaborasi dengan komunitas. “Ada program akselerasi teknolgoi robotica dan IoT untuk bisa diikuti,” sarannya.
Para pemenang dengan karya-karya terpilih IdenTIK 2020 dari masing-masing kategori akan dibawa selanjutnya untuk menjadi kandidat mewakili Indonesia dalam ajang kompetisi tahunan TIK pada tingkat regional ASEAN yakni AICTA. Pada kompetisi AICTA akan ada perwakilan 9 negara lain yang memperebutkan title winner dan akan dinobatkan sebagai produk terbaik pada 6 kategori.
Seperti diketahui pada penyelenggaraan AICTA 2019 di Laos Indonesia meraih prestasi yang cukup gemilang dengan menyabet gelar juara umum dengan raihan 2 gold winner pada ketegori research and development dengan karya ATM Sehat yang berfokus pada bidang kesehatan, dan kategori private sector yang diraih oleh tim RiTx Bertani dengan fokus pada presisiton agriculture.
Pada tahun 2020 dikarenakan pandemi Covid-19 pelaksanaan AICTA ditiadakan dan jika tidak ada kendala perhelatan akan dilaksanakan kembali pada tahun 2021 di Malaysia dan Myanmar. Oleh karena perubahan kondisi tersebut para karya yang terpilih pada pelaksanaan IdenTIK 2020 kemarin akan diajukan sebagai wakil kandidat Indonesia pada perhelatan AICTA tahun 2021 dan pola ke depannya akan terus seperti itu. (lry)