Literasi Harus Diberikan Sejak Dini untuk Cegah Dampak Negatif Teknologi

jelas Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat acara Siberkreasi Hangout Online dengan tema Dampak Teknologi terhadap Perkembangan Anak, Senin (18/01/2021).

Jakarta, Ditjen Aptika – Munculnya dampak negatif terhadap penggunaan teknologi harus dapat dicegah sejak dini. Literasi menjadi hal vital yang harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut.

“Dampak negatif terhadap teknologi digital muncul karena banyak yang tidak memahami bagaimana menjalani dan beraktivitas di ruang digital. Di sini peran penting literasi terhadap masyarakat sejak usia dini, karena masa tersebut merupakan tahap vital dan penting bagi proses pertumbuhan mereka,” jelas Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat acara Siberkreasi Hangout Online dengan tema Dampak Teknologi terhadap Perkembangan Anak, Senin (18/01/2021).

Hal yang harus digarisbawahi, lanjut Semuel, transformasi digital ialah bagian dari proses kehidupan fisik kita, bukan menggantikan. “Oleh karenanya perlu adanya keseimbangan, ini bagian dari literasi yang kita lakukan,” tandasnya.

Kementerian Kominfo dalam melakukan literasi digital melakukan perumusan kerangka kerja literasi digital sebagai basis dalam merancang program dan kurikulum literasi digital Indonesia tahun 2020-2024.

Kerangka kerja literasi digital (18/1)

“Empat kerangka kerja tersebut sebagai basis dalam implementasi tiga pilar transformasi digital, yakni digital society, digital economy, dan digital government,” tandasnya.

Jika bicara transformasi digital, pekerjaan rumah yang harus dilakukan ialah menyiapkan sumber daya manusia. Dengan adanya pandemi Covid-19 ini berimbas pada percepatan transformasi digital, ditandai dengan lima arahan presiden yang salah satunya berisi persiapan kebutuhan SDM talenta digital.

Lihat juga: Literasi Digital Jadi Kunci Pemanfaatan Teknologi

Dirjen Aptika juga menerangkan, dalam program nasional literasi digital 2021-2024 yang akan dijalankan Kemkominfo melalui Siberkreasi terbagi atas dua program. Pertama Siberkreasi Cakap Digital (kelas dasar, madya, dan mahir), dan kedua Siberkreasi Berdaya Kelas Inklusif (difabel, daerah 3T, dan lansia).

“Program-program eksisting juga nantinya tetap akan dijalankan selain dua program diatas,” tambahnya.

Dalam menjalin kerja sama dengan 514 kabupaten/kota, Kemkominfo berkolaborasi dengan 108 stakeholder, karena literasi merupakan sebuah gerakan, tidak bisa dilakukan oleh satu institusi.

“Karena dalam transformasi digital nobody left behind, semua orang harus bisa dibekali dan harus bisa transformasi dengan baik,” pungkasnya.

Sementara itu Direktur Jenderal PAUD Kemendikbud, Jumeri juga mengatakan akan berupaya terus mendorong dan menerapkan berbagai strategi agar penguasaan literasi dasar pada anak didik terus menjadi habituasi atau pembiasaan baik.

Dirjen PAUD Kemendikbud, Jumeri (kanan) saat acara Siberkreasi Hangout Online (18/1).

“Salah satu literasi dasar yang harus dikuasai peserta didik ialah literasi digital, kita harus terus sosialisasikan agar mereka punya kesadaran tinggi. Kita harus dorong life skill dan critical thinking bagi peserta didik,” imbuhnya.

Kemendikbud berkomitmen akan senantiasa berkolaborasi dengan Kemkominfo terkait transformasi digitalisasi sekolah. Saat ini Kemendikbud juga sedang melakukan finalisasi kurikulum mata pelajaran informatika pada semua jenjang pendidikan.

“Digitalisasi penting untuk mewujudkan generasi berprestasi serta berbudi pekerti, mari terus berkolaborasi untuk seluruh anak negeri dalam membangun Indonesia,” tutupnya. (lry)

Print Friendly, PDF & Email