Jakarta, Ditjen Aptika – Pelindungan terhadap data digital akan tetap rawan bila pengetahuan sumber daya manusia masih lemah. Terutama dalam menjaga keamanan siber akibat meningkatnya aktivitas di ruang digital saat pandemi Covid-19.
“Sekuat apapun keamanan siber yang telah diterapkan, apabila human character masih lemah, data tetap berpeluang bocor. Selama ini kita bicara serangan yang terjadi dari luar, bagaimana bila kebocoran tersebut karena SDM-nya sendiri tidak mengerti mengenai keamanan siber,” ujar Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan dalam webinar Fortinet Understanding The Developing Threat Landscape melalui aplikasi Zoom, Selasa (14/07/20).
Pria yang biasa dipanggil Semmy ini menyebutkan sejumlah inisiatif yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kemampuan SDM tersebut. Salah satunya Digital Talent Scholarship (DTS) yang kini beralih daring (online) dan masih bisa diikuti masyarakat.
“Kami bekerja sama dengan platform besar seperti Cisco dan Microsoft untuk DTS ini. Targetnya pada tahun 2030 Indonesia memiliki 9 juta talenta digital yang harapannya bisa meningkatkan keamanan di ruang digital,” lanjut Dirjen Semuel.
Lihat Juga: Hadapi Tranformasi Digital, Indonesia Butuh 9 Juta Talenta Digital
Selain itu, Semuel menyebutkan bahwa Kemkominfo mengirimkan 20 staf Ditjen Aptika ke Eropa untuk belajar mengenai pelindungan data pribadi. “Harapannya RUU PDP juga dapat selesai pada Oktober 2020,” ujar Semuel.
“Kita juga sedang membuat super app dalam literasi digital sehingga masyarakat dapat mengunggah karya TIK mereka dan bisa digunakan secara luas sesuai keperluan masing-masing masyarakat maupun pemerintahan,” tambah Semuel.
Namun akibat pandemi Covid-19, dua ratus beasiswa ke luar negeri yang diadakan Kemkominfo harus berhenti sementara. Alasannya, negara tujuan sedang menutup kedatangan warga negara asing selama pandemi ini. Masyarakat tetap dapat mengikuti beasiswa dalam negeri yang masih diadakan.
Lihat Juga: Program Beasiswa S2 Dalam Negeri Konsentrasi Transformasi Digital Sektor Publik
Senada dengan Dirjen Semuel, Kepala Diskominfo Jawa Barat, Setiaji juga mengatakan SDM untuk menjaga keamanan siber harus disiapkan. Selama pandemi ini, serangan siber di Diskominfo Jawa Barat tercatat meningkat. “Serangan paling banyak terjadi di bulan Mei dan Juni, yaitu hingga 500 ribu kasus,” sebut Setiaji.
Serangan terjadi karena SDM tidak melakukan patch dan updating pada aplikasi layanan untuk masyarakat. “Akan bagus sekali apabila pengetahuan SDM dapat ditingkatkan untuk mengurangi serangan dan kasus kebocoran data,” ungkap Setiaji. (pag)