Jakarta, Ditjen Aptika – Literasi digital dianggap sebagai vaksin efektif untuk mengobati keresahan yang dialami oleh masyarakat akibat disinfodemic.
“Literasi digital menjadi sangat penting ketika isu yang tidak benar mengenai pandemi Covid-19 ini semakin meningkat setiap harinya. Jika diibaratkan seperti dalam dunia kesehatan, literasi digital menjadi vaksin untuk mengobati sebuah penyakit bernama disinfodemic,” ujar Staf Khusus Bidang Kebijakan Digital dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kominfo, Dedi Permadi, saat live streaming Bincang Daring Ngabubur-IT dan Peluncuran Kelas Online Literasi Digital, Kamis (14/05/2020).
“Secara sederhana disinfodemic dapat diartikan kekacauan informasi terkait dengan pandemi Covid-19. Kenapa kacau? Karena informasi itu disebarluaskan secara tidak bertanggung jawab, dan isinya merupakan berita bohong,” lanjut Dedi mengenai definisi disinfodemic.
Data temuan disinfodemic di Indonesia yang dihimpun dari tim AIS Ditjen Aptika, hingga hari ini menunjukkan 1.471 sebaran isu ditemukenali dari berbagai platform digital. Sebanyak 1.116 konten masih perlu ditandaklanjuti dan 455 lainnya sedang dalam proses.
Dedi yang juga masuk dalam tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa disinfodemic berbahaya dan sangat menganggu kondisi psikologis masyarakat di tengah pandemi Covid-19. “Jika teman-teman sering mendengar penjelasan bahwa Covid-19 ini hampir 80% itu penyebabnya nonmedis, salah satunya ialah faktor psikologis,” jelasnya.
Disinfodemic berbahaya karena akan menyebabkan seseorang menjadi depresi. “Ketika seseorang terganggu secara psikologis, maka imunitasnya juga akan menurun. Sehingga peluang untuk tertular lebih besar,” terang Dedi.
Dedi pun menyimpulkan, obat mengatasi disinfodemic melalui gotong royong menggalakkan literasi digital. Hal tersebut guna memastikan informasi yang diterima masyarakat bersifat positif dan membangkitkan optimisme.
Peluncuran Kelas Online Literasi Digital
Dalam acara tersebut dilakukan pula peluncuran kelas online literasi digital oleh ICT Watch yang bekerja sama dengan platform digital Whatsapp, dengan didukung oleh Kementerian Kominfo dan Relawan TIK.
“Awalnya kelas literasi digital ini akan diselenggarakan secara roadshow di 12 kota di Indonesia. Kota tersebut seperti Manado, Ambon, Jayapura, Pasuruan, Padang, Cirebon, Banjarmasin, Denpasar, Mataram, Pekalongan, Mamuju, dan Palembang,” ucap Pengurus ICT Watch sekaligus pegiat literasi digital Indriyanto Banyumurti.
Namun dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, kelas literasi digital dialihkan menjadi kelas online. Peserta dapat memilih berbagai tema, seperti menjadi netizen cerdas, privasi dan perlindungan data pribadi, keamanan digital di ponsel, dan taktik baik penggunaan Whatsapp.
Kelas tersebut juga memberikan materi bagaimana menangani disinfodemic. Di akhir kelas akan ada ujian interaktif. Peserta yang lulus mendapatkan sertifikat digital.
Menurut Banyumurti, produsen berita hoaks akan terus ada. “Hal yang dapat dilakukan bersama, bagaimana menguatkan imunitas masyarakat terhadap hoaks/disinfodemic ini,” tutupnya. (lry)