Jakarta, Ditjen Aptika – Presiden Joko Widodo baru saja meresmikan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, sebagai wujud dukungan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia yang terkena dampak pandemi Covid-19.
“Negara kita memiliki banyak kekuatan, memiliki karya-karya hebat, dan produk-produk berkualitas dari saudara-saudara kita yang memiliki talenta hebat. Pandemi tidak menghalangi kita untuk berkreasi. Keterbatasan justru mendorong kita untuk tetap berinovasi, mendorong kita bertransformasi, menggali potensi diri dan menciptakan peluang-peluang,” ujar Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Peresmian Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia melalui telekonferensi dari Istana Merdeka Jakarta, Kamis (14/05/20).
Dalam kesempatan itu, presiden pun meresmikan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. “Maka dari itu, dengan mengucapkan Bismillahirramanirrahim, saya resmikan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia,” kata Presiden Joko Widodo.
Presiden mengharapkan seluruh masyarakat agar saling membantu agar ekonomi Indonesia tidak terkapar. Caranya, bisa dengan belanja di usaha mikro, belanja di usaha ultra mikro, dan membeli karya produk Indonesia.
“Saya yakin dengan kepedulian kita bersama, saya optimis semua bisa segera kita lewati,” ujar Presiden.
Lihat Juga: UMKM Online jadi Solusi Bertahan saat Pandemi Covid-19
Presiden juga menyempatkan untuk berbincang dengan pelaku UMKM sebagai contoh yang bisa ditiru. Bagaimana mereka menggunakan platform digital dan memproduksi barang-barang yang tinggi peminat agar dapat terus bertahan.
Salah satu pelaku UMKM tersebut Dea Valencia dari Semarang dengan produk bernama Batik Kultur. Dea mengungkapkan 50 persen dari 100 karyawan yang ada di Batik Kultur merupakan disabilitas. Pandemi ini merupakan tantangan terbesar baginya selama menjalankan UMKM.
Dea menyadari penurunan permintaan produk fashion dapat berdampak pada karyawannya. Agar tetap berproduksi, ia dan karyawan berganti haluan memproduksi masker kain.
“Saat ada kelangkaan masker medis, kita produksi masker kain. Hingga saat ini, sudah ada 100 ribu masker kain yang telah kami produksi dan dijual melalui situs e-commerce. Selain itu, kita juga menyalurkan masker secara gratis kepada pekerja harian yang membutuhkan,” terang Dea.
Minat pembeli ternyata masih tinggi, hanya berbeda cara dari luring menjadi daring melalui e-commerce. “Maka menurut saya, kita sebagai pengusaha harus dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkenalan dengan dunia digital, serta bisa bersahabat dengan new normal ini,” pungkas Dea. (pag)