Jakarta, Ditjen Aptika – Gerakan Nasional 1000 Startup Digital hanya menerima 20% peserta dari 40 ribu pendaftar. Mengutamakan startup pemberi solusi berbagai masalah di tanah air.
“Kami menyortir mereka-mereka yang serius dalam membangun perusahaan startup dan ikut membantu menyelesaikan permasalahan. Memberikan solusi yang masih banyak dibutuhkan di Indonesia,” kata Head of Program Innovative Academy UGM Sebastian Alex Dharmawangsa saat Acara Roadshow Gerakan 1000 Startup Digital di Kampus Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Kamis (16/05/2019).
Menurut Alex, gerakan yang dimulai tahun 2016 itu memiliki visi misi di 2020 nanti bisa tercipta 1000 startup digital di 10 kota besar. Sampai saat ini sudah terbentuk hampir 700 tim startup dan sekitar 162 diantaranya sudah masuk dalam tahap inkubasi.
“Kami juga berencana akan bekerjasama dengan Tim UTY Creative Center untuk mengumpulkan tim-tim startup yang sudah ada dan siap dengan ide-ide matangnya untuk langsung masuk ke tahapan inkubasi,” ungkap Alex. Namun sebelum masuk tahap inkubasi, ada tahapan ignition, networking, workshop, hacksprint, dan bootcamp.
Di setiap tahapan tersebut, peserta akan didampingi oleh mentor-mentor yang ahli di bidangnya untuk mendapatkan ilmu dan pembelajaran mengenai ide dan solusi atas permasalahan yang terjadi. Mereka juga dibekali rencana bisnis agar startup yang mereka buat dapat bertahan.
“Sekali lagi, gerakan ini bukan bagi mereka yang hanya membuat startup untuk mendapatkan penghargaan semata, melainkan untuk menyamakan visi misi bahwa bisnis startup dibuat untuk membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan dengan solusi,” tegas Alex.
Selaras dengan Alex, Sony Rachmadi (CEO Run System) berpendapat bahwa dalam membangun sebuah bisnis startup harus fokus. Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan landasan agar fokus dalam membuat startup.
“Prinsip tersebut yaitu samakan visi atau tujuan antara sesama pendiri startup. Pastikan pendiri startup hanya terdiri dari 2-3 orang saja, karena semakin banyak orang akan membuat semakin banyak pemikiran yang berakhir dengan tidak fokus dalam menemukan ide yang cocok,” katanya.
Dilanjutkan oleh Sony, bahwa di startup ada dua pilihan. Yaitu startup bisa menjadi sebuah keluarga, dalam artian bahwa bisnis startup tersebut harus terus berjalan bagaimanapun rintangan yang dihadapi. Atau hanya sebatas tim, sehingga jika tidak ada kecocokan bisnis startup tersebut bisa dijual ke pihak lain.
“Prinsip kedua yaitu target perusahaan startup yang dibangun harus lah realistis. Contoh kecilnya targetkan bahwa setiap karyawan yang bergabung akan diberikan apresiasi jika bekerja dengan baik. Tapi masalah lainnya terkadang ada muncul perasaan bagaimana jika performa karyawan lebih baik dari CEO nya, itu harus dimusyawarahkan. Karena jangan sampai mengorbankan banyak orang demi satu orang yang tidak bekerja dengan baik,” tambah Sony.
Untuk prinsip yang ketiga, Sony menyarankan untuk mengecek kompetitor yang ada. “Apakah ada bisnis startup yang tengah dibangun. Pastikan fokus juga hanya pada 2-3 target saja, jangan terlalu banyak,” tutup Sony dalam paparannya. (hel)