Jakarta, Ditjen Aptika – Hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) menyatakan banyak siswa di Indonesia yang belum bisa membaca dan belum memiliki kemampuan matematika dasar. Kondisi pandemi semakin memperburuk kondisi tersebut.
“Kondisi pandemi tersebut mendorong implementasi kurikulum secara lebih komprehensif, yaitu Kurikulum Merdeka. Pembelajaran jadi lebih fleksibel, capaian belajar menjadi per fase bukan lagi per tahun, dan pemberian bahan ajar menggunakan platform digital yang menyediakan berbagai referensi bagi guru dan siswa,” ujar PTP Ahli Muda Pusdatin Kemdikbudristek, Arief Darmawan saat acara Transformasi Digital Sektor Pendidikan: Peran Teknologi Digital dalam Mendukung Pembelajaran Kurikulum Merdeka, Selasa (7/6/2022).
Latar belakang perubahan kurikulum tersebut mendorong Kemdikbudristek untuk membuat platform Merdeka Mengajar. Platform edukasi itu mendukung guru untuk mengajar, belajar dan berkarya lebih baik lagi.
“Platform Merdeka Mengajar membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” ucapnya.
PISA sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sebagai suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan di lebih dari 70 negara di dunia.
Lihat juga: Platform Merdeka Mengajar jadi Pintu Masuk Adopsi Teknologi Digital Sektor Pendidikan
Platform Merdeka Mengajar berisi tiga inti yaitu mengajar, belajar, dan berkarya. Mengajar terdiri dari perangkat ajar yang terdiri dari 2000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka dan asesmen murid untuk mengetahui level kompetensi murid dan membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
“Sedangkan bagian Berkarya memiliki fitur bukti karya dimana guru dapat berbagi portfolio hasil karya yang pernah dibuat untuk menginspirasi sesama guru, memperoleh umpan balik untuk berkembang bersama dan berkarya lebih baik lagi. Sistemnya mengimpor video yang sebelumnya telah diunggah ke Youtube (embed),” jelas Arief.
Kemkominfo sebagai enabler berperan membantu Kemdikbudristek menjadi fasilitator pelatihan kepada guru-guru di kawasan prioritas. Di tahun 2022 ada tujuh target lokasi termasuk Indonesia bagian timur. Diselenggarakan secara luring dan hibrida melalui Zoom dan live streaming di kanal Youtube Ditjen Aptika.
Platform tersebut dapat digunakan melalui gawai Android dengan mengunduh aplikasi di Google Play atau melalui laman https://guru.kemdikbud.go.id/ untuk sekolah negeri dan swasta umum dan https://madrasah.kemenag.go.id/ untuk sekolah di bawah Kemenag.
Pemanfaatan Teknologi Augmented Reality dalam Proses Pembelajaran
Sementara itu, dalam kegiatan tersebut juga terdapat pelatihan pembuatan bahan ajar berbentuk augmented reality. Peserta pelatihan merupakan guru tingkat sekolah dasar dan menengah pertama di Kabupaten Kuningan dengan memanfaatkan aplikasi dari startup Assemblr.
Lihat juga: Bupati Kuningan: Digitalisasi Sekolah Permudah Proses Belajar Mengajar
Startup asal Bandung tersebut memberikan pelatihan mulai dari pembuatan aset tiga dimensi sebagai model peraga dalam belajar, modul ajar, hingga barcode dalam satu aplikasi.
Aplikasi tersebut menyediakan berbagai aset dengan beberapa tema, sehingga guru dapat memilih sesuai mata pelajaran yang diajarkan tanpa membuat aset dari awal.
Penyimpanan memanfaatkan cloud computing sehingga tidak membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar. Aplikasi dapat diunduh pada Google Play untuk Android, App Store untuk pengguna iOS, dan website Assemblr Edu. (pag)