Magelang, Ditjen Aptika – Pemahaman mengenai literasi digital tidak hanya penting diberikan kepada generasi muda yang melek teknologi, tetapi juga kepada kelompok rentan. Hal itu karena masyarakat yang tergolong dalam kelompok tersebut lebih berpotensi terpapar konten negatif di dunia digital.
“Kelompok rentan bisa saja dengan mudah tepapar hal-hal negatif yang ada di dunia digital. Oleh karenanya penting bagi mereka memahami literasi digital,” ujar Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tidar, Anita Amalia saat memberikan materi dalam kegiatan Literasi Digital Kuliah Kerja Nyata (KKN) bertema “Literasi Digital bersama Desa Kalipucang di Era Generasi Digital” di Desa Kalipucang, Kabupaten Magelang, Kamis (03/08/2023).
Anita menjelaskan, ada empat kelompok masyarakat yang tergolong dalam kelompok rentan tersebut. Pertama yaitu anak-anak. Menurutnya, anak-anak belum bisa memahami informasi yang mereka dapatkan di dunia digital secara utuh.
“Anak-anak itu rentan karena logika berpikirnya belum jalan, belum bisa mengontrol emosi. Jadi penting untuk orang tua ataupun orang dewasa di sekitarnya untuk ikut mengawasi apa yang mereka konsumsi di dunia digital,” sebutnya.
Anita melanjutkan, kelompok rentan selanjutnya adalah remaja. Mereka belum memiliki kematangan baik secara fisik maupun emosi untuk mengonsumsi semua informasi yang ada di dunia digital.
“Oleh karwna itu ketika berada pada fase remaja, penting sekali memberikan pemahaman kepada mereka akan pentingnya penggunaan dunia digital, untuk kegiatan yang sifatnya produktif,” katanya.
Kelompok rentan selanjutnya yaitu perempuan. Ia menyebut, perempuan sering menjadi korban dalam berbagai masalah sosial di masyarakat.
“Perempuan ini sering kali yang disalahkan dalam banyak kasus sosial. Misalnya dalam perceraian, mereka juga sering menjadi korban penyebaran video dewasa dan jadi bahan lelucon di masyarakat,” terang Anita.
Anita mengatakan, kelompok rentan yang terakhir adalah manusia lanjut usia (manula) karena kelompok ini sering disebut mengalami keminggiran sosial.
“Manula ini sudah tidak lagi dianggap menjadi bagian masyarakat yang penting karena usianya yang sudah tidak produktif. Mereka susah untuk beradaptasi dengan teknologi, apalagi dunia digital,” katanya.
Kelompok rentan itu lah yang lebih mudah terpapar konten berbahaya di dunia digital. Mulai dari konten yang tidak sopan atau kasar, konten yang mengandung misinformasi, bullying atau trolling hingga aksi penipuan.
“Kita sering tidak sadar bahwa banyak kasus yang viral di media sosial itu justru menimpa kalangan kelompok rentan ini. Mulai dari ibu-ibu yang kena penipuan, remaja yang menjadi korban kejahatan orang tak dikenal, sampai manula yang menjadi konten yang menjual iba,” sebut Anita.
Oleh karena itu, Ia menilai, penting untuk memberikan literasi digital kepada kelompok tersebut agar mereka bisa memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan aktifitas di dunia digital.
“Dengan kondisi-kondisi itu, makanya literasi digital ini penting untuk memastikan mereka bisa berselancar dengan baik di dunia maya, dan tidak menjadi korban dari konten yang berbahaya,” ujar Anita saat mengakhiri sesi materi.
Literasi Digital KKN di Desa Kalipucang
Kegiatan literasi digital di Desa Kalipucang, Kabupaten Magelang sendiri merupakan bagian dari program Kemkominfo melalui Ditjen Aptika, yang bekerja sama dengan Universitas Tidar dalam rangka memberikan literasi digital ke 77 desa melalui kegiatan KKN.
Ditemui di lokasi berbeda, Rektor Universitas Tidar, Sugiyarto mengatakan bahwa memahamkan masyarakat tentang digital, khususnya di daerah pelosok di Magelang, memang masih menjadi pekerjaan rumah besar.
“Sebagian besar masyarakat masih belum menggunakan teknologi digital itu sendiri, dan mereka yang sudah memanfaatkan pun belum semuanya memahami tentang literasi digital,” ujarnya.
Maka dari itu, menurutnya, memberikan literasi digital melalui kegiatan KKN itu merupakan cara strategis untuk bisa menyebarkan materi secara masif.
“Momen kita menyebar mahasiswa ke berbagai tempat melalui program KKN ini merupakan satu kesempatan untuk menyalurkan gagasan tentang literasi digital agar bisa sampai ke masyarakat di daerah pelosok,” sebut Sugiyarto.
Lihat juga: Sebelum Terjun KKN, Kominfo Bekali Mahasiswa Untidar Ilmu Literasi Digital
Ia pun berharap, kegiatan ini nantinya bisa memberikan efek ‘karambol’, dimana mahasiswa dan masyarakat bisa menjadi agen untuk menyebarkan literasi digital kepada masyarakat yang lebih luas.
“Harapannya nanti satu desa yang sudah paham mengenai literasi digital ini bisa menularkan ke yang lain. Sekaligus ini juga proses edukasi mahasiswa tentang literasi digital itu sendiri,” terangnya Sugiyarto.
Sugiyarto juga berharap, program Literasi Digital KKN bisa menjadi awal dari peningkatan kerja sama antara Universitas Tidar dengan Kemkominfo, baik secara kualitas maupun kuantitas.
“Proses kerja sama dalam hal literasi digital ini masih perlu inovasi-inovasi pengembangan lagi. Harapannya ke depan dapat menggandeng pihak-pihak atau stakeholder yang lebih luas,” pungkasnya.
Kegiatan itu dihadiri oleh 57 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat Desa Kalipucang, mulai dari anak-anak hingga dewasa serta mahasiswa kelompok KKN dari Universitas Tidar. Peserta yang hadir mendapatkan materi literasi digital mengenai identifikasi kebiasaan bermedia sosial, kecakapan budaya, etika, keamanan digital dan jurnalisme digital. (frs)