Minahasa Utara, Ditjen Aptika – Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika membantu adanya digitalisasi dalam pengelolaan homestay di Kawasan Likupang, Kabupaten Minasaha Utara, Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong kemajuan Kawasan Likupang sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
“Likupang sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas memiliki potensi wisata yang perlu untuk dikembangkan. Oleh karena itu perlu didukung agar sumber daya manusianya lebih siap dalam menerima wisatawan, salah satunya dengan digitalisasi ini,” ujar Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo, I Nyoman Adhiarna saat kegiatan Workshop Digitalisasi Homestay bertema “Digitalisasi Keuangan Homestay” di Desa Marinsow, Likupang, Minahasa Utara pada Senin (03/07/2023).
Direktur Nyoman mengatakan, wujud digitalisasi tersebut dilakukan salah satunya melalui pelatihan atau workshop terkait pengelolaan keuangan secara digital kepada sejumlah pemilik homestay dari tiga desa wisata di daerah itu.
“Kami berharap dengan adanya digitalisasi keuangan ini homestay-homestay sudah biasa menggunakan teknologi digital, termasuk untuk bertransaksi dan mengelola keuangan,” lanjut Direktur Nyoman.
Direktur Nyoman menambahkan, kegiatan adopsi teknologi digital tersebut juga merupakan peran Kemkominfo dalam mempercepat transformasi digital.
“Sudah menjadi tugas Kominfo untuk mempercepat transformasi digital, dengan melaksanakan adopsi teknologi digital, salah satunya melalui pelatihan dan pendampingan seperti ini,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Tim Transformasi Digital Sektor Pendidikan, Pariwisata dan Kesehatan Kemkominfo, Wijayanto menyebutkan, selama ini para pemilik homestay di Likupang belum melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan secara digital.
“Selama ini mereka melakukan pencatatan keuangan hanya secara manual, bahkan seringnya tidak dicatat. Jadi uang untuk mengelola homestay dan kebutuhan sehari-hari masih tercampur,” ujar Wijayanto.
Dalam workshop itu, pemilik homestay diajarkan mengenai pengelolaan keuangan secara digital, mulai dari perencanaanya, pencatatannya hingga pengelolaannya.
“Makanya mereka diajarkan bagaimana bisa mencatat pengeluaran dan pemasukan agar tidak tercampur antara uang pribadi dan homestay. Apalagi dengan digital semua menjadi lebih mudah,” jelasnya.
Ia berharap digitalisasi membantu pemilik homestay agar dapat mengatur keuangannya dengan lebih baik. Sehingga mereka bisa menghitung untung dan rugi dari mengelola homestay. “Harapannya mereka bisa tahu penghasilan dari homestay, berapa untung dan rugi yang mereka dapatkan,” sebut Wijayanto.
Saat sesi materi, Praktisi Startup Digital dan Akademisi Universitas Padjajaran, Irwan Tamrin menjelaskan digitalisasi memungkinkan transaksi keuangan menjadi cepat, mudah dan aman.
“Dalam digitalisasi keuangan, proses manual seperti transfer bank digantikan oleh sistem aplikasi berbasis teknologi sehingga memungkinkan pengelolaan keuangan kita juga lebih efisien, akurat dan terotomatisasi,” jelas Irwan.
Perubahan dari konvensional ke digital ini bisa menggunakan perangkat lunak (software) atau aplikasi keuangan (platform). “Sekarang banyak yang bisa digunakan untuk melakukan transaksi, pencatatan hingga pengelolaan keuangan secara digital,” lanjut Irwan.
Irwan menyebut, manfaat dari digitalisasi keuangan mungkin belum terlalu dirasakan oleh pemilik homestay apabila okupansi homestay mereka masih sangat rendah. Namun nantinya digitalisasi akan sangat mempermudah pemilik homestay saat banyak wisatawan yang menginap.
“Mungkin sekarang masih ada dari teman-teman yang berpikir pengelolaan keuangan digital ini tidak mudah, tapi nanti ketika tamu sudah mulai banyak yang datang, masalah baru soal pengelolaan keuangan pun juga akan timbul. Digitalisasi ini solusinya,” sebutnya.
Lihat juga: Aptika Berikan Workshop Ekosistem Digital Pariwisata di Empat Wilayah
Workshop digitalisasi keuangan yang dilaksanakan selama tiga hari, mulai dari 3-5 Juli 2023, diikuti oleh 30 pemilik homestay yang berasal dari tiga desa wisata di Kawasan Likupang, yaitu Desa Marinsow, Desa Pulisan dan Desa Kinunang.
Peserta yang hadir mendapatkan materi terkait digitalisasi keuangan meliputi pengenalan dan pengoperasian Microsoft Excel dan Google Spread Sheet, penggunaan QR Code dan mobile banking untuk pembayaran hingga pengenalan kerja sama dengan Virtual Hotel Operator (VHO). Tak hanya mendapatkan materi, peserta juga berkesempatan praktik langsung dalam membuat perencanaan anggaran operasional pengelolaan homestay serta pencatatan keuangannya ke dalam Google Spread Sheet.
Workshop diisi oleh narasumber dari Praktisi Startup Digital dan Akademisi Universitas Padjajaran, Irwan Tamrin dan Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Polewali Mandar (ITBM POLMAN Bandung/ISTAN), Arfah Sahabudin. (frs)