Jakarta, Ditjen Aptika – Salah satu isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 adalah transformasi digital. Untuk itu, Pemerintah Indonesia menjadikan Forum G20 sebagai sarana meningkatkan ekonomi digital, dan mempercepat transformasi digital nasional dan global. Yakni melalui pembentukan Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau Digital Economy Working Group (DEWG).
Ada tiga agenda yang dibahas dalam DEWG G20, yaitu konektivitas, pemulihan pascapandemi Covid-19, keterampilan dan literasi digital, arus data lintas batas negara, dan arus data bebas dengan kepercayaan. Substansi dari hasil DEWG ini akan dimasukkan sebagai komunike Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November 2022 di Bali.
Untuk isu konektivitas, Indonesia mendorong agar komunikasi melalui internet atau konektivitas digital, berkontribusi terhadap pemulihan pascapandemi Covid-19. Contohnya penggunaan konektivitas digital untuk mempertajam dan mempertahankan UMKM, meski di tengah kontraksi ekonomi yang luar biasa.
Bukti konkret dari transformasi digital ditunjukkan melalui digitalisasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia yang mampu mencatatkan pertumbuhan signifikan.
“Kalau kita mau lihat data terkait UMKM go online, sangat konkret bahwa transformasi digital bisa membawa resiliensi dan membawa peluang-peluang ketika terjadi kontraksi ekonomi dengan pembatasan sosial. Transformasi digital jadi solusi untuk bertahan,” kata Alternate Chair Digital Economy Working Group (DEWG) Dedy Permadi dalam #G20Updates, Kamis sore (10/11/2022).
Dijelaskan Dedy Permadi, sebelum pandemi Covid-19, UMKM yang sudah digitaly onboard berjumlah 9 juta. Jumlah ini meningkat setelah pandemi menjadi 19 juta UMKM.
“Angka pertumbuhan yang cukup besar. Ini menunjukkan UMKM kita sebagian sudah bisa memanfaatkan potensi transformasi digital untuk bertahan di tengah pandemi. Solusi-solusi seperti inilah yang dibahas dalam G20,” imbuh Dedy yang juga Staf Khusus (Stafsus) Menkominfo itu.
Kendati demikian, peluang digitalisasi UMKM atau UMKM Go Online di tanah air masih amat besar. Mengingat jumlah total UMKM mencapai 64 juta, maka baru 29 persen UMKM yang digitaly onboard.
Karena itu, Indonesia perlu menggarap sekitar 71 persen UMKM lainnya untuk bisa memanfaatkan peluang-peluang di ruang digital. Dari ajang G20 ini diharapkan mendapatkan peluang untuk menumbuhkan angka digitalisasi UMKM di Indonesia.
“Tugasnya adalah bagaimana mendorong UMKM untuk bertahan bahkan bisa scaling up, memperluas usaha dari sisi kualitas dan kuantitas. Setelah melakukan scale up, maka dia bisa melakukan aksi go international. Tujuan kita adalah agar UMKM berdaya saing di level global,” jelas Dedy Permadi.
Lihat juga: Virtual Expo, Cara Baru UMKM Pamerkan Produk dan Bertransaksi Daring
Sebagai upaya mendorong terus perkembangan UMKM terhadap teknologi digital, Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel A. Pangerapan menyebut, saat ini Kementerian Kominfo telah melaksanakan program Adopsi Teknologi Digital 4.0 pada UMKM. Program tersebut merupakan pendampingan terhadap 30 ribu UMKM sektor pengolahan yang tersebar di 13 provinsi.
Pendampingan itu dilakukan sehingga UMKM dapat memanfaatkan teknologi digital agar lebih produktif dan inovatif dalam pengembangan produk dan pemasaran. Bentuk pendampingan itu salah satunya dengan memfasilitasi 100 UMKM terpilih untuk mengikuti UMKM Go Online Virtual Expo pada Oktober 2022 lalu.
Program virtual expo merupakan cara baru dalam memasarkan produk yang memungkinkan pelaku UMKM untuk memamerkan produk yang mereka miliki secara daring atau virtual. “Acara virtual expo bukan hanya dapat mengefisiensi biaya, tapi juga efektif dalam memasarkan produk dengan jangkauan lebih luas,” ujar Dirjen Aptika saat membuka UMKM Go Online Virtual Expo 2022.
Selain itu, dalam forum DEWG G20, pada isu digital skill dan digital literacy, Indonesia mengusulkan kecakapan dan literasi digital menjadi solusi mempercepat transformasi digital. Sebab, internet dan media digital tidak terhindarkan lagi dari kehidupan sehari-hari.
Kecakapan digital literasi digital menjadi mutlak untuk dimiliki oleh setiap masyarakat, baik di Indonesia, maupun di negara-negara G20 yang lain.
“Contoh paling sederhana adalah ketika kita berhadapan dengan ancaman yang namanya hoaks. Hoaks akan beredar dengan sangat luas jika masyarakat kurang literasi secara digital,” ujar Dedy Permadi.
Forum tersebut juga mengulas isu cross-border data flow dan data free flow with trust. Mereka membahas tata kelola data jika data masyarakat itu harus melintas batas negara.
Untuk tata kelola data global tersebut, Indonesia memperkenalkan tiga prinsip, transparansi (transparency), keabsahan (lawfulness), dan keadilan (fairness). “Itu menjadi dasar bagi negara-negara dunia untuk membangun tata kelola data, walaupun ini baru dalam tahap memperkenalkan,” kata Stafsus Menkominfo.
Adapun DEWG juga membahas isu akses digital untuk kelompok masyarakat terpinggirkan atau berkebutuhan khusus, maupun negara-negara tertinggal dan wilayah kepulauan, sebagai deliverables dalam DEWG G20.
Salah satu yang menarik dari pembahasan isu transformasi digital G20 tersebut adalah sektor bisnis. Indonesia akan memfasilitasi industri untuk saling bertemu dan konkret melakukan komitmen invetasi di sektor bisnis dunia digital.
Di bidang startup digital, salah satu hasil konkretnya adalah penyelenggaraan kegiatan bernama Digital Inovation Network (DIN). Acara itu merupakan tempat bertemu antarstartup di negara G20 dengan calon investor.
Digital Transformation Expo
Salah satu ekspose raihan transformasi digital Indonesia maupun negara G20 adalah ajang Digital Transformation Expo (DTE). Pameran itu merupakan side event penyelenggaraan KTT G20 yang disiapkan oleh Kemkominfo.
Kegiatan yang dibuka untuk umum tersebut digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Pecatu Hall 3 dan 5, Badung, Bali, pada 13-17 November 2022. Masyarakat yang berminat hadir cukup mendaftar melalui laman dte.g20.org tanpa dipungut biaya.
DTE merupakan ajang untuk menampilkan keragaman berbagai kemajuan inovasi dan pemanfaatan teknologi digital dari berbagai sektor pemerintahan dan swasta, sebagai upaya untuk mewujudkan transformasi digital yang lebih inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan untuk mencapai pemulihan yang tangguh pascapandemi.
Lihat juga: KTT G20 Ajang Ekspose Metaverse Indonesia
Pameran menampilkan enam area yang bisa dikunjungi, meliputi area penyambutan yang merepresentasikan kolaborasi negara-negara G20 dalam mendorong transformasi digital.
Kemudian area tunnel yang akan mengenalkan keragaman budaya dan keindahan alam nusantara. Area tunnel itu akan menjadi semacam area selamat datang untuk para delegasi, tamu, dan pengunjung.
Selanjutnya terdapat area utama yang akan menyajikan informasi mengenai perjalanan transformasi digital di Indonesia hingga saat ini.
Area berikutnya bernama G20 Zone, dimana pengunjung bisa melihat inisiatif transformasi digital dari negara-negara peserta G20. Lalu terdapat area Wall of Collaboration yang berisi tentang pihak-pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam acara tersebut.
Area terakhir adalah Futureverse atau Metaverse Corner. Pada area tersebut ditujukan untuk melihat perkembangan teknologi metaverse yang saat ini juga dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia. (kw)