Jakarta, Ditjen Aptika – Ajang UMKM Go Digital Virtual Expo 2022 bukan hanya memberikan kesempatan pada peserta UMKM untuk memasarkan produknya secara virtual. Mereka juga mendapatkan pembekalan dari para mentor dalam menjalankan usaha berbasis digital.
“Lebih dari 150 juta masyarakat sudah membeli produk secara online. Ini adalah potensi dan pasar yang sangat besar untuk lebih ditingkatkan. Pandemi membuat pola yang berubah yang sebelumnya konvensional berubah menjadi digital,” kata Ketua Yayasan Wiranesia, Danny Laksana, salah satu mentor pada forum diskusi daring UMKM Go Digital Virtual Expo 2022 hari pertama, Sabtu (8/10/2022).
Memang tantangan dalam berbisnis daring ini, lanjut Danny, tak semua orang bisa melakukan teknik digital. Menyikapi hal itu, banyaknya pelatihan dan pembekalan dari pemerintah yang mengusung tema-tema digitalisasi sangat membantu pelaku UMKM untuk berbisnis online.
Dalam pembekalan UMKM secara virtual itu Danny berlaku sebagai mentor dengan materi “Menangkap Peluang Bisnis Online”. Ia pun menyebut dalam teknologi 4.0 pelaku usaha bisa lebih cepat mengembangkan dan memasarkan produk melalui media digital.
“Tapi kan digital banyak sekali, seperti media sosial, marketplace dan terbagi lagi dengan platform-platform. Dari media-media tersebut kita bisa mengambil peluang untuk memasarkan dan menjual produk UMKM,” terangnya.
Danny juga menyampaikan, memang sudah saatnya para pelaku UMKM untuk serius menjalankan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi digital dengan ruang berjualan online.
Lihat juga: 100 Pelaku Usaha Kecil Ikuti UMKM Go Online Virtual Expo 2022
Lebih lanjut, dia memberikan beberapa keuntungan jika para pelaku UMKM berjualan dengan metode online, yaitu:
- Modal lebih kecil dan pelaku usaha bisa memulai dengan cara menjadi reseller jika belum mempunyai produk sendiri;
- Waktu lebih fleksibel dan pelaku usaha bisa dikerjakan dimana saja dan menyesuaikan kebutuhan;
- Target pasar menjangkau lebih luas;
- Tersedianya platform sebagai sarana berjualan;
- Promosi lebih mudah dan murah; dan
- Menekan biaya usaha untuk sewa kios ataupun biaya operasional lainnya.
Satu hal, menurut Danny, dalam menangkap peluang pasar pelaku UMKM harus memahami segmenting, targeting, dan positioning dalam teknik berjualan online. Lebih lanjut ia memaparkan, dengan melakukan segmenting dan targeting maka produk yang dijual di pasaran akan lebih tepat sasaran dengan berdasarkan faktor usia, status ekonomi, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan hingga gaya hidup.
Terkait dengan positioning, pelaku UMKM bisa memposisikan produknya dengan produk kompetitor meski produk tersebut memiliki manfaat yang sama tetapi dengan menerapkan Unique Selling Proposition (USP).
“Setiap produk harus memiliki USP dan produk menjadi kebutuhan market pada pasar luas. Dalam hal ini para pebisnis daring harus cepat menangkap peluang pasar yang sedang tren dalam berjualan dan berbisnis online,” terang Danny.
UMKM Naik Kelas
Sementara itu CEO Wibawadewa Indonesia Exzellence Group Agoeng, Hardianto Wibowo menyampaikan penggunaan teknologi dalam bisnis digital jangan dijadikan beban oleh pelaku usaha dengan beragamnya tools atau perangkat.
Dikatakan, para pelaku UMKM harus memiliki mental wirausaha sebagai kesibukan menyelesaikan masalah orang lain dan harus siap dalam masuk ke skala yang lebih besar alias naik kelas. Hanya mereka yang siap dan mau melakukan pembelajaran yang dapat meningkatkan bisnis UMKM.
“Saya ingin UMKM kita meningkat. Kita harus pindahkan mindset dari sekadar berjualan menjadi membangun bisnis. Pelatihan dan tools sudah banyak untuk UMKM kita naik kelas. Pemerintah sudah luar biasa dalam memfasilitasi pelatihan dan pengembangan UMKM,” tutur Agoeng.
Dengan begitu, dalam teknologi 4.0 pada bisnis UMKM, pelaku usaha harus beradaptasi dengan tools dan beragam aplikasi yang dapat meningkatkan dan membangun kedekatan dengan customer.
Berkat dukungan teknologi, pelaku UMKM bisa mendapatkan cara analisa pasar dengan Google Trend, pemasaran lewat marketplace atau media sosial, hingga pencatatan transaksi memakai aplikasi SI APIK dari Bank Indonesia.
Lihat juga: Direktur Nyoman: Adopsi Teknologi 4.0 akan Dongkrak Penjualan UMKM
Menurutnya, seorang pebisnis harus memiliki legalitas dan pencatatan keuangan agar bisnisnya lebih tersusun rapi. Selain itu, saat ini audiens lebih tertarik dengan tayangan audio visual dengan adanya media sosial, YouTube dan platform lainnya yang bisa digunakan sebagai akses membangun bisnis digital.
“Era saya dulu cukup dengan tulisan, lalu generasi di bawah saya lebih kepada gambar dan setelahnya bisa jadi touching, contohnya hologram. Seiring perkembangan zaman, pelaku usaha yang bisnisnya ingin tumbuh dan berkembang, harus memahami dan mempelajari transformasi digital,” pungkas Agoeng. (ea)