Jakarta, Ditjen Aptika – Sektor logistik memiliki tantangan yang kompleks mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Para pakar dan pelaku bisnis startup sepakat digitalisasi dan kolaborasi menjadi solusi untuk mengatasi tantangan di sektor logistik.
Logistic Expert dari Kearney Indonesia, Rizal Fauzi menjelaskan rantai nilai (value chain) logistik terbagi menjadi tiga fase utama, yakni supply and demand (perencanaan), transaksi (purchasing), dan pengantaran barang (delivery). Logistik juga terdiri dari tiga bagian, yaitu operasi di pelabuhan, pergudangan, dan in-land distribution.
“Secara umum Indonesia saat ini menghadapi tantangan biaya logistik yang tinggi karena tantangan di seluruh rantai nilai dengan 20-23 persen dari Gross Domestic Product (GDP) dibandingkan negara lain hanya 7-15 persen dari GDP. Di China hanya 12 persen sementara Thailand hanya 15 persen,” jelas Rizal dalam diskusi panel bertema ‘Dampak Digital terhadap Tantangan di Sektor Logistik’ di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Diskusi tersebut merupakan bagian dari upaya Kemkominfo mencari masukan terkait penyusunan Road Map Transformasi Digital di Enam Sektor Strategis, yakni pertanian, maritim, logistik, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. Sementara AT Kearney telah mengidentifikasi beberapa masalah kunci di sektor logistik.
Pertama, proses tidak transparan sehingga biaya pengadaan tinggi. Pemerintah telah menetapkan sistem e-procurement untuk UMKM tapi kurang sosialisasi. Kapasitas UMKM untuk menjual produknya melalui sistem e-procurement pun terbatas.
“Para pelaku UMKM masih berjuang menggunakan dan meningkatkan penjualan melalui platform digital. Solusinya adalah sosialisasi digital Playbook untuk UMKM dan sosialisasi penggunaan platform digital sesuai kebutuhan UMKM,” kata Rizal.
Kedua, para pelaku logistik yang sangat terfragmentasi sehingga tidak efektif beroperasi. Akibatnya proses penanganan barang menjadi lebih lama. Rizal menerangkan sebanyak 70 persen pemain di Indonesia adalah pemain kecil dengan proses gudang manual.
“Untuk mengatasi masalah ini, bisa digunakan Vehicle Management System sederhana, vehicle mounted yang dipasang di kendaraan dan rugged tablets untuk mengecek ketersediaan stok barang di gudang,” katanya.
Ketiga, kurangnya pemanfaatan truk menyebabkan biaya logistik untuk pengiriman barang menjadi tinggi. Saat ini masih banyak UMKM yang menyewa truk untuk pengiriman antarkota dengan sistem pembayaran satu kali jalan.
“Sebanyak 70-80 persen truk memiliki perjalanan backhaul atau berangkat isi, pulang kosong. Solusinya adalah last-mile delivery untuk memaksimalkan rute,” tutur Rizal.
Keempat, informasi nonstandar yakni minimnya informasi detil mengenai data logistik dan tidak terintegrasi yang berdampak pada biaya operasi logistik menjadi tidak efisien.
“Problem ini dapat diselesaikan dengan supply chain database, yaitu konsolidasi semua data pemain dalam satu platform dan data UMKM terintegrasi melalui OpenAPI,” jelas Rizal.
Lihat juga: Kominfo Gandeng AT Kearney Susun Roadmap Transformasi Digital Sektor Strategis
Sementara itu, CEO & Founder Praktis.co, startup Supply Chain Enabler, Adrian Gilrandy mengungkapkan tiga tantangan yang dihadapi pelaku UMKM di sektor logistik, yakni pola pikir (mindset), silo minded, dan standarisasi.
Menurut Agil, begitu ia akrab disapa, pola pikir para pelaku bisnis UMKM harus diubah karena mereka merasa bisnisnya baik-baik saja tanpa digitalisasi.
Selanjutnya, pelaku UMKM hanya fokus pada satu hal yang terpisah (silo), padahal supply chain management bersifat terintegrasi. Terakhir, para pelaku mengklaim bisnisnya unik dan berbeda dengan yang lain sehingga kebutuhan mereka tidak standar.
“Solusinya adalah digitalisasi dan kolaborasi. Digitalisasi merupakan solusi tapi bukan satu-satunya, maka diperlukan kolaborasi agar pelaku UMKM di sektor logistik naik kelas. Tanpa kolaborasi, digitalisasi dipastikan gagal,” terang Agil.
Peran Kominfo Atasi Tantangan Infrastruktur
Sebelumnya saat membuka acara Insight Sharing Session Transformasi Digital di enam sektor strategis, Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo, I Nyoman Adhiarna mengatakan tahapan tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam proses penyusunan peta jalan transformasi digital di enam sektor strategis.
Fokus dari transformasi digital itu akan diterapkan pada beberapa lokasi prioritas termasuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), Kawasan Pariwisata Prioritas, dan Kawasan Industri Kecil Menengah.
“Kegiatan Insight Sharing Session ini merupakan program Kementerian Kominfo yang membahas berbagai isu di enam sektor strategis secara komprehensif untuk pertama kalinya. Rencana berikutnya akan diadakan di Makassar. Terima kasih kepada Dirjen Aptika dan AT Kearney sehingga memungkinkan telaah mendalam dari masing-masing sektor. Ditjen Aptika Kominfo menggandeng startup untuk memberikan inovasi yang dapat membantu mempercepat digitalisasi di enam sektor strategis,” ucap Direktur Nyoman.
Pada kesempatan itu, Direktur Ekonomi Digital Kominfo menyebut sejumlah tantangan digitalisasi di enam sektor strategis yang dihadapi pemerintah. Salah satu tantangan digitalisasi adalah kendala ketersediaan infrastruktur jaringan internet di daerah 3T atau terdepan, terluar, dan tertinggal.
Lihat juga: Dirjen Aptika: Infrastruktur Merata untuk Akselerasi Transformasi Digital
Karena itu, Kemkominfo terus membangun titik-titik yang belum terjangkau akses internet di daerah 3T. Sepanjang 2022, BAKTI Kominfo akan melakukan penggelaran akses last mile sebanyak 22.000 titik secara masif dan terus meningkat tiap tahunnya, hingga tersedia 78.391 titik akses internet pada akhir tahun 2024.
“Adapun hingga 2024 nanti ditargetkan akan ada 9.586 menara Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote,” terang Direktur Nyoman.
Kegiatan penyusunan Road Map Transformasi Digital tersebut diikuti ratusan peserta dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah di tingkat provinsi/kabupaten/kota di masing-masing sektor. Terdapat dua aktivitas utama dengan format diskusi panel dalam break-out room yang membahas tantangan di setiap sektor strategis. (lg)