Menkominfo Sebut Knowledge Hub Bisa Jaga Ruang Digital Indonesia

Menkominfo Johnny G. Plate (tengah), bersama Dubes Portugal (kiri) dan Dubes Designated RI untuk Portugal, Rudy Alfonso (kanan), memberikan keterangan pada pekerja media usai menggelar pertemuan antar kedua negara, Rabu (03/11).

Jakarta, Ditjen Aptika – Isu Digital Hub BSD City menjadi isu bidang aptika terbanyak dengan total 14 pemberitaan media cetak dan online. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mendukung pembangunan Knowledge Hub karena dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan ruang digital dengan baik. Hal ini ia sampaikan dalam Peletakan Batu Pertama Gedung Knowledge Hub Sinar Mas Land di Auditorium Green Office Park 9, BSD, Tangerang, Banten, Kamis (09/12/2021).

“Kita saksikan dan dukung bersama agar Knowledge Hub yang hari ini groundbreaking-nya dilakukan sukses tepat waktu dan sekaligus mendorong ruang digital kita dapat dimanfaatkan dengan baik,” kata Johnny dalam keterangan tertulis, seperti dilansir detik.com, Kamis (09/12/2021).

Johnny menilai pemerintah berupaya untuk mengambil hikmah dari pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Salah satunya adalah dengan membangun semangat Indonesia yang mampu bangkit dan mengambil manfaat dari momen sesulit apapun untuk terus bergerak maju. “Pada saat di mana berbagai sektor perekonomian dunia dan Indonesia mengalami kontraksi, sektor komunikasi dan informasi justru bertumbuh double digit,” tuturnya.

Ia menyatakan pertumbuhan tersebut turut ditopang oleh keberadaan ekosistem digital di Indonesia yang berkembang dengan cepat. Johnny mengatakan Indonesia menjadi negara kedua dari 100 negara dalam aspek transformance, funding, market reach, dan talenta.

Untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal, Pemerintah Republik Indonesia mengangkat tiga isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia mengajukan isu kesehatan yang inklusif, transformasi digital dan transisi energi,” terang Johnny.

Pemerintah Ingatkan Masyarakat untuk Tak Percaya Hoaks Soal Omicron Ini

Isu mengenai hoaks varian virus Covid-19 Omicorn juga turut mewarnai pemberitaaan dalam 24 jam terakhir. Data dari survei yang dilakukan Katadata Insight dan Kementerian Kominfo menunjukkan setidaknya 30 hingga 60 persen masyarakat di Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi di dunia maya.

Menurut Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi seperti dikutip detik.com (10/12/2021), hal tersebut harus menjadi perhatian bersama, apalagi mengingat hingga saat ini hoaks terkait COVID-19 masih terus beredar sehingga menuntut kewaspadaan agar masyarakat tidak terjebak dalam informasi yang keliru. Menurutnya, saat ini, beberapa survei masih menunjukan bahwa pengaruh hoaks pada masyarakat masih besar.

Berdasarkan survei Katadata Insight dan Kementerian Kominfo pada tahun 2020, diketahui bahwa setidaknya 30 persen sampai hampir 60 persen masyarakat terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya, sementara hanya 21 persen sampai 36 persen saja yang mampu mengenali hoaks.

“Melalui survei tersebut juga ditemukan bahwa 11,2 persen responden menyatakan pernah menyebarkan kabar bohong atau hoaks dan 68,4 persen di antaranya mengatakan hanya ingin mendistribusikan informasi, meski belum memverifikasi kebenarannya,” ujar Dedy dalam keterangan tertulis, Kamis (09/12/2021).

Dedy menegaskan tentunya hal ini harus terus menjadi perhatian bersama. Terlebih, mengingat angka penemuan hoaks terkait COVID-19 menurut hasil patroli siber Kementerian Kominfo sejak 2020 sampai 9 Desember 2021 masih menunjukan penemuan berbagai macam hoaks dan disinformasi.

Untuk isu hoaks COVID-19, telah ditemukan 2020 isu pada 5228 unggahan media sosial, dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 4527 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 5079 unggahan dan 149 lainnya sedang ditindaklanjuti. “Kemudian, untuk isu hoaks vaksinasi Covid-19, ditemukan sebanyak 408 isu pada 2489 unggahan media sosial, dengan persebaran terbanyak juga pada platform Facebook sejumlah 2297 unggahan. Dedy menjelaskan, pemutusan akses telah dilakukan terhadap seluruh unggahan tersebut,” katanya.

“Secara keseluruhan, pada minggu ini total pertambahan hoaks tentang Covid-19, vaksinasi COVID-19, dan PPKM adalah sebanyak 17 isu di 74 unggahan media sosial. Angka ini sedikit lebih kecil dibandingkan minggu sebelumnya, di mana terdapat total pertambahan 18 isu di 88 unggahan media sosial. Untuk perbandingan angka selengkapnya adalah sebagai berikut: Isu hoaks COVID-19 di minggu ini terdapat pertambahan sejumlah 10 isu dan 34 unggahan, sedangkan minggu sebelumnya, pertambahan yang ada adalah 11 isu dan 32 unggahan hoaks

Sementara itu, isu hoaks vaksinasi COVID-19, pada minggu ini bertambah 7 isu dan 13 unggahan hoaks. Di minggu sebelumnya, pertambahan isu ini adalah sebanyak 6 isu dan 27 unggahan. Untuk hoaks PPKM tidak ada pertambahan isu minggu ini, namun terdapat pertambahan unggahan sebanyak 27 hoaks. Tercatat pada minggu lalu, adanya penambahan 1 isu dan 29 unggahan hoaks.

Dedy menekankan, dengan ditemukannya varian baru yang perlu mendapatkan perhatian seperti Omicron penting untuk mewaspadai kabar bohong yang beredar terutama terkait virus tersebut. Selain mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati, taat protokol kesehatan, mengikuti kebijakan yang berlaku, dan menggencarkan vaksinasi untuk menekan risiko persebaran COVID-19, Dedy mengimbau untuk menghentikan persebaran hoaks.

“Mari semakin cerdas dalam memilih informasi agar angka persebaran COVID-19 terus menurun, menuju aktivitas yang lebih aman dan produktif,” pungkasnya. (lry)

Print Friendly, PDF & Email