Jakarta, Ditjen Aptika – Pemberitaan terkait Presidensi G20 Indonesia menjadi isu bidang aptika terbanyak periode ini. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny Gerard Plate mengatakan, pelibatkan dan pemahaman masyarakat dalam Presidensi G20 menjadi hal yang juga mendukung sukses terselenggaranya gelaran internasional tersebut.
Menteri Johnny mengajak generasi milenial ikut serta menyukseskan Presidensi G20 Indonesia, yang akan berlangsung hingga tahun depan. “Kami harapkan masyarakat mengambil bagian (Presidensi G20 Indonesia), khususnya generasi milenial. Para siswa dan mahasiswa kita harus tahu apa itu (manfaat) kita sebagai ketua presidensi, apa yang akan dilakukan di dalam pertemuan-pertemuan agenda G20 itu,” kata Johnny, dalam siaran pers, seperti dikutip dari antaranews.com, Kamis (23/12/2021).
Generasi milenial bisa berperan dalam menginformasikan tujuan dan manfaat forum internasional G20 kepada masyarakat. Keterlibatan dan pemahaman masyarakat tentang Presidensi G20 Indonesia bisa mendukung kesuksesan penyelenggaraan forum internasional tersebut.
Menkominfo turut menekankan bahwa Pemerintah RI membawa tiga isu digitalisasi dalam Presidensi G20 ini, yaitu connectivity dan post Covid-19, peningkatan kemampuan digital dan literasi digital, serta pembahasan mengenai cross-border data flow and data free-flow with trust. Menurut Menkominfo, digitalisasi menjadi salah satu faktor penting yang muncul akibat dari pandemi Covid-19, yakni mendorong migrasi aktivitas masyarakat ke ruang digital.
Sementara itu, dari segi substansi, dia berharap agenda-agenda besar yang dibahas dalam 19 working group akan berhasil menjadi keputusan atau kesepakatan bersama para pemimpin dunia dalam Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun depan. Presidensi G20 Indonesia dimulai sejak 1 Desember lalu dan akan berlangsung hingga 31 Oktober 2022.
Tangkal Hoaks untuk Mendorong Percepatan Vaksinasi
Sementara itu isu hoaks Covid-19 juga turut mewarnai pemberitaan dalam 24 jam terakhir, Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi menegaskan bahwa vaksinasi masih menjadi salah satu upaya efektif menangkal dan menghentikan sebaran virus COVID-19. Namun disayangkan, akselerasi program vaksinasi di Indonesia masih terhambat adanya disinformasi di tengah masyarakat.
“Menurut laporan yang dilansir oleh Satgas COVID-19 per 22 Desember 2021, sudah terdapat lebih dari 153,5 juta penduduk Indonesia yang telah menerima vaksin dosis pertama dan sekitar 108,5 juta penduduk di antaranya telah menerima dosis kedua,” kata Dedy dalam keterangan pers dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, seperti dilansir dari wartaekonomi.co.id, Kamis (23/12/2021).
Angka tersebut dikatakan Dedy masih belum memenuhi target sasaran vaksinasi nasional yaitu sebesar 208,2 juta penduduk. Dedy menjelaskan, dari riset yang dilakukan oleh John Hopkins Center for Communication Programs pada November 2021 terhadap 27.375 responden di Indonesia, 45 persen responden menyatakan keraguannya terhadap vaksinasi karena efek samping dari vaksin COVID-19.
Sedangkan sebanyak 31 persen responden lainnya bersedia untuk di vaksin, namun masih belum yakin dengan keamanannya. Kemudian, kata Dedy, survei dari Palang Merah Indonesia yang didukung federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit pada akhir September 2021, juga mengungkapkan dua faktor yang menjadi alasan utama masyarakat menolak vaksinasi COVID-19.
Lebih lanjut ia memapaparkan persebaran hoaks dan tindak lanjut yang telah dilakukan.
- Isu hoaks COVID-19: telah ditemukan 2036 isu pada 5294 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 4593 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 5125 unggahan dan 169 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
- Isu hoaks vaksinasi COVID-19: telah ditemukan sebanyak 418 isu pada 2507 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 2315 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap seluruh unggahan tersebut.
- Isu hoaks PPKM: telah ditemukan sebanyak 50 isu pada 1302 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 1284 unggahan. Pemutusan akses dilakukan terhadap 1112 unggahan dan 190 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti. (lry)