Manggarai Barat, Ditjen Aptika – Kementerian Kominfo melakukan pelatihan kepada para UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk bangkit dari krisis pandemi Covid-19. Targetnya, para UMKM tersebut dapat aktif melakukan transaksi penjualan.
“Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat signifikan bagi para UMKM lokal di sini. Cara untuk bangkit sekaligus meningkatkan usahanya dengan dapat memanfaatkan digital, untuk itu kami melakukan pelatihan intensif,” kata Koordinator Pelatihan UMKM Active Selling, Ignasius Marni saat pendampingan UMKM di Komunitas Rumah Pekerti, Manggarai Barat, Kamis (30/09/2021).
NTT khususnya di Kabupaten Manggarai Barat, lanjut Ignasius, memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan para UMKM lokal. Mulai dari kain tenun, pembalut yang bisa dipakai ulang, kopi, berbagai macam snack, souvenir, hingga olahan ikan.
Ignasius mengungkapkan bahwa kendala utama bagi para UMKM di Kabupaten Manggarai Barat yakni sumber daya manusia dan pasar untuk menjual produk. Solusi terbaik atas masalah itu menurutnya dengan bertransformasi dari UMKM konvensional menjadi UMKM digital.
“Mengatasi permasalahan SDM yang belum terbiasa dengan platform digital kami melakukan pendampingan secara intensif agar mereka dapat mengerti dan terbiasa. Dengan begitu, peluang akan terbuka luas dalam memasarkan produk-produk yang mereka miliki,” tandas Ignasius.
Sebagai informasi, setelah melakukan kegiatan on boarding pada tahun-tahun sebelumnya, Ditjen Aptika pada tahun 2021 ini memiliki target active selling sebanyak 7.000 UMKM. Di Provinsi NTT sendiri target pelatihan akan menyasar pada 1.000 UMKM sektor produsen dan pengolahan di Kabupaten Manggarai Barat.
“Para peserta yang mengikuti pelatihan juga diberikan bantuan berupa toolkits paket internet senilai 4 Giga Byte. Agar pelatihan dapat dilakukan secara intensif, kami membatasi dalam sehari hanya melakukan pendampingan pada lima hingga sepuluh UMKM,” tutur dia.
Salah satu peserta pelatihan yaitu Komunitas Rumah Pekerti yang berisikan 97 UMKM lokal dengan berbagai produk. Sebanyak 90% dari anggota komunitas itu adalah perempuan.
“Kami sangat senang dengan pelatihan yang diberikan Kemkominfo kepada para UMKM yang tergabung dalam komunitas kami. Kami percaya hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan UMKM di sini, terutama saat pandemi seperti sekarang,” ucap Ketua Komunitas Rumah Pekerti, Bekti.
Lihat juga: Kunjungi Labuan Bajo, Menkominfo Ajak Pelaku UMKM Masuk Pasar Digital
Dia juga menuturkan baru sekitar 30% di komunitasnya yang telah memiliki proses bisnis tergolong baik. Sehingga masih perlu banyak peningkatan keterampilan, salah satunya melalui berbagai pelatihan yang ada.
Bekti juga menceritakan saat pandemi ini penjualan produk makanan sangat turun, sedangkan produk ekonomi kreatif relatif masih stabil. Ia pun memperlihatkan salah satu produk ekonomi kreatif yang dibuat oleh UMKM, yakni pampers dan pembalut yang bisa dipakai ulang (reuse).
“Tujuan kami membuat produk ini selain untuk dijual tapi juga untuk tidak mengotori alam,” tandas dia.
Ia juga bercerita berbagai kendala teknis yang dihadapi UMKM dalam memasarkan produknya secara daring. Salah satunya belum banyak produsen kemasan di Kabupaten Manggarai Barat, sehingga harus memesan dari luar.
“Permasalahan dan kendala yang ada merupakan tugas kita bersama, baik pemerintah maupun komunitas lokal seperti yang saya dirikan ini. Semoga para UMKM di sini dapat terus berkembang, karena masyarakat NTT ingin ikut andil dengan penetapan Kawasan Labuan Bajo sebagai Kawasan Pariwisata Super Prioritas,” pungkas Bekti.
Selain lima UMKM yang tergabung dengan Komunitas Rumah Pekerti, pelatihan juga dilakukan pada komunitas lain yaitu Indo Latifa. Ada tujuh UMKM yang tergabung dimana semuanya fokus pada produk makanan olahan.
UMKM yang tergabung dalam Komunitas Indo Latifa sudah memiliki proses bisnis yang cukup baik, tapi belum memaksimalkan platform daring untuk pemasaran produk karena kendala SDM. Ketua UMKM Indo Latifa menganggap selama ini cukup hanya memasarkan produknya secara konvensional.
Lihat juga: Kajian Bappenas, Digitalisasi UMKM Sebagai Upaya Bertahan Saat Pandemi
Namun ketika Indonesia bahkan dunia mengalami pandemi Covid-19, tingkat penjualan produk menurun sangat tajam, sehingga para UMKM Indo Latifa pun mulai mencari cara keluar dari krisis.
“Pandemi sangat berdampak pada penjualan, sehingga kami harus mencari cara lain yakni dengan mencoba memasarkan produk secara online. Kami berterima kasih atas perhatian dari pemerintah yang telah melakukan pelatihan ini,” kata Ketua UMKM Indo Latifa, Indo Mase. (lry)
Galeri Foto Pelatihan UMKM Active Selling