Jakarta, Ditjen Aptika – Isu seputar peluncuran program JaWAra Internet Sehat mendominasi pemberitaan 24 jam terakhir. Program ini merupakan kerja sama antara Kementerian Kominfo, WhatsApp, dan ICT Watch, yang diluncurkan pada Selasa (05/10/2021). Program ini menyasar kaum muda, sebagai upaya menggerakkan akar rumput terutama generasi muda untuk mengatasi masalah soal hoaks, khususnya di pelosok Indonesia.
Sebanyak 60 aktivis pemuda dari 28 provinsi maju menjadi agen perubahan dalam program yang telah dimulai sejak bulan Agustus ini. Media mengutip penjelasan Tenaga Ahli Kemkominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, Devie Rahmawati, bahwa ada 3 masalah yang muncul akibat hoaks, yaitu kerusuhan sosial, konflik politik, dan kerugian ekonomi (3K). Ia menambahkan, hoaks punya pengaruh terhadap ketahanan digital nasional.
“Selama pandemi, kami melihat percepatan penyebaran misinformasi dan tantangan privasi digital. Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan digital nasional yang dapat mengakibatkan kerusuhan sosial, konflik politik, serta kerugian ekonomi. Di sisi lain, kami percaya kekuatan kultural, kedekatan masyarakat, dan keunikan adalah kunci keberhasilan untuk program-program pemberantasan hoaks di Indonesia,” ungkap Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Devie Rahmawati, dikutip dari akurat.co, Selasa (05/10/2021).
Ia mencontohkan dampak hoaks ini terlihat saat peristiwa di Yahukimo, Papua, yang dipicu info hoaks yang menyulut kemarahan warga hingga menyebabkan korban jiwa, serta kerusuhan saat Pemilu 2019 yang menyebabkan kematian pada 6 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Menurut Devie, Kominfo terbantu dengan program JaWAra ini, karena ada hal-hal di bawah yang lebih mudah ditembus oleh kedekatan dari teman-teman civil society.
Devie sangat mengapresiasi adanya program JaWAra Internet Sehat dengan beragam kegiatannya yang relevan dengan budaya dan kebiasaan lokal di tiap daerah. Menurutnya program ini terbukti secara nyata dapat menjangkau publik secara luas dan sejalan dengan program pemerintah untuk mengatasi man divide.
Dijelaskan bahwa sejak diluncurkan pada 16 Agustus hingga 1 Oktober lalu, para JaWAra telah menjalankan 26 program dan lebih dari 50 kegiatan di lebih dari 50 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Melalui beragam programnya, JaWAra secara keseluruhan telah memberdayakan sekitar 17.300 orang.
Program edukasi di level lokal disesuaikan dengan kebiasaan warga dan budaya setempat, sehingga berhasil melampaui target untuk memberdayakan lebih dari 15 ribu orang, termasuk pemuda, orang tua, guru, masyarakat lokal, serta pelaku UKM, di seluruh daerah.
Penanganan Covid-19
Isu seputar penanganan Covid-19 juga masih mendominasi pemberitaan 24 jam terakhir. Topik pemberitaan yang diangkat seputar klarifikasi isu data pengguna PeduliLindungi, hingga penanganan hoaks seputar Covid-19.
Terkait isu kebocoran data PeduliLindungi, media kembali mengutip pernyataan Menkominfo dalam Rapat Kerja dengan Komite I DPD 22 September lalu, yang menegaskan bahwa data pribadi pengguna aplikasi tidak bocor, dan data dari PeduliLindungi berada di cloud dalam negeri, baik di cloud Kominfo maupun cloud Kementerian Kesehatan.
“Tidak terjadi kebocoran data di PeduliLindungi dan data-data yang ada di dalam platform tersebut berada di Indonesia, bukan diletakkan di luar Negeri. Data-datanya berada di cloud di dalam negeri, baik di cloud Kominfo maupun di cloud mitra Kementerian Kesehatan yang menangani PeduliLindungi,” kata Jhonny G Plate, dikutip dari Antara Selasa (05/10/2021).
Sementara itu terkait penanganan konten hoaks Covid-19, media mengutip keterangan dari situs Kominfo bahwa hingga Selasa (05/10/2021) terdapat 343 temuan hoaks yang tersebar di berbagai media sosial dan sebarannya mencapai 2.199 konten. Sebaran hoaks paling banyak ditemukan di Facebook. Di sana terdapat 2.017 konten hoaks seputar vaksin covid-19.
Sementara Twitter berada di posisi kedua. Dalam catatan Kementerian Kominfo ada 107 sebaran hoaks soal vaksin covid-19 di platform ini. Situs berbagi video, seperti YouTube dan TikTok juga tak luput dari sasaran hoaks. Tercatat, ada 43 hoaks di YouTube dan 21 di TikTok.
Lalu 11 sebaran hoaks sisanya ditemukan Kementerian Kominfo berada di Instagram. Disebutkan bahwa Kementerian Kominfo sudah melakukan takedown kepada semua informasi hoaks tersebut.
“Masih saja ada informasi-informasi tidak benar atau hoaks seputar vaksin dan vaksinasi (covid-19). Masyarakat kami minta untuk menyaring seluruh informasi yang diterima dan jangan langsung percaya dan menyebarluaskannya,” kata Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dikutip Medcom.id Selasa (05/10/2021). (lry)