Jakarta, Ditjen Aptika – Kasus kebocoran data kembali mewarnai pemberitaan dalam 24 jam. Kebocoran data kali ini terkait dugaan pembobolan data nasabah BRI Life, anak perusahaan BRI yang bergerak di bidang asuransi.
Isu naik karena cuitan akun Twitter @UnderTheBreach yang mengabarkan ada kebocoran data di BRI Life dalam jumlah besar. Sebanyak 2 juta klien BRI Life dan 463 ribu dokumen yang dijual di dark web dengan harga permintaan 7.000 USD atau di kisaran Rp 101 juta.
Media mengutip pernyataan Menkominfo, Johnny G. Plate bahwa akan menggandeng BSSN dan Polri dalam menyelidiki dugaan kebocoran data pribadi nasabah BRI Life. Hal ini dilakukan sesuai amanat Pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PP 71/2019), di mana Kemkominfo berwenang melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan Sistem Elektronik.
Jubir Kominfo, Dedy Permadi menjelaskan bahwa saat ini Kemkominfo sedang melakukan investigasi terhadap dugaan kebocoran data tersebut. Kemkominfo melakukan pemanggilan terhadap Direksi BRI Life sebagi bagian dari proses investigasi.
“Sejak 27 Juli 2021 sampai dengan saat ini, Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika telah melakukan investigasi internal untuk melakukan pendalaman terhadap sampling data pribadi yang diduga bocor,” kata Dedy Permadi dalam keterangan resminya yang dikutip Beritasatu.com, Rabu (28/7/2021).
BRI Life juga telah mengambil langkah untuk menghentikan upaya akses secara tanpa hak tersebut. Saat ini BRI Life sedang melakukan pemeriksaan mendalam terhadap keamanan sistem elektronik yang mereka kelola dengan menggandeng Konsultan Forensik Digital dan Tim Internal di dalam perusahaan.
Perlu Adanya Budaya Perilaku Sehat Dalam Pembelajaran Daring
Isu lainnya yang ramai diberitakan media pada 24 jam terakhir adalah UMKM digital. Media mengangkat Kemkominfo membuka pelatihan dan pendampingan Active Selling yang menyasar 26.000 pelaku UMKM sektor produksi dan pengolahan di 10 daerah.
Dimulai dari awal Juli 2021, Active Selling yang diselenggarakan oleh Direktorat Ekonomi Digital, Ditjen Aplikasi Teknologi Informatika, Kominfo resmi dibuka. Lantaran ada PPKM, pembukaan digelar secara virtual dan serentak di daerah yang menjadi target program ini yakni di 10 Destinasi Wisata Prioritas.
Plt. Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo, I Nyoman Adhiarna mengatakan, aplikasi lokapasar (marketplace) sebagai pasar daring menjadi yang utama. Selain itu terdapat aplikasi-aplikasi pendukung lainnya untuk membuat proses bisnis lebih efektif dan efisien.
“Aplikasi pasar online atau marketplace telah menggantikan peran pasar tradisional di dunia digital. Agar toko online menghasilkan laba yang besar, UMKM wajib mengoptimalkan berbagai aplikasi pendukung lainnya sehingga bisnis mereka lebih efektif dan efisien,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip Beritasatu.com, Selasa (27/07/2021).
Para UMKM dapat memiliki bekal yang cukup untuk berkompetisi di pasar digital. UMKM daerah juga diharapkan mampu menjual produk-produk lokal untuk mendongkrak perekonomian di daerahnya (pag)