Jakarta, Ditjen Aptika – Platform dan pengembang aplikasi telah menghadirkan berbagai fitur child-friendly yang memilah konten dan akses informasi untuk anak. Meski begitu, perlu dirumuskan bersama desain infrastruktur internet yang secara spesifik ditujukan untuk anak.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika, Mariam F. Barata dalam acara webinar Pekan Berpihak Pada Anak 2021 yang diselenggarakan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik secara daring, Rabu (28/07/2021).
“Desain ini nantinya memiliki fitur akses terhadap informasi sesuai dengan daya pemahaman anak-anak, menyediakan konten yang telah dikurasi dengan kebutuhan anak-anak, dan kontrol waktu yang dapat dikonfigurasi oleh orang tua,” jelasnya.
Ia mengharapkan kolaborasi berbagai pihak, yaitu pemerintah, sektor penyedia jasa layanan telekomunikasi, dan organisasi masyarakat, untuk mendorong perumusan infrastruktur jaringan internet ramah anak tersebut.
Lihat Juga: Orang Tua agar Awasi Belajar Anak terhadap Bahaya Pornografi
Sementara itu, orang tua harus terus mencari informasi dalam mengawasi kegiatan anak di internet agar terhindar dari ancaman atau konten yang membahayakan tumbuh kembang anak.
“Setidaknya, orang tua harus mengerti empat karakteristik ruang digital yang mengancam keamanan anak-anak, yaitu borderless, accessibility, blurred identity, dan rapidity,” ucap Mariam.
Selain peran orang tua, pemerintah juga memiliki tugas untuk menjaga keamanan ruang digital dengan terus memberikan literasi digital.
“Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo memberikan literasi digital yang salah satu fokusnya adalah digital parenting. Pengetahuan ini penting agar orang tua mau melek teknologi, bisa melaporkan konten-konten negatif atau tindakan yang berpotensi pidana dan berdampak kepada putera puterinya,” katanya.
Menurut Mariam, sejak terjadi pandemi penggunaan teknologi semakin masif dan tidak berbatas usia, sehingga perlu terus upaya meningkatkan keamanan dan menciptakan ruang digital yang positif terutama untuk anak-anak.
Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Perwakilan dari Tanoto Foundation, Ari Widowati mengatakan dari hasil survei diketahui anak mengalami penurunan kesempatan belajar saat pembelajaran jarak jauh. “Masa belajar hanya 25 persen dari waktu belajar sebelum pandemi,” ujarnya.
Menurut Ari, teknologi merupakan enabler agar anak bisa tetap belajar dan mengejar ketertinggalan apabila dimanfaatkan secara baik dan benar.
Lihat Juga: Hadapi PJJ, Orang Tua Harus Kuasai Digital Parenting
Oleh karena itu, ia memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua dalam mendampingi anaknya belajar di rumah sehingga waktu belajar dapat maksimal.
“Pertama, orang tua tidak boleh merasa takut kalah dengan anak dalam penggunaan teknologi. Gunakan media sosial untuk mencari komunitas atau akun-akun parenting yang memberikan konten pendampingan belajar anak di rumah,” sarannya.
Selanjutnya, jadwal harian kegiatan belajar anak juga baik untuk dibuat agar ritme belajar anak tetap teratur seperti kegiatan belajar di sekolah sebelum pandemi.
Terakhir, lakukan kesepakatan bersama anak tentang penggunaan gawai dalam belajar, ruang belajar, dan kuota bersama anak.
“Orang tua bukanlah pengganti guru, jadi bangunlah komunikasi dengan guru di sekolah. Berikan waktu pada anak untuk menceritakan kesulitan belajarnya, sehingga orang tua mampu membantunya,” terang Ari.
Pihaknya telah membantu 100 ribu lebih orang tua dalam mendampingi anak belajar jarak jauh melalui konten-konten yang informatif. “Semoga apa yang telah dilakukan itu mampu membantu pemerintah dalam memberikan literasi digital, khususnya bagi orang tua,” tutup Ari. (pag)