Jakarta, Ditjen Aptika – Tercatat ada penambahan 37 juta pengguna internet baru daripada tahun sebelumnya. Di tengah pesatnya pertumbuhan itu, pemahaman literasi digital menjadi hal penting agar masyarakat bisa memanfaatkan ruang digital secara baik.
“Tahun ini ada peningkatan 37 juta pengguna internet baru, sehingga Indonesia total memiliki 202,6 juta pengguna internet. Kementerian Kominfo merespon hal ini dengan menekankan literasi digital, mulai dari pembuatan modul literasi digital hingga menghadirkan pandu digital,” jelas Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika Kemkominfo, Bonifasius Wahyu Pudjianto, saat membuka Seminar dan Lokakarya Pembentukan Pandu Digital Daring, Sabtu (01/05/2021).
Ditjen Aptika Kemkominfo, ia melanjutkan, baru saja meluncurkan modul literasi digital. Modul ini dibuat sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan literasi digital, sehingga dapat memperbaiki indeks literasi digital nasional Indonesia.
“Modul literasi digital tersebut terbagi atas empat pilar, yakni digital culture, digital skill, digital safety, dan digital ethics,” papar Boni.
Seperti diketahui, pada tahun 2020 Ditjen Aptika bekerja sama dengan Katadata telah melakukan survei literasi digital nasional. Hasil survei menunjukkan indeks literasi digital Indonesia berada pada titik 3,47 (skala 4) atau hanya sedikit di atas kategori sedang.
Lihat juga: Survei Nasional jadi Acuan Peta Jalan Literasi Digital
Sementara itu agar pemahaman literasi digital dapat tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, maka dibuatlah program Pandu Digital. Pandu digital merupakan gerakan pendamping generasi digital yang bertujuan agar masyarakat memiliki pemahaman, kemajuan, dan juga kompetensi digital.
Hal ini sejalan dengan mandat Presiden Jokowi terkait percepatan transformasi digital, dimana salah satunya adalah kesiapan SDM digital. “Pandu digital ini menjadi playmaker-nya dalam memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat,” tandas Boni.
Ia juga menjelaskan bahwa pandu digital memiliki fokus mendampingi masyarakat pada lima sektor, yakni UMKM, pariwisata, pendidikan, kesehatan, petani dan nelayan. Sementara itu dalam pandu digital juga ada tiga tingkatan, yaitu pandu batch merah (purwa), batch biru (madya), dan batch hitam (utama).
“Tiga level ini kita lakukan dengan skema penta helix, semua ini kolaborasi kita bersama. Pandu digital diharapkan jadi tulang punggung bagi literasi digital masyarakat. Oleh karenanya, saya mengajak semua pihak untuk bergabung dengan pandu digital,” pungkas Boni.
Koordinator Pandu Digital Kemkominfo, Bambang Tri Santoso, turut menjawab pertanyaan mengenai apakah pandu digital dapat mengatasi masalah belum adanya akses internet. Ia menjelaskan bahwa meskipun fokus pandu digital pada fasilitasi literasi digital, tetapi pandu digital juga bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah.
“Contohnya masalah infrastruktur, mengenai belum adanya akses internet. Pandu digital bisa menjembatani masalah tersebut untuk kemudian dilaporkan kepada BAKTI Kominfo,” infonya.
Lihat juga: Pandu Digital Jadi Kunci Hadapi Tantangan Literasi Digital Pedesaan
Dirinya juga menyebutkan bahwa pandu digital turut memberikan pelatihan seperti membuat dan menyambungkan jaringan intranet lokal. Sehingga jaringan ini bisa dipancarkan untuk mengatasi masalah belum adanya jaringan internet.
“Ini sudah dilakukan desa-desa di Tasikmalaya dan Subang, bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) setempat. Jadi, banyak cara menyiasati persoalan belum adanya akses internet,” tandasnya.
Bambang berharap semoga semakin banyak pihak yang dapat berpartisipasi menjadi pandu digital, sehingga semakin banyak juga yang dapat berbagi ilmu dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia. (lry)