Jakarta, Ditjen Aptika – Isu terkait pembangunan pusat data nasional di Batam muncul dalam pemberitaan akhir pekan. Topik yang menjadi sorotan media adalah pengumuman yang dilakukan Menkominfo mengenai empat lokasi pusat data nasional serta peninjauan lahan yang dilakukan Menkominfo pada lahan pembangunan PDN di Batam.
Kementerian Kominfo merencanakan akan membangun pusat data nasional di empat titik lokasi, yaitu di Bekasi Jawa Barat, Batam Kepulauan Riau, Ibu Kota baru di Kalimantan Timur, dan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur. Menkominfo Johnny G. Plate menyampaikan dibangunnya empat lokasi pusat data dikarenakan sebagai negara, pemerintah harus menerapkan redudansi atau duplikasi penyimpanan data yang sama secara berulang dalam beberapa file sebagai langkah “back up” data, hal ini dikarenakan data seluruh masyarakat merupakan komponen kekuatan nasional.
Kota Batam dipilih menjadi salah satu lokasi pusat data nasional dikarenakan sudah memadai secara infrastruktur. Rencananya, pembangunan pusat data nasional ini akan dilakukan mulai 2022 hingga 2025. Dirjen Aptika Samuel Abrijani Pangarepan juga menyatakan pusat data nasional di Batam akan memiliki interopabilitas dengan pusat data utama di Bekasi dan pusat data lainnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Menkominfo melakukan peninjauan kesiapan lahan yang akan dibangun sebagai Pusat Data Nasional di Batam pada Jumat, 23 April 2021. Terdapat dua lokasi yang ditawarkan menjadi tempat Pusat Data Nasional di Batam, Menkominfo pun memastikan pihaknya akan tetap membangun Pusat Data Nasional di Batam dari dua lokasi yang ditawarkan.
Menkominfo juga menjelaskan bahwa pembangunan pusat data ini juga merupakan upaya mempercepat transformasi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo. Pembangunan Pusat Data Nasional juga diikuti dengan pengembangan SDM yang mumpuni, hal ini diwujudkan Kominfo dalam bentuk literasi digital.
Kominfo Targetkan 12,5 Juta Masyarakat Terima 4 Modul Literasi Digital
Tenaga Ahli Menteri Kominfo Devie Rahmawati mengatakan, kementeriannya saat ini sedang terus berupaya untuk terus mempersempit digital divide di Indonesia. Salah satu jalannya masyarakat harus memiliki kecakapan digital, dari sinilah kehadiran modul literasi digital memiliki peran yang sama krusialnya dengan membangun jaringan internet dari segi infrastruktur.
“Empat modul literasi digital yang diluncurkan Kominfo, Japelidi, dan Siberkreasi dimaksudkan untuk membangun sistem imunitas masyarakat dari berbagai informasi yang tidak sehat, aman dan bermanfaat. Mengingat kecepatan penyebaran hoaks misalnya, melebihi kecepatan untuk melakukan verifikasi dan klarifikasi,” tambah Devie.
Karena itu, kata Devie, pada tahun 2024 mendatang, Kominfo akan memastikan minimal 50 juta masyarakat Indonesia telah terdukasi dan memiliki kecakapan digital melalui empat modul ini. “Secara spesifik, tahun ini ditargetkan sebanyak 12,5 juta masyarakat sudah menerima literasi digital,” seru Devie. (lry)