Jakarta, Ditjen Aptika – Teman tuli beserta guru Sekolah Luar Biasa (SLB) terapkan inovasi dalam belajar daring selama pandemi. Sejak pandemi Covid-19, berbagai inovasi dilakukan agar proses belajar tetap berjalan.
“Kampus saya telah menerapkan metode Synchronous dan Asynchronous Learning (ASL) dalam pembelajaran daring,” ujar Perwakilan Mahasiswa Tuli, Surya Sahetapy dalam webinar Siberkreasi Strategi Pembelajaran Peserta Didik Teman Tuli Selama Masa Pandemi, Kamis (25/02/2021).
Lebih lanjut dijelaskan, Synchronous Learning merupakan pembelajaran daring secara langsung menggunakan aplikasi telekonferensi dengan menyediakan penerjemah berupa interpreter (penerjemah bahasa isyarat langsung) dan notakers (penerjemah bahasa dengan menulis cepat).
“Penerjemah dengan berbagai bentuk ini disesuaikan dengan kebutuhan teman tuli yang bermacam-macam,” ujar Surya.
Misalnya, pelajar yang memiliki kesulitan pendengaran (hard of hearing) masih mengandalkan suara dalam berkomunikasi sehingga masih terbantu dengan adanya subtitles. Sedangkan pelajar tuli total (full deaf) mengandalkan visual dan butuh bahasa isyarat untuk mengerti dalam proses berkomunikasi.
Surya menegaskan, agar dapat dipahami bahwa teman tuli memiliki bahasa isyarat sebagai bahasa ibu. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa kedua, sehingga ada perbedaan dalam mengartikan sesuatu.
Selanjutnya adalah Asynchronous Learning (ASL), yaitu proses pembelajaran daring yang memberikan bahan ajar dan pengerjaan tugas tidak langsung. Bahan ajar dan tugas dapat berbentuk video beserta bahasa isyarat dan terjemahannya maupun bentuk lainnya.
“Menurut saya, metode ini lebih tepat diterapkan di Indonesia karena tidak semua pelajar memiliki akses internet yang baik,” katanya.
Pegiat bahasa tuli itu juga menambahkan bahwa perkembangan teknologi sangat membantu teman tuli saat berkomunikasi karena bisa terkoneksi dengan teman-teman di berbagai daerah dalam satu waktu.
Lihat juga: Hadapi PJJ, Orang Tua Harus Kuasai Digital Parenting
Senada dengan Surya, seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Balikpapan, Ade Putri juga sudah menerapkan pembelajaran ASL untuk pelajar tuli. Ia menggunakan video pembelajaran dengan bahasa isyarat untuk alat bantu mengajar siswa anak-anak.
Selain video, Ade juga menggunakan bahan ajar bergambar bagi siswa tuli yang cenderung visual dengan menambahkan bentuk isyarat. “Gunanya adalah agar anak dapat menulis dan mengingat bahasa Indonesia serta bahasa isyaratnya secara bersamaan, sehingga dapat memiliki kosa kata yang banyak,” jelasnya.
Ade juga melakukan inovasi dengan memanfaatkan aplikasi bernama Gembira (mengenal ragam bunyi dan suara) untuk mengasah anak dengan kesulitan mendengar agar dapat memanfaatkan sisa pendengarannya.
“Harapan saya, anak dapat mengenal bahwa di sekitar mereka ada bunyi yang melatarbelakangi lingkungannya,” katanya.
Baginya teknologi adalah sebuah alat bantu mengajar, peranan utama tetap dipegang guru agar terus memotivasi siswa untuk belajar dan tetap semangat di saat pandemi.
Lihat juga: Literasi Digital Jadi Kunci Keberhasilan Transformasi Digital
Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan mengatakan bahwa perkembangan teknologi telah mengubah cara berkehidupan.
“Inovasi yang dilakukan untuk teman-teman tuli sangat baik dalam membantu pemahaman belajar dan cermat menggunakan teknologi,” katanya.
Inovasi yang telah dilakukan tersebut juga akan mempercepat proses digitalisasi di berbagai lini kehidupan sehingga harus menyiapkan SDM dengan keterampilan digital yang sesuai untuk menghadapi perubahan.
“Inovasi berkualitas dengan mengembangkan talenta dan memaksimalkan potensi masyarakat digital Indonesia, mampu membuat kita melalui pandemi dengan lebih baik dari masa sebelumnya,” harap Semuel. (pag)