Jakarta, Ditjen Aptika – Sektor pariwisata sangat terpukul akibat pandemi Covid-19, sehingga perlu upaya digitalisasi agar keluar dari krisis. Program Pandu Digital memiliki tiga tahapan untuk mewujudkan hal tersebut.
“Pandu Digital memiliki tiga tahapan berdasarkan rentang waktunya, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Ketiga tahapan tersebut perlu dilakukan agar sektor pariwisata yang sebelumnya berhenti total bisa bangkit dari krisis pandemi Covid-19,” terang Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dewi Meisari, saat Webinar Pandu Digital Daring: Pemuda Bersatu Mewujudkan Digitalisasi di Sektor Pariwisata, Selasa (28/10/2020).
Pada jangka pendek, lanjut Dewi, pandu digital dapat memberikan pendampingan pengunaan internet dan media sosial dasar bagi pegiat pariwisata untuk melakukan promosi dan merespon reservasi. Pandu digital dapat membantu mengajarkan penyedia akomodasi yang belum memiliki layanan online agar bisa terhubung dengan memanfaatkan platform yang sudah ada, seperti Traveloka, Pegi-Pegi, dan Airbnb.
“Pandu digital juga bisa bantu optimalkan media sosial atau blog untuk membuat cerita perjalanan dengan tujuan mempromosikan suatu destinasi wisata. Hal lain yang bisa dilakukan pandu digital ialah membuat berbagai acara dengan memanggil para ahli di bidang kepariwisataan untuk memberikan coaching klinik bagi pegiat pariwisata,” ujarnya.
Untuk jangka menengah, pandu digital bisa melakukan pendampingan pengembangan platform digital satu pintu untuk kepariwisataan daerah. Caranya melalui berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat.
“Selain itu pandu digital juga bisa melakukan pendampingan untuk pembuatan konten promosi digital kepariwisataan daerah,” info Dewi.
Sedangkan untuk jangka panjang, pandu digital bisa memberikan pendampingan untuk mengembangkan bentuk kepariwisataan baru seperti tur virtual. “Karena hal seperti ini sudah masuk tataran infrastruktur digital yang cukup mahal perlu dikolaborasikan dengan pemerintah daerah setempat untuk pendanaannya,” ungkapnya.
Lihat juga: Pandu Digital sebagai Agen Perubahan untuk UMKM Go Digital
Sementara itu Staf Khusus Bidang Kebijakan Digital dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kominfo, Dedi Permadi berpesan agar masyarakat terutama pegiat pariwisata untuk memanfaatkan internet di masa pandemi Covid-19 ini.
“Untuk kawasan pariwisata tentu bisa memanfaatkan internet dan media sosial sebagai branding agar daerah-daerah wisata kita bisa memiliki citra positif dan banyak dikunjungi wisatawan. Saya pun jika ingin berwisata pasti akan membuka internet dan media sosial sebagai referensi,” ceritanya.
Namun ia mengingatkan bahwa internet seperti pisau bermata dua, dampaknya bisa menjadi positif dan negatif. Masyarakat harus memanfaatkan peluang positif dari internet, jangan sampai dihabiskan untuk penggunaan yang tidak produktif.
“Sektor telekomunikasi dan informatika menjadi satu-satunya sektor yang memiliki pertumbuhan positif di kuartal II 2020. Oleh karenanya, sektor-sektor lain diharapkan bisa memanfaatkan ini termasuk sektor pariwisata,” ujarnya.
Lihat juga: Transformasi Digital jadi Solusi Tingkatkan Kembali Perekonomian
Senada dengan Staf Khusus Kemkominfo, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (Bapparda) Kabupaten Blitar, Akhsin Al Fata mengatakan hampir seluruh orang sudah memakai fasilitas digital termasuk untuk berwisata. Hal itu membuka peluang bagi sektor pariwisata.
“Saya yakin media sosial memiliki peran penting dalam kehidupan saat ini. Banyak orang terpengaruh karena konten-konten yang ada. Beberapa platform kami nilai efektif untuk mempromosikan pariwisata,” tuturnya.
Ia optimis kolaborasi dan sinkronisasi bersama program Pandu Digital akan membangkitkan pariwisata di daerahnya yang sedang mengalami krisis. Selain itu, ada banyak sektor lain yang tergantung hidupnya melalui pariwisata.
“Harus ada langkah strategis yang kita lakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata. Kita harus segera bangkit, kita tidak boleh kalah begitu saja dengan Covid-19,” pungkas Akhsin. (lry)