Jakarta, Ditjen Aptika – Para pelaku UMKM, khususnya di kawasan pedesaan harus mempersiapkan diri menghadapi transformasi digital. Saat ini, jumlah pelanggan e-commerce diperkirakan sudah lebih dari 100 juta.
“Tranformasi digital selain membuka berbagai macam peluang, tapi juga menghadirkan tantangan. UMKM pedesaan harus bersiap menghadapi tantangan-tantangan, jika tidak ingin tertinggal dan hanya menjadi penonton,” jelas Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat Webinar Peningkatan Sarana dan Prasarana Digital/Internet Based dalam Rangka Menggerakkan Ekonomi Kawasan Pedesaan, Rabu (23/09/2020).
Dirjen Semuel berpendapat, untuk dapat menghadapi tantangan tersebut Indonesia perlu menyediakan pemain e-commerce yang handal dengan produk yang dapat bersaing.
“Pasar dan potensi kita besar untuk bersaing di era digital. Potensi ini tidak ada artinya jika kita tidak menyiapkan diri,” tegasnya.
Potensi ekonomi digital Indonesia terbilang besar. Berdasarkan data McKinsey, pada 2017 ada 30 juta pelanggan e-commerce dan setiap tahunnya bertambah hingga 50%.
“Saat ini diperkirakan jumlah pelanggan e-commerce sudah ada lebih dari 100 juta. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini,” papar Semuel.
Mengacu pada jumlah itu, UMKM pedesaan diharapkan bisa menyambut peluang tersebut. Pada tahun 2018 sendiri ada 64 juta UMKM daring yang perlu diklasifikasikan agar program pemerintah tepat sasaran.
“UMKM di pedesaan tidak perlu meniru startup-startup besar karena dikhawatirkan akan kalah bersaing. Temukan nilai tambah lain yang belum dimiliki. Bisa dimulai dari lingkup kecil dengan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes),” saran Dirjen Semuel.
Lihat juga: UMKM Indonesia Harus Kreatif Manfaatkan Peluang di Tengah Pandemi
Ia juga menjelaskan pemerintah akan hadir dalam mendorong percepatan ekonomi digital pedesaan melalui dukungan regulasi, infrastruktur digital, dan pengembangan sumber daya manusia.
Semuel juga menekankan era ekonomi digital bersifat inklusif dengan konsep sharing. Semua orang boleh terlibat, baik sebagai penjual maupun pembeli. Oleh karenanya ia berhadap UMKM pedesaan dapat memikirkan produk unggulan.
“Temukan satu produk unggulan di setiap desa, maka Indonesia akan memiliki 75-80 ribu produk unggulan. Itu belum termasuk produk turunannya. Mari bersama-sama menyiapkan produk unggulan desa agar dipasarkan baik di Indonesia maupun luar negeri,” pungkasnya.
Sementara itu Wakil Menteri Desa PDT, dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi mengatakan pembangunan kawasan pedesaan tidak terlepas dari teknologi informasi. Sarana dan prasarana teknologi informasi penting dalam menguatkan bisnis daring di pedesaan.
“Petani atau nelayan mendaftarkan tokonya ke media belanja daring untuk menjual hasil produk unggulan. Pembeli memilih barang hasil pedesaan dari toko daring tersebut untuk membeli produk unggulan desa,” tuturnya.
Lihat juga: Desa Pao-Pao Terapkan Digitalisasi Desa Melalui SIAP
Untuk menunjang hal tersebut, Kemendes PDT dan Transmigrasi memiliki berbagai upaya, seperti:
- Membentuk dan meningkatkan konektivitas internet kawasan pedesaan;
- Capacity building berupa pelatihan teknis mengembangkan sarana dan prasarana digital/internet; dan
- Memacu dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital melalu Bumdes bersama.
Berdasarkan data Google dan Temasek, pada 2019 nilai potensi e-commerce Indonesia paling tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya. “Saatnya UMKM pedesaan turut ambil bagian dalam mendukung ekonomi digital Indonesia,” tutup Budi. (lry)