Jakarta, Ditjen Aptika – Selama masa physical distancing penggunaan internet meningkat cukup signifikan. Selain itu terjadi pergeseran dari lingkungan perkantoran ke lingkungan pemukiman.
“Penggunaan internet yang tadinya berpusat di perkantoran kini lebih banyak digunakan di pemukiman dan meningkat sekitar 30 hingga 40 persen. Selain itu, penggunaan pada daerah tertinggal juga memiliki peningkatan sebesar 23 persen. Artinya, sudah banyak warga yang mengikuti anjuran untuk physical distancing yaitu bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah,” jelas Staf Khusus Bidang Kebijaksanaan Digital dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, saat acara Siberkreasi Hangout Online bertema From Offline to Online yang disiarkan secara daring di Youtube Siberkreasi, Kamis (16/04/2020).
Menurut Dedy, intensitas penggunaan internet yang naik ini harus digunakan secara positif dan produktif. Kemkominfo juga telah mengadakan program Digital Talent Scholarship (DTS). Selain itu, Kemendikbud sudah membuka sistem pembelajaran melalui situs web dan TVRI Nasional. Ada pula Kartu Prakerja yang banyak diminati masyarakat.
Baca Juga : Talenta Digital jadi Faktor Penting Transformasi Digital
Penggunaan internet yang meningkat ini juga memiliki dampak pada peningkatan biaya konsumsi kuota internet. Solusi dari biaya yang digunakan juga sudah diberikan.
“Sebenarnya, beberapa program seperti DTS dan Kartu Prakerja memiliki insentif yang bisa digunakan peserta untuk membeli paket kuota. Solusi itulah yang diberikan agar masyarakat tetap produktif dan dapat mengembangkan kemampuan secara positif di masa sekarang ini,” ungkap Dedy.
Dedy juga menjelaskan Kementerian Kominfo bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi memberikan subsidi pembelian kuota internet selama masa karantina. Bentuknya seperti diskon dan paket khusus Work From Home atau Belajar Dari Rumah.
“Subsidi ini sudah menghabiskan kurang lebih 1,9 triliun sejak diberlakukannya physical distancing,” singkat Dedy.
Sedangkan Google Indonesia memiliki layanan bernama GSuite for Education untuk menjangkau wilayah pedesaan. Layanan ini memiliki fitur offline mode sehingga dapat dimanfaatkan tanpa menggunakan internet.
“Kami sudah melakukan uji coba di daerah Gunungkidul, Yogyakarta dan berpartisipasi dalam program DTS selama dua tahun terakhir,” ujar Kepala Kebijakan Publik Google Indonesia, Putri Alam.
Putri Alam menambahkan bahwa layanan ini bisa digunakan untuk mendukung pendidikan di Indonesia, bukan hanya pada masa karantina seperti sekarang ini. Wilayah DKI Jakarta sendiri sudah terdapat 1,8 juta akun yang menggunakan GSuite for Education dan menyusul daerah lainnya.
“Di masa sekarang ini, perlu memiliki persepsi positif bahwa untuk dapat terhubung ke internet tidak melulu harus dalam jaringan (online) terutama dalam pengembangan dan pembelajaran yang telah disediakan,” pungkas Putri. (pag)