Ditjen Aptika, Kominfo – Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Banda Aceh mengalami pertumbuhan pesat. Hal itu merupakan strategi yang tepat menciptakan lapangan kerja.
“Pemerintah Kota Banda Aceh sangat fokus melakukan pembinaan terhadap usaha mikro dan UKM. Tujuan utama saya adalah untuk menurunkan angka kemiskinan dan penggangguran di kota tercinta ini,” ucap Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman saat acara Banda Aceh Expo 2020, Sabtu (22/02/2020).
Aminullah mengungkapkan, data pertumbuhan usaha mikro sangat signifikan. Dilihat dari data pada tahun 20017, jumlah UMKM di Banda Aceh hanya 9.591. Kemudian, pada tahun 2018 meningkat menjadi 10.944 dan di tahun 2019 semakin bertumbuh menjadi 12.012 UMKM.
Dampaknya, angka kemiskinan dan pengangguran terus menurun, di mana tahun 2017 kemiskinan di Banda Aceh berada di angka 7,44 persen dan turun menjadi 7,22 persen pada tahun 2019. Strategi ini kemudian menunjukkan progres yang sangat bagus. Sementara angka pengangguran turun dari 7,75 persen pada 2017 menjadi 7,29 persen pada 2018 lalu. Ada pertumbuhan hingga 25 persen.
“Tahun 2017 jumlah UMKM di Banda Aceh hanya 9.591, tahun 2018 naik jadi 10.944 dan semakin meningkat pada tahun 2019 menjadi 12.012 UMKM. Ada pertumbuhan hingga 25%,” papar Aminullah.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa Kementerian Kominfo mendorong perusahaan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan over the top (OTT) untuk mendukung pengembangan UMKM Go Online.
“UMKM dan ultra micro business mengambil kesempatan dan bisa melakukan usahanya di sarana dan prasarana platform maupun aplikasi yang ada,” demikian disampaikan Menteri Johnny, di sela acara Kenduri Kebangsaan, Bireun, NAD, Sabtu (22/02/2020).
Saat ini sebagian besar UMKM masih menjalankan usahanya secara luring (offline). Perlu dukungan dari semua pihak untuk mengajak UMKM agar mau memasuki dunia perdagangan daring. “Menjadi tugas kita bersama-sama untuk mengajak mereka untuk masuk di wilayah online setelah tersedianya akses internet,” bebernya.
Lebih lanjut, Menteri Kominfo menyatakan bahwa Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara dengan Ekonomi Digital terbesar ke-9 di dunia pada tahun 2030. Sebab, Indonesia saat ini menjadi salah satu dari 16 negara dengan PDB terbesar di dunia.
“Tidak ada keraguan bahwa dunia sekarang berubah dari ruang fisik menjadi ruang digital, jadi Indonesia harus bersiap untuk mengubah dirinya menjadi era digital. Indonesia memiliki lanskap digital yang sangat dinamis, di mana saat ini ada 171,2 juta orang aktif menggunakan internet dan 355,5 juta langganan seluler, ada 26 juta UKM yang diproyeksikan go online pada tahun 2022,” paparnya.
Menteri Johnny juga menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur TIK di Indonesia telah dilakukan secara besar-besaran, bekerja sama dengan sektor swasta.
“Kami telah membangun lebih dari 348.000 km panjang tulang punggung serat optik nasional, baik kabel darat maupun kabel bawah laut, dan hampir 480.000 Base Transceiver Stations (BTS) di seluruh negeri. Selain itu, lima satelit multi-fungsi telah orbit untuk menutupi titik-titik kosong (wilayah 3T),” ungkapnya.
Kementerian Kominfo juga turut berkontribusi dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) wirausaha Indonesia. Upaya itu dilakukan agar Bangsa Indonesia siap memasuki era digital.
“Punya infrastruktur yang baik, tetapi, bila SDM tidak memadai, maka percuma. Oleh karena itu, kita harus memastikan pembangunan fisik yang disiapkan ujungnya harus sampai kepada masyarakat. Agar kita bisa sampai kepada era digital,” pungkas Menteri Johnny (hm.ys)