Tangerang Selatan, Ditjen Aptika – Mengelola media sosial di instansi pemerintah berbeda dengan media pribadi. Penyampaian program-program pemerintah dilakukan menggunakan bahasa baku secara baik dan benar.
“Untuk dapat mengelola media sosial dengan baik dan benar kita perlu memahami bahasa, ada empat keterampilan bahasa yang harus diketahui, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa yang baik artinya sesuai konteks, sedangkan bahasa yang benar artinya sesuai kaidah. Tujuan penggunaan bahasa yang baik dan benar ialah untuk memastikan penyampaian pesan dan menunjukan kecendikiaan,” ujar Pendiri Lingua Bahasa Ivan Lanin saat memberikan paparan pada Diskusi Publik Peningkatan Pemahaman Bahasa Indonesia dalam Mengemas Informasi Capaian Program Prioritas Kementerian Kominfo, di Hotel Santika BSD Tangerang Selatan, Senin (20/05/2019).
Sedangkan fungsi bahasa itu sendiri menurut Ivan ada tiga. Pertama ialah komunikasi, dimana sebagai admin media sosial kita harus paham kekuatan media sosial tersebut ada di mana. Sebagai contoh Twitter kuat pada teks, Instagram di gambar, Youtube di video, sehingga dapat menyampaikan isi konten secara baik kepada warganet.
Kedua yaitu ekspresi, dimana sebagai admin kita harus bisa memilih kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan informasi secara serius dan kapan secara santai. Sedangkan ketiga yaitu sosial, sebagai alat untuk berinteraksi dan mendekatkan diri dengan orang lain.
Sebagai admin media sosial kita juga harus memahami ragam bahasa yang dapat kita gunakan dalam memposting suatu konten, setidaknya ada lima ragam bahasa, yaitu beku (frozen), resmi (formal), percakapan (consultative), santai (casual), dan akrab (intimate). “Ragam bahasa yang paling baik digunakan admin media sosial pemerintahan ialah ragam percakapan, yaitu bahasa resmi yang dilisankan,” saran Ivan.
Secara umum Ivan memberikan beberapa saran kepada para admin media sosial di lingkungan Kementerian Kominfo dalam mengelola akun medsos, yaitu:
- Kekayaan kosakata, semakin banyak kosakata yang kita miliki maka inspirasi dan inovasi tulisan menjadi semakin banyak;
- Tulis apa yang penting di awal, karena ruang media sosial terbatas;
- Gunakan konten interaktif, ada banyak jenis konten di media sosial seperti artikel, foto, video, tapi saat ini yang sedang digemari oleh warganet adalah konten interaktif seperti kuis dan polling;
- Dalam memilih tajuk (headline) harus memiliki strategi agar menarik minat warganet;
- Gunakan jadwal dalam mengelola akun media sosial agar aktivitas lebih sistematis;
- Dalam memilih kata harus tepat, cermat, efisien, dan santun;
- Gunakan rujukan bahasa, seperti KBBI, Tesaurus Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah;
- Kelola siklus kerja sebagai admin media sosial, yaitu perencanaan, pembuatan, pengiriman, interaksi, dan evaluasi.
Di akhir paparan Ivan mencoba mengajak peserta untuk latihan menemukan berbagai kesalahan-kesalahan yang sering ditemui pada suatu konten di media sosial, baik itu kata, kalimat, dan ejaan.
Sementara itu Plt. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ferdinandus Setu, turut menyampaikan kepada peserta. “Setiap karakter yang kita posting di dalam media sosial itu sangat berdampak. Kita boleh saja salah posting saat menggunakan akun individu, tapi sebagai admin sebuah instansi pemerintahan, kita harus senantiasa menghindari kesalahan sekecil apapun,” ujarnya.
Pria yang akrab dipanggil Nando itu mengajak para pengelola konten publikasi dan admin akun media sosial seluruh satuan kerja di Kementerian Kominfo mengikuti dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Ia berharap para pengelola tersebut nantinya dapat menyampaikan informasi program-program prioritas kementerian secara baik dan benar. (lry)