Jakarta, Ditjen Aptika – Kementerian Kominfo, Siberkreasi, Bawaslu, dan Parfi’56 bersama-sama menyerukan Pemilu damai untuk menyambut pesta demokrasi yang tinggal menghitung hari. Berdasarkan data tim AIS Ditjen Aptika, hingga Maret 2019 kategori terbanyak mengenai hoaks adalah soal politik dengan total 289 isu, hal tersebut harus kita lawan bersama dengan berbagai cara.
“Penyebaran berita bohong atau hoaks sudah sangat memperihatinkan, apalagi menjelang Pemilu 2019 ini. Kita sebagai masyarakat yang cerdas harus mengetahui bagaimana cara kekinian merespon hal tersebut. Setiap masyarakat harus punya sistem imun terhadap berita hoaks, dengan cara cerdas merespon informasi,” kata Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Dedy Permadi, saat konferensi pers serukan pemilu damai dan imunisasi dari wabah hoaks, di Media Center Bawaslu, Jakarta, Senin (15/04/2019).
Dedy mengejutkan para peserta dengan mengatakan masyarakat harus baper agar dapat menempuh imunisasi hoaks. Seperti kita ketahui bersama, baper ialah akronim dari ‘bawa perasaan’, istilah yang banyak digunakan generasi milenial yang artinya mudah tersinggung. “Baper yang dimaksud ialah baca, pelajari, respon. Baper dilakukan saat masyarakat menerima informasi baik di media sosial maupun di aplikasi pesan instan yang banyak digunakan,” ujarnya.
Selain harus Baper, Dedy juga mengimbau agar masyarakat aktif melakukan cek fakta atas informasi yang diterima. Hal ini juga merupakan salah satu upaya melakukan imunisasi hoaks. “Baca hati-hati informasinya. Pelajari apakah informasinya valid atau tidak. Baru direspon,” tegas Dedy.
Dedy merekomendasikan situs cek fakta yang dapat dijamin validitasnya:
- Situs cek fakta yang terpercaya seperti stophoax.id, cekfakta.com, dan turnbackhoax.id;
- Chatbot verifikasi informasi melalui akun Telegram resmi Kemkominfo @chatbotantihoaks dan nomor Whatsapp resmi “Kalimasada” dari Mafindo +6285574676701;
- Sumber-sumber terpercaya lainnya, seperti media massa cetak maupun daring yang sudah mendapat verifikasi dari Dewan Pers.
Baca juga: Masuki Masa Tenang Pemilu, Dilarang Kampanye di Medsos
Sementara itu Staf Khusus Bidang Literasi Digital Kementerian Kominfo Donny BU mengatakan, “Dari dahulu ada jutaan orang yang memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi karena informasi yang salah, ini sangat rentan bagi negara kita.”
Sedangkan Dina perwakilan dari komunitas Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) menghimbau, “Kita harus menanamkan prinsip dalam hati kita bahwa banyaknya keragaman dan perbedaan pada negara sebesar Indonesia, bukan untuk permusuhan namun dirayakan.”
Ucapan Dina langsung direspon oleh Marcela Zalianti, Ketua Umum Parfi’56, “Keragaman merupakan ciptaan Tuhan dan kekayaan bangsa ini. Kalau kita ingin bangsa ini terus maju tidak hilang, maka mari kita sambut pesta demokrasi dengan gembira.”
Parfi juga berpesan agar bangsa Indonesia tetap produktif. Saudara-saudara dari Sabang sampai Merauke rakyat Indonesia tidak boleh terpecah belah, kita beda pilihan, beda pendapat, bukan berarti kita tidak bersaudara.
Pada akhir acara, Dedy Permadi mengatakan masyarakat Indonesia perlu mendapat literasi digital yang lebih baik. Hal ini dirasa menjadi solusi jitu dari penanganan konten negatif yang tersebar masif. Dengan dilakukannya literasi digital, masyarakat diharapkan tidak akan lagi mudah terpengaruh isu hoaks yang tersebar dan dapat membantu memberikan informasi yang benar kepada masyarakat lainnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Fritz Edward Siregar Dewan Komisioner Bawaslu, Ray Sahetapi, Daniel Adnan pengurus Parfi’56, dan beberapa pengurus Gerakan Nasional Literasi Digital. (lry)