Jakarta, Ditjen Aptika – Berkembangnya teknologi menimbulkan banyak manfaat sekaligus memunculkan kekhawatiran hilangnya lapangan pekerjaan. Menteri Kominfo Rudiantara berpendapat bahwa teknologi membutuhkan tenaga kerja di bidang digital yang sangat banyak.
“Itu bacaan orang yang penuh ketakutan, katanya sekian puluh juta pekerja hilang akibat adanya teknologi. Kalau menurut saya justru berbanding terbalik, dengan teknologi justru menciptakan tenaga kerja,” jelas Rudiantara saat memberikan paparan pada acara Seminar Nasional Kolaborasi Milenial dan Fintech Menyongsong Revolusi Industri 4.0 di Universitas Sebelas Maret, Solo, Sabtu (09/03/2019).
Rudiantara kemudian mencoba mengilustrasikan kepada para peserta seminar yang hadir menggunakan platform Gojek, dengan platform tersebut saat ini selain bisa menciptakan lapangan kerja, juga memungkinkan antara pihak perusahaan dan mitranya berbagi aset. “Di Gojek yang punya aset memang Gojek? yang punya aset ya yang punya motor,” ucapnya.
Menteri yang kerap disapa Chief RA tersebut kemudian menjabarkan, dalam periode tahun 2015-2030 secara total Indonesia membutuhkan 9 juta tambahan pekerja digital. “Menurut World Bank dan McKinsey tahun 2015 sampai 2030 kita butuh 9 juta tambahan digital talent 600 ribu per tahun agar bisa keep up dengan perkembangan,” ujarnya.
Pada tahun yang sama, Indonesia juga akan berada di puncak bonus demografi. Hal tersebut menandakan bahwa jumlah orang Indonesia yang usia produktif tahun 2030 dua kali lipat dari yang non produktif. Ekonomi Indonesia pada tahun 2030 akan setara dengan gabungan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara.
Selain itu, di tahun 2030 juga diprediksi masyarakat consumer class akan bertambah 90 juta menjadi 135 juta orang dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5%. Jika pertumbuhan ekonomi mencapai 7%, maka masyarakat consumer class mencapai 187 juta orang.
Menurut Rudiantara, perusahaan sekelas Google saja bahkan akan kesulitan mencari teknisi. Tantangan ke depan akan lebih jauh lagi di mana orang tidak lagi membutuhkan ijazah untuk bekerja, hanya butuh lulus tes keterampilan saja. “Bayangkan kita lebih mempunyai daya beli, GDP per kapita kita yang sekarang 4 ribuan akan mencapai 9 ribu atau 10 ribuan,” tutup Rudiantara. (lry)