Jakarta, Ditjen Aptika – Revolusi Industri 4.0 akan menjadi ruang dan area bermain utama bagi para generasi milenial dalam upaya pembangunan bangsa di masa mendatang demi meraih visi Indonesia Emas pada Tahun 2045.
“Ibarat organisme dan ekosistem, yang paling cocok hidup dalam habitat era digitalisasi dan virtualisasi ya generasi millenial, kepada merekalah nasib bangsa ini akan bertumpu,” ungkap Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Syafruddin, saat pemaparan Minister Lecture dalam Kongres Teknologi Nasional 2019 yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Jakarta, Rabu (20/03/2019).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting bagi masa depan bangsa. “Sekarang segalanya telah berubah, pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan nafas baru bagi umat manusia untuk mengatasi berbagai masalah,” lanjut Syafruddin.
Masa depan dunia bukan lagi berada di ruang fisik tapi ruang digital, dan yang menguasai dunia digital adalah generasi milenial. Maka tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bekerja keras, bekerja cerdas, dan selalu meningkatkan kualitas melalui adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada era ekonomi digital ini jumlah pengguna internet di Indonesia yang telah melampaui 140 juta penduduk merupakan peluang tumbuhnya pasar startup di Indonesia. Mayoritas dari jumlah tersebut adalah generasi milenial, merekalah generasi penerus yang diharapkan memunculkan banyak inovasi sebagai pendorong perekonomian Indonesia.
Sementara itu di kesempatan berbeda Menteri Kominfo Rudiantara sering mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki empat startup unicorn dan diharapkan dapat bertambah satu unicorn dan satu decacorn di tahun ini. Jumlah ini terbanyak di antara negara-negara di Asia Tenggara. Hal itu menunjukan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar menyongsong era digital.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Hammam Riza menyatakan, Indonesia harus mampu mentransformasi perekonomiannya dari yang berbasiskan komoditas menjadi berbasiskan inovasi. Apabila tidak maka Indonesia akan terjebak sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
“Untuk itu Pemerintah Indonesia berupaya agar hilirisasi hasil-hasil riset terus meningkat baik melalui pemberian lisensi kepada perusahaan-perusahaan yang sudah ada maupun melalui penumbuh kembangan perusahaan-perusahaan pemula berbasis teknologi melalui inkubator berbasis teknologi,” ujar Hammam.
Kongres Teknologi Nasional merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Selain sebagai media penyampaian hasil-hasil inovasi dan layanan teknologi yang telah dicapai, juga sebagai media komunikasi intensif antara stakeholder, serta wujud pertanggungjawaban pada publik terhadap kinerja BPPT, lembaga riset, perguruan tinggi dan industri.
Hasil Kongres Teknologi Nasional 2019 ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kebijakan teknologi kepada pemerintah dalam penyusunan rancangan teknokratis RPJMN IV, khususnya dalam kebijakan teknologi nasional bidang Kebencanaan, Transportasi Perkeretaapian, Sistem Informasi (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik), dan Technopreneur. (lry)