Ditjen Aptika Jelaskan Program 100 Kota Pintar pada Kadin Australia

Acara Collaboration Asean Smart City Mission 2019 (Foto: Leski Rizkinaswara)

Jakarta, Ditjen Aptika – Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo dan Australian Trade and Investment Commission (Austrade) atau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Australia melakukan diskusi mengenai pengembangan sektor smart city.

Sekretaris Ditjen Aptika Sadjan menjelaskan program Gerakan Menuju 100 Smart City sebagai program yang ditujukan untuk memaksimalkan pemanfaatan TIK dalam ekosistem smart city.

“Gerakan yang telah diselenggarakan secara bertahap dari tahun 2017 hingga tahun 2019 ini diharapkan memunculkan 100 kabupaten/kota yang dapat dijadikan teladan (role model) dalam mengimplementasikan program smart city,” ucap Sadjan saat menyampaikan keynote speech pada acara Collaboration Request ASEAN Smart City Mission 2019 di Hotel JS Luwansa Jakarta, Senin (02/03/2019).

Lanjut Sadjan, program smart city merupakan inisiasiasi Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Kemendagri, Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian PUPR, Kementerian PANRB, Kantor Staf Presiden dan Kompas Gramedia. Program ini sebagai bentuk dukungan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka mengimplementasikan kota pintar di Indonesia.

Gerakan Menuju 100 Smart City ditujukan untuk menciptakan kabupaten/kota yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi didukung sinergi pembangunan tata pemerintahan cerdas (smart governance), branding daerah yang cerdas (smart branding), ekonomi cerdas (smart economy), kelayakan hidup yang cerdas (smart living), masyarakat cerdas (smart society) dan pemeliharaan lingkungan cerdas (smart environment).

Perwakilan dari Kompas Gramedia menjelaskan bahwa masterplan memiliki standar yang sama di setiap kota/kabupatennya tapi memiliki konten yang beragam karena keunikan dan masalah setiap daerah berbeda-beda. Contohnya Kota Magelang dalam menerapkan 6 pilar smart city, yaitu mengembangkan sistem informasi desa (smart governance), mengembangkan sistem informasi irigasi (smart living), mengenalkan jelajah Magelang (smart branding), mengembangkan sistem penerangan (smart society), menyediakan rantai pasokan untuk produk masa depan (smart economy), dan mengoptimalkan sistem penanganan limbah (smart environment).

Pertemuan yang diinisiasi oleh Austrade ini juga dihadiri 10 perusahaan Australia di sektor smart city, yaitu:

  • Civic Ledger (platform trading)
  • Euclideon (hologram teknologi)
  • JOC Consulting (konsultan perencanaan kota)
  • KERB (platform parkir global)
  • Key Option (provider smart community)
  • Liftango (platform transportasi)
  • Smart Cities Council (jaringan smart city terbesar di dunia)
  • Smart Planning and Design (perencanaan strategi dan solusi smart city)
  • Solar Bins Australia (perusahaan penanganan limbah)
  • Symbiot Technology (startup teknologi digital rumah)

Dalam diskusi, delegasi Australia menanyakan bagaimana strategi pemerintah pusat mengajarkan mengenai teknologi baru ke seluruh penduduk di suatu kota/kabupaten. Caranya adalah melalui rapat berkala antara pemangku kepentingan di daerah dengan 27 pakar dalam penerapan teknologi baru sesuai roadmap.

Di akhir acara Ditjen Aptika berharap dukungan dari banyak pihak pada program ini dan potensi kerjasama dengan negara lain salah satunya diantaranya Australia. Benchmarking keberhasilan suatu kota di negara lain dapat menjadi contoh, utamanya dorongan untuk menerapkan pemanfaatan teknologi informasi. (lry)

Plt. Direktur LAIP sedang memberikan penjelasan mengenai program smart city
Plt. Direktur LAIP sedang memberikan penjelasan mengenai program smart city
« of 9 »

 

Print Friendly, PDF & Email