Palembang, Ditjen Aptika – Perdagangan di dunia maya bersifat nir-waktu dan nir-jarak. Sejumlah pedagang merasa khawatir persaingan online, tapi siap mengantisipasi.
“Sebenarnya sudah banyak penyedia aplikasi menawarkan berdagang secara online. Namun kami khawatir bersaing dengan pedagang besar atau distributor. Apalagi kami mengambil barang dari pedagang grosir di sekitaran sini,” ujar Edi seorang pedagang pakaian saat Grebeg Pasar UMKM Go Online di Pasar 16 Ilir Palembang, Selasa (22/10).
Menurut Edi berjualan pakaian memiliki karakteristik khusus. “Pembeli dapat melihat langsung dan mencoba barang di tempat. Bila membeli secara online, bisa terjadi salah beli atau tidak sesuai harapan. Selain itu, barang-barang di sini juga dapat ditawar,” katanya.
Pedagang lain bernama Agus turut mengiyakan perkataan Edi. “Kami merasa cukup dengan berdagang seperti sekarang. Andaikan pemerintah memberi insentif melalui aplikasi, kami sangat menghargai. Tapi kami mendukung program UMKM Go Online ini dan siap mengantisipasi persaingan,” ungkap Agus.
Sementara di hari sebelumnya, Kasubdit Pengembangan Ekonomi Digital Pariwisata, Transportasi dan Perdagangan, Sumarno, memberikan arahan kepada para relawan Pandu Digital ketika mendatangi pedagang.
“Yakinkan pedagang bahwa berjualan daring mampu meningkatkan pendapatan. Dari data kami, kenaikan bisa mencapai 30%. Upaya Kominfo ini ibarat membuka pintu dalam rangka mengembangkan usaha,” tegas Sumarno saat Training of Trainer (ToT) tersebut.
Menurut Sumarno, semua sektor termasuk pedagangan membutuhkan sentuhan digital. Apalagi Indonesia sendiri merupakan pasar yang besar di Asia. “Jualan kacang hingga mobil pun laris,” katanya.
Kegiatan Grebeg Pasar di Palembang itu berlangsung dari tanggal 22 Oktober hingga 4 November 2019. Ada enam pasar yang dituju, yaitu Pasar 16 Ilir, Pasar Perumnas Sako, Pasar 26 Ilir, Pasar Gubah, Pasar Sekip, dan Pasar Lemabang. Turut mendampingi marketplace Bukalapak dan online payment Ovo. (mhk)