Yogyakarta, Ditjen Aptika – Problem-solution fit menjadi unsur penting dalam menciptakan produk saat membangun startup digital. Founder startup harus mengetahui pokok permasalahan sebelum menentukan solusi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut agar dapat membuat produk yang bermanfaat.
“Pada saat akan membuat sebuah produk, wajib mengetahui apa yang menjadi sebuah permasalahan. Apabila tidak mengetahui dengan jelas mengenai problem yang ada, pada akhirnya aplikasi yang dibuat tidak bermanfaat. Jadi setelah menentukan problem baru kemudian dibuat solusinya,” ujar CEO Kiriminaja, Fariz GTJ saat kegiatan Hack4ID X Innovative Academy Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, Sabtu (12/08/2023).
Fariz pun menceritakan pengalamannya saat membangun startup. Ia mengaku pernah mengalami kegagalan saat membangun startup miliknya akibat kurang memahani problem yang dialami konsumennya.
“Saya pernah mengalami kegagalan dalam proses pembuatan startup. Saat itu saya membuat solusinya terlebih dahulu, yaitu informasi di sekolah. Saat awal-awal, saya jualan ke sekolahan karena sistemnya keren, orangtua merasa bisa memonitor anaknya. Tapi ternyata problem-nya tidak dapat karena nilai itu keluarnya hanya sekitar 3 bulan sekali,” jelasnya.
Berangkat dari situ, saat membangun Kiriminaja di tengah pandemi, Fariz akhirnya mencoba menerapkan problem-solution fit. Ia melakukan survei terhadap teman-temannya yang memiliki online shop, dengan tujuan mencari masalah untuk dicari solusinya.
”Kebetulan temen-temen yang jualan di marketplace, problem-nya adalah cash on delivery (COD. Pencairannya bisa sampai 14 hari. Ketika cashflow-nya bagus, dia bisa scale-up. Agar bisa scale-up itu, solusinya adalah pakai dana talangan untuk mengatur cashflow,” terangnya.
Lihat juga: #Hack4ID Cari Solusi Wujudkan Cita-Cita Jakarta Jadi Kota Global
Lebih lanjut Faiz mengatakan, sebuah produk bisa dikatakan fit ketika orang-orang rela mengeluarkan uang untuk repeat order dan merekomendasikan produk tersebut.
”Kalau mulai merekomendasikan itu adalah ciri-cirinya fit, kalau cuma testimoni menurut saya itu belum fit. Karena (dikatakan) fit adalah ketika orang mengeluarkan uang untuk repeat order. Kalau dia sampai spend berkali-kali, berarti produk itu fit,” jelasnya.
Ia menyebut, problem-solution fit ini meminimalisir risiko-risiko bisnis, setidaknya sebanyak 50 persen.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Head of Program Innovative Academy, Denny Wijayanto turut memotivasi para peserta yang hadir agar semakin bersemangat dalam membangun startup.
“Saya men-challenge anak-anak muda di sini, teman-teman harus bergerak. Karena sudah di-provide mentor dan modal, bahkan tempat dan bisa berkantor secara gratis, serta fasilitas dari negara juga sudah disiapkan,” ujar Denny.
Kegiatan Hack4ID x Innovative Academy tersebut terselenggara berkat kolaborasi antara Kemkominfo melalui program 1000 Startup Digital dengan Innovative Academy Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam kegiatan itu para peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 3 orang. Setiap peserta diajak menggali ide untuk menemukan masalah yang berangkat dari keresahan masing-masing untuk kemudian dicari solusinya. (hdy)