Jakarta, Ditjen Aptika – Ekosistem berdasarkan DNA (device, network, application) berperan penting dalam digitalisasi di wilayah pedesaan. Pandemi Covid-19 membuat seluruh warga dunia melakukan digitalisasi termasuk pula warga desa.
“Apabila pegiat desa menyasar tiga hal penting dalam ekosistem DNA, maka desa-desa di Indonesia mampu mengejar ketertinggalan teknologi hadapi era adaptasi kebiasaan baru saat ini,” ujar Ketua Dewan Pengawas Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI), Budiman Sudjatmiko dalam webinar Arah Pembangunan Ekonomi Desa dalam Memasuki Era New Normal yang diadakan Kemko PMK melalui aplikasi Zoom, Kamis (06/08/20).
Menurut Budiman, memasuki era adaptasi kebiasaan baru internet bukan lagi sebagai dunia maya tapiĀ juga dunia nyata. Untuk itu digitalisasi perlu dilakukan di desa-desa yang belum terkoneksi. “Sekarang semua orang melakukan kegiatan di internet, termasuk sekolah,” ucapnya.
Budiman yang juga Ketua Umum Inovasi 4.0 Indonesia ini mengajak peserta webinar bergabung ke dengan KSDI. Melalui koperasi ini, desa dapat mengoptimalkan ekosistem DNA tersebut. “KSDI dapat diikuti oleh multistakeholder,” kata Budiman.
Sejumlah produk telah dihasilkan oleh KSDI. Ada smartphone bernama Desanova sebagai perwujudan sisi perangkat (device). Kemudian Telkodesa yang dapat dikelola oleh BUMDes sebagai penyedia network. “Target 2000 desa terlibat pada Agustus 2020,” jelas Budiman.
Produk terakhir yaitu Superdesa yang merupakan platform digital desa sebagai wujud sisi aplikasi. “Dana pengembangan terkumpul dari hasil urunan anggota, seperti koperasi desa, Bumdes, UMKM dan pegiat desa,” urai Budiman.
Budiman menyebut KSDI telah dilakukan pada beberapa desa di Papua dan Sumatera. “Harapan ke depannya akan lebih banyak lagi desa yang dapat mandiri dan mendapat keadilan sosial dalam DNA,” ungkapnya.
Panggung Tanggap Covid-19 melalui Pasardesa.id
Salah satu desa yang melakukan digitalisasi dalam penanganan masalah di lingkungannya adalah desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggorohadi menjelaskan penanganan Desa Panggungharjo selama pandemi Covid-19.
“Kami melakukan proses mitigasi dampak ekonomi bencana Covid-19 bernama Panggung Tanggap Covid-19, dengan mengembangkan modul dukung berupa platform digital bernama Pasardesa.id,” katanya.
Wahyudi mengatakan Pasardesa.id adalah sebuah platform digital yang ditujukan untuk menjaga rantai pasok barang kebutuhan warga desa dan pendukung untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD).
Proses mitigasi berdasarkan tujuh aspek, yaitu jenis pekerjaan, besaran dan jenis pendapatan, pola konsumsi, kepemilikan dana cadangan, kepemilikan aset, kepemilikan jaminan sosial, dan keberadaan kelompok rentan.
Selanjutnya dibagi lagi menjadi 4 aspek, yaitu tidak rentan, cukup rentan, rentan, dan sangat rentan. Hasil kategori ini digunakan untuk memberikan BLT-DD agar tepat sasaran.
“Kami gunakan Pasardesa.id sebagai tool pendukung agar bantuan BLT sesuai untuk pemenuhan kebutuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan,” terang Wahyudi.
Lihat Juga: Teknologi Berikan Solusi Alternatif Pemberdayaan Perempuan di Desa
Sementara itu, Dekan FISIP Universitas Parahyangan, Pius Prasetyo menyebutkan perlunya kolaborasi dari pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi, dan pegiat desa dalam menghadapi era adaptasi kebiasaan baru.
“Kolaborasi sangat penting dilakukan, karena kita tidak bisa melakukan semua hal sendiri. Pemerintah perlu masyarakat, masyarakat perlu pemerintah,” ungkap Pius.
Pius mengungkapkan kunci memasuki era adaptasi kebiasaan baru adalah dengan memiliki kebutuhan akan kepemimpinan yang berpikir ke depan dan keterlibatan para pegiat atau pemerhati desa. (pag)